Tiga

195 27 17
                                    


Jin tinggal di dorm selama dia mulai berkuliah, setidaknya setelah Jin tinggal di Seoul, Yoongi jadi sering berkunjung. Yoongi dan Jieun sudah berada pada tahun terakhir mereka di SMA, dan keduanya mulai memikirkan jurusan apa yang mereka pilih.

Yoongi sedang kebingungan, ingin memilih teknik atau musik, saat itu tau Yoongi menjadi sangat menyukai musik. Sayang mereka tidak bersekolah di tempat yang sama, pasti akan menyenangkan bila bisa berada dalam satu club dengan Yoongi. Ya, Jieun juga menyukai musik.

"Kau pikir kita bisa masuk musik?" Jieun bergumam, tatapannya tetap pada layar laptop di depannya, membaca deretan jurusan yang ada dalam kampus Jin.

"Tidak ada salahnya mencoba. Temanku –vokalis yang aku ceritakan –dia juga akan masuk jurusan musik." Jelas Yoongi, Jieun memikirkan teman yang Yoongi maksud.

"SIapa? Wendy?" tanya Jieun, kali ini menatap Yoongi yang duduk di sebelahnya. Mereka sedang berada di cafe saat itu, menunggu Jin selesai kelas untuk makan siang bersama. Kebetulan akhir pekan itu Yoongi ke Seoul untuk mengunjui Jin dan tentu saja Yoongi tidak melewatkan kesempatan ini untuk mengajak Jieun keluar.

"Iya, Wendy." Jawab Yoongi santai tidak memerhatikan raut Jieun yang sedikit mengeras.

Jieun memilih diam kemudian menyibukkan dirinya dengan memakan cake yang dia pesan. Yoongi tidak pernah tau, bahwa setiap kali dia bercerita tentang Wendy membuat Jieun uring-uringan. Sayangnya, Jieun juga tidak pernah mau untuk meceritakannya pada Yoongi.

"Apa dia bisa bermain instrument?" tanya Jieun tiba-tiba, kening Yoongi sedikit berkerut mendengarnya, matanya memicing melihat kepada Jieun.

"Ya." Jawab Yoongi hati-hati, mungkin Yoongi berimajinasi, tapi dia yakin sekelibat melihat semburat aneh pada wajah Jieun.

"Apa?"

"Sama sepertimu."

"Gitar?"

"Ya." Yoongi masih terus memerhatikan Jieun, mencoba memahami perubahan mood gadis itu.

Yang diperhatikan hanya membuang muka, kembali menyendok cakenya.

"Kau mau cake lagi?" tanya Yoongi kemudian, menyadari piring Jieun sudah kosong dan Jieun hanya menggeleng lalu mengambil cake Yoongi yang tinggal setengah dan mulai menyendoknya. Kali ini Yoongi tersenyum.

-

Hari pengumuman tiba, Jieun segera menelpon Yoongi begitu namanya tertera pada Universitas yang dia daftar bersama Yoongi. Tidak lama setelah telponnya berdering, Yoongi segera menjawabnya.

"Kau juga?" Yoongi langsung bertanya, suaranya terdengar tenag dan Jieun langsung tersenyum. jieun sudah bisa tau bahwa Yoongi juga diterima hanya dengan mendengar suaranya.

"Ya!" seru Jieun ceria, "Musik?" tanya Jieun kemudian.

"Bukan. Teknik." Jawab Yoongi, saat itu suaranya terdengar sedikit kecewa.

"Keren, Yoongi." Jieun mencoba menghibur. Jieun tau Ayah Yoongi yang menginginkan Yoongi untuk maksuk teknik. Setiap pendaftar bisa memilih dua jurusan, Yoongi mendaftar pada Teknik dan musik, dan tekniklah yang menerimanya.

"Ya tentu saja." Balas Yoongi dengan tertawa ringan, seakan memberitahu Jieun bahwa dia baik-baik saja. "Kau?"

"Management." Jawa Jieun, dia bisa membayangkan Yoongi sedang mengangguk saat itu.

Jieun sangat tidak sabar untuk segera memulai kehidupan kuliahnya, terlebih dia akan satu kampus dengan Yoongi, dan Yoongi akan tinggal di Seoul. Mereka akan kembali tinggal di kota yang sama. Rasanya tidak ada yang lebih menyenangkan dari hal ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang