Pulang bareng
Bertemu dengan mu adalah suatu takdir yang harus aku syukuri.
"Malah Hah heh hah heh! gimana mau kan lo pulang bareng gua? Harus mau sih" ada kesan memasaksa dari ajakannya itu.
"Aku pulang sendiri" Rizkia menolak lembut.
"Gua ga suka penolakan! pulang bareng gue hari ini" Pandu benar benar laki laki yang tak kenal basa basi, ia berani memaksa seorang gadis untuk pulang bersamanya walau sudah di tolak.
Rizkia diam. Dia memainkan jari jarinya mencoba menghilangkan kegugupan yang menyerang sejak awal kehadiran pandu.Anehnya, Rizkia tak bisa berkata kata.
Jangan remehkan Rizkia. Walau pendiam, ia bisa kok beradu argumen dengan seseorang jika perlu. Rizkia juga orang yang tidak bisa di paksa. Ia tidak akan pernah mau melakukan apa yang dia tidak suka atas kehendak orang lain.
Tapi pandu? Membuatnya mati kata.
Seperti semut yang terkena siraman air. Tak berdaya."Ehmm-"
"Oke! gw tunggu di parkiran" sambil meninggalkan Rizkia yang sedang mematung.
Rizkia menghela nafasnya pasrah. bingung mau bagaimana lagi.
"Yaudah deh"Pandu tersenyum puas, melihat Rizkia yang menggemaskan di matanya.
Bel panjang telah berbunyi, itu tandanya kegiatan belajar mengajar pada hari ini telah selesai. Sesudah menerimah wejangan akhir dari masing masing guru, para siswa berhamburan keluar kelas dan berbondong bondong menyusuri koridor.
Di parkiran Rizkia sudah bersama Pandu.
"Nih helm nya" pandu yang sudah naik di motor sportnya menyerahkan helm ke Rizkia.
Rizkia tak sedikit pun bergeming ia hanya menatap helm yang masih berada di genggaman pandu.
"Duh, ada apa dengan kamu Rizkia? Kenapa kamu gugup gini sih?" Rizkia, bertanya pada dirinya sendiri dalam batin.
"Woi!" Sentak pandu
"Eh" Rizkia terkesiap.
"Malah diem! Ini ambil. Apa mau gue pakai kan, Hem?" Tanya Pandu dengan nada menggoda yang semakin membuat Rizkia sulit mengontrol detak jantung nya.
"Ga, gausah, aku bisa kok pake helm sendiri" Rizkia meraih helm tersebut, kemudian mengenakannya. Ia naik ke atas motor pandu dan memegang bahu cowok itu.
"Nah, gimana dah siap?" Di balik kaca helm pandu bertanya kesiapan Rizkia.
"Iya siap"Pandu mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Keduanya hanya diam di sepanjang perjalanan, menatap jalanan ibu kota yang cukup ramai di siang hari itu.
Ketika jumpa jalan bercabang, pengemudi motor sport itu bertanya arah kepada Rizkia
"Kia, kemana lagi?' gua gatau jalan"
"Eee belok kiri, lurus terus ada rumah putih pagar abu abu, itu rumahku"
"Okey"
Dibalik helm yang kia pake tanpa di sadari ia tersenyum. Ia juga tidak tau kenapa dia bisa tersenyum seperti ini.
Akhirnya sampailah dirumah Rizkia. Rizkia segera turun dari motor, menghampiri wanita paruh baya yang berdiri di halaman rumah sedang menyirami tanaman hias yang tampak begitu subur.Wanita yang tak lain adalah ibu Rizkia itu, menyadari kepulangan anaknya bersama seorang laki laki.
"Eh ki dianter siapa?" Raisa Siregar, bertanya pada putri sematawayang nya.
"Ini Pandu Bu, kenalin" Ucap Rizkia.
"Halo tante, saya Pandu pacarnya anak tante" ucap Pandu ngasal, ia menjulurkan tangan ingin mencium tangan mertua.
Kedua alis Raisa saling bertautan, menatap heran ke arah putrinya seiring pandu yang menyalami tangannya.
Sementara Rizki, memberikan kode pada Raisa melalui gelengan kepala, bahwa apa yang di katakan pandu barusan tidaklah benar.
"Pacarnya kia?" Tanya Raisa, memastikan.
"Nggak Bu!"
"Iya Tante!" meyakinkan Raisa bahwa Pandu pacar Rizkia.
Pandu Dan Rizkia berucap secara bersamaan, membuat Raisa kebinggungan dan menatap kedua nya bergantian.
Pandu menoleh ke arah Rizki ketika dia juga sedang menolehkan kelapa ke arahnya. Pandu menatap Rizki, dengan pandangan menggoda. Rizkia malah bergedik geli, meski sebenarnya di Lubuk hati ia merasa baper.
"Yaudah Tante, saya pamit ya" pandu menganggukan kepala sekali, ia harus secepatnya pulang.
"Ga mampir dulu de?" Tawar Raisa, meski itu hanya sekedar basa basi.
"Lain kali deh tante, sekalian bawa keluarga juga kan eheheh" Pandu tersenyum, menampakkan sederet gigi putihnya.
Raisa membalas senyuman Pandu dan tidak menanggapi serius apa yang anak itu lakukan.
Rizkia mematung saat itu melihat interaksi ibu dan teman baru nya yang mengaku ngaku sebagai pacarnya itu.
"Ki, yang tadi bener pacarmu?" - tanya Ibu.
"Nggak kok bu," ujar Rizkia, menampik prasangka ibunya.
"Ya gapapa sih kalau kamu pacaran, berarti anak ibu udah besar, asal masih dalam batas wajar" Raisa mencuil ujung hidung Rizkia.
"Beneran dia itu cuma ngaku ngaku jadi pacar aku. Ah udah deh Rizkia mau bersih-bersih dulu,” Rizkia berlalu meninggalkan ibunya yang masih berkutat dengan kegiatan menyiram tanaman.
Raisa menatap punggung mungil putrinya berjalan masuk kedalam rumah. Ia tersenyum sambil berkata
"anak ibu udah mulai besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizkia
Teen Fiction@NraniisaNFirda Tolong jelaskan bagaimana rasanya jatuh cinta dan bagaimana rasanya patah hati, Rizkia gadis cantik yang belum pernah merasakan patah hati dan jatuh cinta sesungguhnya, gadis yang berbeda dari para gadis lainnya memiliki keunikan ter...