Satu

205 27 2
                                    


Jieun terlihat malu ketika Ibunya mengajaknya untuk menyapa tetangga baru mereka. Dia masih begitu kecil waktu itu, Jieun akan genap berusia 7 tahun beberapa bulan lagi.

Mata gadis kecil itu melebar begitu seorang bocah yang terlihat lebih tua darinya membukakan pintu, dengan anggukan sopan bertanya ingin menemui siapa, dan segera memanggil Ibunya ketika Ibu Jieun menjelaskan apa kepentingan mereka datang.

"Omma, bibi yang menempati rumah baru itu datang untuk menyapa." Jieun bisa dengan jelas mendengar bocah itu berteriak dan kemudian mempersilahkannya dan Ibunya untuk masuk.

Jieun masih menggenggam erat tangan Ibunya, entahlah rasanya saat itu dia malu untuk bertemu dengan orang baru. Matanya memerhatikan ruang tamu keluarga tersebut, terdapat banyak hiasan di ujung ruangan itu, begitu rapid an bersih menurut Jieun.

Tak lama seorang wanita paruh baya keluar dengan senyum lebar, Ibunya segera berdiri untuk memberi salam dan Jieun langsung mengikutinya. Jieun baru sadar ketika pemiik rumah menyuruh mereka untuk duduk kembali bahwa ada bocah lain yang kini berdiri di belakang pemilik rumah itu, berbeda dengan bocah yang membukakan pintu tadi, bocah itu terlihat lebih kecil.

"Hallo gadis manis, siapa namamu?" tanya pemilik rumah membuyarkan lamunan Jieun.

"Lee Jieun." Jawab Jieun dengan suara yang sengaja dia keraskan.

"Ah manis sekali." Balas wanita itu.

"Dan siapa namamu, kelihatannya kau seumuran dengan Jieun?" kali ini Ibunya yang bertanya, bocah yang masih berdiri dengan tangan menggenggam mobil mainan itu kemudian menjawab sembari tersenyum.

"Min Yoongi, 7 tahun." Jawab si bocah tegas, Jieun membalas senyum bocah itu.

"Jieun akan berusia 7 tahun juga beberapa bulan lagi. Aku harap kalian bisa berteman. Benar kan Jieun?" Jieun mengangguk malu, memilih untuk tidak melihat ke arah Yoongi yang masih menatapnya dengan penuh penasaran.

"Jin, kemari. Beri salah pada tetangga baru kita." Ibu Yoongi berteriak, dan setelahnya bocah yang tadi membukakan pintu muncul. Memberi salah kepada Jieun dan Ibunya. Seketika Jieun merasa pipinya memerah ketika Jin menatapnya, Jieun segera mendekatkan diri pada Ibunya, berusaha menutupi wajahnya pada lengan Ibunya. Kedua wanita paruh baya itu tertawa renyah melihat reaksi Jieun.

-

Hari pertama di sekolah barunya Jieun merasa begitu gugup. Ibu dan ayahnya berkali-kali menghiburnya bahwa dia akan menemukan teman baru yang baik nanti. Ibunya memberitahunya bahwa Jieun akan berada di sekolah yang sama dengan Yoongi dan Jin. Kemungkinan besar Yoongi akan sekelas dengannya, mengingat usia mereka yang sama.

Benar saja, Jieun bisa melihat Yoongi duduk di dekat jendela ketika guru menyuruhnya untuk memperkenalkan diri di depan kelas. Jieun berharap Yoongi menatapnya dan tersenyum padanya, mengingat hanya Yoongi yang dia tau di kelas ini, namun bocah itu terlihat asik menggambar sesuatu di bukunya.

Jieun sedikit kecewa, lalu dia menghibur diri sendiri dan berharap Yoongi mau menemaninya istirahat nanti.

Bel istirahat berbunyi, siswa-siswa dengan senang hari segera keluar kelas. Beberapa anak mengajak Jieun untuk bermain di luar, tetapi Jieun menolaknya karena takut. Yoongi masih berada di kelas, sibuk memasukkan buku ke dalam tasnya. Jieun menatap Yoongi tanpa memiliki keberanian untuk memanggilnya.

Yoongi beranjak dari duduknya, padangannya melihat ke arah Jieun kemudian bocah itu menaikkan dagunya sebagai isyarat menyapa Jieun. Jieun segera mengambil kesempatan ini untuk memanggilnya, lagipula Nyonya Min sudah memberitahunya untuk meminta Yoongi menemaninya di sekolah.

FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang