❄ Winter 1

10.5K 784 46
                                    

Winter
A
Taekook fanfiction
❄❄❄

Malam ini angin kencang berhembus di jalanan kota Seoul, rintikan kristal es mulai turun bersama dengan angin. Deru mesin mobil melaju kencang terdengar, begitu ribut. Semua orang pasti berpikir yang harus mereka lakukan saat ini adalah pulang ke rumah, berkumpul bersama keluarga sembari meminum minuman hangat. Mungkin coklat panas.

Namun, berbeda dengan pemuda manis ini, ia masih sibuk berkutat merapikan barang-barang dagangan. Tangannya dengan lihai melipat tenda lalu memasukkan ke dalam ransel. Beralih mencopot kaki-kaki meja, kemudian mengikat di belakang sepedanya. Sesekali pemuda ini menggosok tangan, mencari kehangatan. Seluruh makanan sisa dagangan, ia masukkan ke dalam box, lalu menutupnya.

Pemuda itu mengeratkan jaket tebal miliknya, memperbaiki syal yang melilit leher putih. Semua telah beres, ia menghela napas pendek, meninggalkan jejak napas yang mengepul di udara.

"Sudah selesai," Ujarnya. "Saatnya aku pulang." Pemuda manis mulai menaiki sepeda putihnya, lalu mengangkat kakinya  memutar pedal. Angin kencang masih berhembus, menerpa wajah putih disertai rona merah di sekitar hidung dan pipi miliknya, membuat pemuda ini mempercepat ayunan sepedanya, menyusuri jalan raya yang sudah sepi.

Jeon Jungkook, nama lengkap si pemuda manis yang saat ini sedang mengayunkan sepeda. Usianya 22 tahun, pemuda manis saat ini sedang kuliah semester 3. Lalu, apa alasan pemuda ini berjualan? Sebenarnya dia telah mendapatkan beasiswa full dari universitas, namun ia berjualan makanan di tepi jalan untuk menambah biaya jajannya.

Parasnya bisa dikatakan tampan, namun lebih menjurus ke manis. Dengan kulit putih serta rona merah alami ketika ia malu, bibir yang paling di idamkan oleh ke banyakan perempuan di dunia, bagian atas dari bibir itu tipis namun bagian bawahnya tebal yang sangat pas. Selain itu mata bulat Jungkook begitu indah, maniknya yang segelap malam membuat seluruh orang yang menatapnya tidak dapat berpaling, satu lagi pemuda ini memiliki gigi kelinci yang menambah kesan manis pada tubuhnya.

"Huhh..." Pemuda Jeon mulai kelelahan, angin yang kencang membuat dirinya harus ekstra menambah kecepatan. Tidak sanggup, ia turun dari sepeda, berpikir sebaiknya berjalan menuntun sepedanya saja, lagi pula jalan menuju rumah sudah dekat. Jungkook melompat turun dari sepeda,

Tap!

Lalu mulai berjalan pelan, kedua tangan yang terbalut oleh sarung tangan tebal itu memegang stang sepeda dengan erat, menyusuri jalanan yang sepi ditambah dengan penerangan berupa lampu jalan dan lampu sepeda miliknya, hanya ada pohon ketapang di sepanjang jalan. Tetapi ia menikmatinya. Angin kencang sudah berhenti, mungkin sebentar lagi akan turun salju pertama, yang pastinya udara begitu dingin.

Namun, pemuda Jeon tidak peduli, ia lebih memilih berjalan pelan untuk menikmati keindahan yang berada di sekitarnya, melihat dedaunan ketapang yang sudah gugur di rerumputan dengan senyuman miliknya yang begitu menawan. Kaki jenjang yang terbungkus dengan jeans hitam ketat berbelok ke sebelah timur, tetapi langkah kakinya terhenti. 

Jungkook mendengar sesuatu.

Pemuda itu mengyerit, ia mengedarkan pandangan kesegala arah, ke kanan, kiri, namun begitu Jungkook menoleh ke belakang, tidak ada apa-apa. Hanya ada tumpukan plastik hitam yang dia yakini berisi daun ketapang yang gugur. Pemuda Jeon mengedikkan bahu, mungkin dia salah dengar. Memilih melanjutkan langkahnya.

"Eee.. eee..."

Jungkook berhenti lagi. Netra gelapnya mengedar dengan cepat, hingga pandangannya jatuh pada tumpukan plastik sampah hitam. Ia mengerutkan kening, suara itu dari sana, dia yakin itu, tetapi pertanyaannya, itu suara apa dan miliknya siapa? Hewan? Manusia?

Tidak ingin mati penasaran, Jungkook perlahan mendekati tumpukan sampah plastik itu sambil menuntun sepeda, kakinya yang terkesan gugup melangkah kecil, tiba-tiba ia menjadi takut. Pemuda Jeon menelan ludahnya, dia sudah dekat dengan tumpukan sampah itu, hanya tinggal 2 langkah lagi ia akan sampai. Tapi, yang Jungkook lakukan justru berhenti dengan tiba-tiba, entah mengapa.

"Kenapa aku menjadi takut?"

Ujar pemuda Jeon pada dirinya sendiri, tubuhnya mulai menggigil akibat suhu yang mulai turun, sepertinya dugaan akan turun salju benar adanya. Jungkook menggeleng kepala ribut, menangkup masing-masing sisi wajahnya lalu menepuk-nepuk dengan kuat, hingga membuat pipi tembam itu menjadi merah. "Kajja, Jeon!"

Jungkook mengambil plastik hitam besar itu dengan cepat, lalu menyingkirkannya ke tepi. Dann...

Srekk!!

Mata Jungkook membulat, ia menahan napas. Ini gila! Apa yang ia lihat ini tidak pernah terpikir olehnya, —tidak. Tangan pemuda Jeon bergetar menutup mulut, matanya mengedar panik, melihat sekeliling dengan cepat, tidak ada siapa pun, hanya dia seorang di jalanan ini.

Bayi!

Benar, apa yang Jungkook temukan saat ini seorang bayi. Juga, suara yang tadi ia dengar adalah suara milik bayi ini. Ia tidak menyangka bahwa akan menemukan seorang bayi di tumpukan plastik sampah. Jungkook sangat menyayangkan sikap orang tua yang tega membuang seorang bayi disini. Tapi itu tidak penting, yang terpenting sekarang adalah, apa yang harus ia lakukan?!

Jungkook menelan ludahnya, ia mulai berkeringat, merasa kepanasan, padahal udara begitu dingin saat ini. Dia gugup. "Apa yang harus aku lakukan?" Pemuda Jeon menggigit bibir bawahnya, pikirannya kacau, ia takut menyentuh bayi ini, bisa saja bayi ini memiliki bom disekitarnya, atau bisa saja bayi ini memiliki penyakit yang menular. Jungkook takut.

Pemuda Jeon menutup mata, lalu menghembuskan napas panjang. Ia telah mengambil keputusan.

"Aku akan meninggalkan bayi ini."

Jungkook tidak ingin mendapatkan masalah dengan menyentuh atau membawa bayi yang tidak ia kenal, dengan sembarangan, jadi ia berpikir untuk meninggalkan sang bayi. Pemuda manis yakin pasti akan ada seseorang yang melewati jalan ini selain dirinya nanti.

Pemuda Jeon menganggukkan kepala yakin, keputusan yang ia ambil ini sudah benar. Yang harus ia lakukan saat ini adalah berbalik arah dan melanjutkan perjalanan pulangnya yang tertunda. Iya, itu yang harus ia lakukan, tetapi entah mengapa yang Jungkook lakukan justru berdiri diam sambil memandang bayi itu dengan pandangan kasihan.

Setengah hatinya tidak tega meninggalkan bayi itu sendirian di tengah musim dingin seperti ini, tetapi setengah lainnya menyuruhnya agar pergi dari sana agar tidak mendapatkan masalah. Perasaan Jungkook bimbang.

"Tidak-tidak, mengapa aku harus menolong bayi ini? Aku bahkan tidak mengenalnya," Tubuh pemuda manis itu berbalik arah, mengeratkan peganganya pada stang sepeda, "Iya, aku harus pulang, dan melupakan bahwa aku tidak pernah menemukan bayi ini." Ujarnya dengan yakin. Jungkook mulai melangkahkan kaki, tetapi,

"Huks... eee... huks..."

Bayi itu menangis. Jungkook menghentikan langkah kakinya. Menoleh pada bayi itu dengan cepat. Menggigit bibir bawahnya dengan kuat, "Tidak Jeon, kau. harus. pulang." Ujarnya lagi dengan sedikit keraguan. Ia melanjutkan jalannya dan menulikan pendengaran.

"Huee.. em.. huks.."

Pertahanan Jungkook runtuh. Pemuda itu berbalik setelah menyandarkan sepedanya. "Maafkan aku," Pemuda manis mengangkat bayi lucu itu dengan hati-hati, memeluknya  dengan erat. Menggoyangkan bayi itu dengan pelan.

"Bagaimana pun aku tidak tega meninggalkan mu sendirian disini."

~tbc~
[Voment for suport!!]
Thank's •-•

Winter | Taekook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang