Prolog

637 50 19
                                    

"Yaudah putus aja."

Bukan, ini bukan kalimat yang keluar dari mulut si gadis. Melainkan dari mulut laki-laki berambut hitam pekat dengan jaket bomber dan topi hitam yang bertengger di kepalanya. Tidak pernah meninggalkan kesan tampannya.

Setelah perdebatan panjang yang mereka lalui beberapa menit lalu. Dengan mudahnya seorang Jafran Emil Minata mengucapkan kata putus.

Gadis berkulit putih yang diketahui bernama Ghisel langsung membungkam setelah mendengar ucapan pacarnya yang mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan pacarnya.

"Jaf? Setahun itu nggak ada artinya bagi kamu?" Tanya Ghisel menatap Jafran lekat, sedangkan yang ditatap berusaha mengalihkan pandangannya dari gadis yang berada di depannya.

"Mau setahun atau bertahun-tahun. Kalo bukan jodoh, kita nggak bisa berbuat apa-apa, Ghis." ucap Jafran enteng.

Mata Ghisel mulai bertumpuk air mata yang sebentar lagi akan jatuh jika tidak ia tahan. Masih tidak habis pikir, dengan mudahnya lelaki di depannya ini mengucapkan kata putus seolah-olah itu sudah menjadi keputusan bulatnya.

"Ini cuma masalah aku yang nggak bisa bagi waktu lho, Jaf. Masih bisa kita bicarain baik-baik. Putus bukan jalan keluar." Ghisel masih berusaha mempertahankan hubungannya dengan Jafran.

Sedangkan, Jafran sudah tampak acuh tak acuh. Bukannya sudah tidak ada rasa, melainkan ia merasa sudah tidak menjadi prioritas. Jafran adalah tipe lelaki yang tidak bisa putus komunikasi dengan kekasihnya.

Ia tidak bisa bertemu hanya dengan dua kali dalam seminggu. Dia tidak bisa. Bimbel aja ada yang tiga kali seminggu.

Sedangkan, bersama Ghisel. Jafran jarang bertemu. Karena Ghisel adalah anak teater, anak himpunan juga, jadi jarang sekali punya waktu berdua dengan Jafran.

"Aku nggak bisa, Ghis, kayak gini terus. Kita bener-bener jarang ketemu. Aku punya pacar berasa nggak punya," katanya dengan nada yang terlihat sangat jengah.

"Aku nggak mau putus, Jafran. Ada jalan lain dan nggak harus putus," pinta Ghisel meraih tangan Jafran. Ghisel si pengemis cinta.

Tidak kasar sama sekali, Jafran mencoba menghindari sentuhan dari Ghisel. Bahkan, Jafran sama sekali tidak menatap Ghisel yang kini sudah mengeluarkan air matanya.

"Nggak bisa, Ghis. Kita bener-bener udah nggak bisa. Maaf. Jaga diri lo baik-baik," Ucap Jafran seraya bangkit dari duduknya.

"Jafran," panggil Ghisa dengan nada frustasinya.

Jafran menghela nafas, "Jangan nangis, Ghisel. Karena itu ngebuat gue susah untuk ngelepas lo." setelah mengucapkan itu Jafran benar-benar meninggalkan Ghisel di koridor kampus sendirian.

Hubungannya benar-benar sudah berakhir hari ini.









***

BACK 2 U

***

Jafran Emil Minata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jafran Emil Minata














Hai fellas, aku kembali menyapa dengan book 2020 yang aku re-upload xixi. Book ini aku rombak sebagian alurnya. Karena book lama tuh alurnya nggak jelas parah ih ilfeel sendiri😭

Semoga aku bisa konsisten sampai ending ya💗

- with love, hanee🤍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BACK 2 UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang