Prolog

10 2 0
                                    

Rizkia Angelica, gadis bertubuh mungil, pipi chubby dengan bibir yang merah alami. Rambut panjang sebahu berwarna coklat, kulit sawo matang dan hidung yang mancung bak prosotan anak TK. Fisiknya bisa dibilang anugerah Tuhan yang tiada kesalahan.
Rizkia-sapa saja begitu-adalah gadis yang ramah. Meski agak pemalu dan sedikit pendiam, dia mampu menarik perhatian banyak orang dengan auranya yang kental, terutama para lelaki tentunya.
Sang ayah-Alfa Siregar-memiliki perusahaan yang tersebar di beberapa titik di negara asia, dengan kekayaan yang mungkin tidak akan habis tujuh turunan.

Hari ini adalah hari pertama Rizkia bersekolah di salah satu sekolah swasta yang tergolong elit di kawasan ibu kota.
Ini adalah hari pertama kegiatan belajar mengajar, suasana kelas yang bising memulai segalanya.
Rizkia, berdiam di bangku. Hanya menyaksikan keributan yang tengah terjadi di kelasnya, dan tiba tiba seorang lelaki dengan paras tampan mendatangi dirinya, ia langsung mengulurkan tangan.

"Hai, gua Pandu," ujar lelaki itu.
Rizkia menoleh ke arah lelaki bernama pandu itu, mereka sempat bertatapan untuk beberapa saat hingga kemudian Rizkia membalas uluran tangan pemuda tersebut " E-eh gua Rizkia,” ucap Rizkia melemparkan senyum manisnya.
"Gua boleh duduk?" tanya Pandu, ia meminta izin pada Rizkia.
"Boleh silahkan." Rizkia menggeser tubuhnya ke bangku kosong yang ada di sebelahnya, memberi ruang pada pandu untuk bisa duduk di berdampingan dengannya.

Hening.

Tidak ada percakapan setelahnya, entah mengapa perlahan detak jantung Rizkia berdegup semakin cepat.

Apakah dia gugup? mungkin saja.
Sebagai anak yang ramah dan tentunya freandly, Rizkia tidak bisa berlama dalam situasi ini. Ia pun memutuskan untuk membuka suara terlebih dahulu.
"Kenapa kamu ga gabung sama mereka?" Tanya Rizkia, sambil menggedik kan dagu ke arah gerombolan siswa laki laki yang asik entah dengan apa.
"Males gua, mending kenalan sama lu 'kan?" Kata Pandu menaikan kedua alisnya. Ia terlihat sangat percaya diri, nampak dari caranya menatap Rizkia.

Sa'ae lu ngab ah.

Rizkia seketika tertunduk, tak sanggup beradu pandang lebih lama dengan pandu yang punya sorot mata yang penuh arti terselubung.

Pipinya pun bersemu merah, semakin memperjelas apa yang dia rasakan saat ini. “eh by the way,  balik bareng gua mau nggak?" ajak pandu.

"Hah?" Rizkia binggung harus menjawab apa, jujur saja dia cukup terkejut mendengar ajakan pandu. Apa lagi mereka baru kenal beberapa menit ini.

RizkiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang