Nevan memijit kepalanya yang berdenyut dengan ujung jari seraya memejamkan mata rapat. Tubuhnya bersandar pada punggung kursi kebesarannya. Silau mentari menerpa wajah dan rambut coklatnya melalui kaca besar di hadapannya. Perasaan hatinya sedang kacau karena sejak kepulangannya dari hotel tempat ia bermalam bersama Hannah membuatnya tak mampu memejamkan mata barang sejenak saja. Nevan tak bisa mendeskripsikan rasa yang tiba-tiba menyelinap masuk di sela hatinya. Perasaan yang sebelumnya hanya terisi oleh sang ibu kini mulai goyah. Nevan tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Satu yang ia inginkan, memiliki Hannah seutuhnya seperti kemarin malam.
"Shit!" Umpatnya saat tiba-tiba bayangan Hannah yang hanya mengenakan lingerie seksi dengan wajah sendu seolah menari-nari di benaknya.
Di lain tempat, Hannah yang sejak 10 menit lalu telah berdiri di balik pintu ruangan sang bos masih mematung dengan degup jantung berkejaran, Hannah tidak siap bertemu Nevan dengan harga dirinya yang telah terkikis. Ia belum siap bertemu sang bos setelah menyerahkan kesuciannya dengan suka rela kemarin.
"Ada apa Han? Kamu sakit?" Tanya Tony yang tanpa Hannah sadari sudah berdiri di sisinya sejak beberapa menit yang lalu. Seketika Hannah terkejut hingga membuat buku agenda dan berkas di tangannya berjatuhan di lantai.
"Saya baik-baik saja Pak Tony," balas Hannah singkat seraya berjongkok, memunguti berkas dan agendanya yang berantakan dengan bantuan Tony.
"Ini!" Tony menyerahkan sebagian berkas ke arah Hannah. "Sebaiknya kamu izin pulang saja untuk beristirahat, wajah kamu pucat Han, hari Senin begini pekerjaan bos pasti banyak, biar saya saja yang menggantikan tugasmu," terang Tony prihatin dengan sekretaris bosnya tersebut. Tony maklum jika Hannah sampai sakit mengingat bos besar mereka yang disiplin dan perfeksionis dalam segala detail pekerjaan. Saking perfeksionis-nya hingga sang bos melupakan urusan pribadinya dan lebih mementingkan pekerjaan.
Tony adalah salah satu orang kepercayaan Nevan yang selama ini menemaninya ke mana pun pergi. Tak hanya menganggap Tony sebagai asisten pribadi saja, Nevan juga menganggapnya sebagai bodyguard sekaligus sahabat baiknya. Tony selalu siap siaga setiap kali Nevan membutuhkannya.
"Saya baik-baik saja Pak," balas Hannah setelah merapikan berkas-berkas di tangannya. Tentu saja Tony tidak percaya dengan ucapan Hannah yang berpenampilan berbeda. Di kota panas dan penuh sesak manusia seperti Jakarta ini Hannah mengenakan syal, padahal pakaian yang dikenakannya sudah sangat tertutup untuk ukuran penghuni kota gemerlap seperti Jakarta ini.
"Wajah kamu pucat Hannah," ucap Tony khawatir. Selama ini ia sangat menghormati gadis santun tersebut, bahkan Tony selalu merasa ingin melindungi gadis yang telah dianggapnya adik tersebut.
Hubungan Tony dan Hannah lumayan akrab karena lingkup pekerjaan mereka yang selalu berhubungan dengan Nevan. Terkadang jika Hannah membutuhkan teman bicara maka Tony tempatnya mencurahkan segala perasaan kecuali masalah pribadi, Hannah lebih memilih menyimpannya sendiri termasuk masalah penyakit yang diderita Fahmi. Hannah tidak ingin membebani siapapun yang nantinya membuat dirinya berhutang budi.
"Baiklah terserah kamu. Oya saya ada perlu sebentar dengan Pak Nevan tapi sebaiknya kamu terlebih dahulu saja." Tony berlalu dengan tersenyum seraya menepuk bahu Hannah pelan. Hannah membalasnya dengan menganggukkan kepala lalu mengetuk pintu ruangan Nevan.
"Masuk!" Suara sahutan dari dalam membuat Hannah menarik napas kasar lalu membuka pintu dan masuk perlahan.
Nevan yang tengah duduk di singgasananya tersenyum tipis menatap Hannah yang tampil berbeda. Gadis itu memakai syal yang melingkari lehernya, Nevan yakin kiss mart hasil karyanya pasti bertebaran di sana. Mengingat malam sensual itu tiba-tiba tubuh Nevan merasa gerah dan panas. Ia longgarkan dasi yang seolah mencekik lehernya. Ia raih remote AC dan menambah suhu ruangan seraya mendengarkan Hannah yang tengah membacakan agendanya hari ini dengan ekspresi seperti biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive CEO (End)
RomanceRate 18+ NIGHT SERIES #1 Blurb Rivandra Nevan Setiadi, pria berusia 29 tahun dengan segala kesempurnaan hidupnya. Selain kaya, cerdas, dan kesuksesan yang selalu mengiringinya, ada satu hal penting yang belum ia dapatkan yaitu cinta. Karena sejak ke...