"Jangan memasang wajah yang membuat kesal ya sayang."
"Perbanyak teman oke?"
"Ayah bisa membantu mu untuk membeli beberapa teman kalau kau mau."
"Lihat senyum di wajah ibu kan? Nah berekspresi lah seperti ini."
Me... Memalukan...
"Ayah... Ibu... Kalian tidak perlu sampai seperti ini."
Tolong lah, ini hari pertama ku. Tapi sudah menarik perhatian seperti ini.
Bagaimana tidak!?
Ayah dan ibu memberi tips-tips berteman padaku dari dalam mobil dengan suara yang terdengar sampai ke luar. Padahal aku sudah SMA, tapi kenapa mereka bersikap seperti aku baru masuk paud.
Aku benar-benar malu.
"Iya iya aku mengerti, sudah dulu ya nanti aku telat." Aku keluar dari mobil sambil memakai masker, setidaknya ini cukup untuk mengurangi rasa malu.
"Bersenang-senang lah sayang!"
"Ayah menyayangi mu!"
Mendengar seruan dari mereka berdua, aku langsung lari menjauh dari sana dan buru-buru melewati gerbang sekolah. Mereka pikir ini taman bermain?
Namun karna hal itu juga aku jadi menabrak punggung seseorang di depan. Ini masih pagi loh, kenapa sudah sial saja?
"Maaf, aku tidak melihat kearah depan. Kau baik-baik sa-"
Perkataan ku langsung terhenti, dan jantung ku hampir berhenti sejenak ketika laki-laki di didepan ini memasang wajah yang menyeramkan.
Dilihat sekali saja aku sudah tau kalau dia ini preman!
"Ma-maaf! Jangan memukul ku!" Terlalu takut, aku sudah menggunakan kedua tangan sebagai pelindung wajah kalau dia main fisik.
Tapi beberapa detik kemudian aku sadar kalau ternyata dia tidak berbuat apa-apa dan hanya menatap lantai. Karna penasaran, ku coba sedikit mengintip ada apa disana.
"Wah..."
Siapa yang mengira keadaan ternyata lebih parah dari yang ku duga? Laki-laki berambut kelabu ini menatap onigiri miliknya di lantai, yang mungkin saja terjatuh ketika aku menabraknya tadi.
"Ma... Maaf ya, aku jadi menjatuhkan sarapan mu." Ku coba untuk melihat apa ekspresi yang dia tunjukkan sekarang. Tapi ternyata tidak berubah, dia masih terlihat kesal. Mati aku.
Untungnya aku segera mengingat kalau aku juga menyimpan makanan di tas untuk istirahat nanti.
Sepertinya hari ini bukanlah hari keberuntungan ku, tapi setidaknya ini cukup untuk menebus kesalahan.
Membuka tas sekolah, aku mengeluarkan seporsi puding dari dalam dan menyodorkan puding milik ku padanya.
"Ini, sebagai pengganti onigiri mu." Aku menyodorkan puding yang masih dingin kearahnya
Fak... Selamat tinggal puding, aku akan merindukan mu meskipun kau tidak jadi ku makan.
"Kau benar-benar memberi ini untuk ku?"
Anehnya, ekspresi laki-laki ini berubah menjadi lebih senang ketika aku memberinya puding. Yah... Meskipun tidak terlalu kelihatan, tapi dia tidak terlihat kesal lagi, justru terlihat sangat senang karna ku beri puding ini.
"Tentu saja! Ambil saja ambil, aku masih punya banyak di rumah." Dengan senang hati ku berikan asal dia tidak berbuat macam-macam padaku.
"Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐧𝐞𝐢𝐠𝐡𝐛𝐨𝐫𝐡𝐨𝐨𝐝 || ɪɴᴀʀɪᴢᴀᴋɪ
Teen FictionDi banding-bandingkan oleh anak tetangga sebelah memang menyebalkan bukan? Apalagi kalau anak tetangga itu memang mendekati sempurna, Itulah yang sedang dialami oleh (Name). Siapa yang mengira kalau kepindahannya kali ini justru membawa kesialan b...