Chapter 15 - Kecemburuan Si Tupai

3.8K 660 143
                                    

Saat jam hendak menjangkau pukul dua belas siang, Jisung lantas kembali masuk ke dalam mansion karena panas mentari yang mulai menyengat. Kaki mungilnya melangkah melalui ruang belakang, yang mana hal itu berarti ia akan berhubungan langsung dengan dapur.

Lalu sialnya, lagi lagi ia menemukan Gahyeon yang tengah berkutat di sana. Apakah gadis itu tak mempunyai pekerjaan lain selain memasak?

Tak ingin memberi kesan buruk, Jisung lantas memulai basa basi, lagipula barusan mereka sudah sempat melakukan kontak mata.

"Kau tengah membuat apa Hyeon?"

"Ah ini, membuat bento untuk bekal makan siang Minho." Gahyeon tersenyum manis, membuat parasnya terlihat berlipat kali lebih cantik.

Jisung tenggelam dalam lautan insecure di detik selanjutnya. Cantik, baik, pintar memasak, begitu mengerti Minho, dan yang paling penting- mampu memberi keturuan. Gahyeon sepertinya memang pasangan yang tepat untuk Minho.

Haha ada apa dengan pikiran Jisung, kenapa pula ia membandingkan diri dengan Gahyeon? Hanya rasa sakit saja yang akan didapat karena dari sisi manapun, Jisung sudah kalah telak.

Bahkan gadis cantik itu begitu perhatian sampai terpikirkan untuk membuatkan bento, padahal selama hampir dua minggu ini, Jisung sama sekali tak peduli.

Hey jangan terlalu menyalahkan diri Han, kau terlalu larut dalam kebencian sebelumnya.

"Begitu rupanya, apa perlu kubantu?"

Lagi, raut Gahyeon terlihat sumringah. Jisung kadang heran, kenapa sosok tersebut seolah begitu senang kala dirinya menawarkan bantuan? Jisung hanya tak tau jika Gahyeon sangat ingin dekat dengannya. Bukan, bukan karena ketertarikan, hanya saja, Gahyeon merasa cukup kesepian di tempat seluas ini.

Padahal gadis itu baru tinggal selama dua hari, tak terbayang bagaimana sepinya Jisung selama ini.

Karena ia sudah terlanjur menawarkan diri, mau tak mau Jisung turut turun tangan. Berjalan untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum akhirnya memakai sarung tangan khusus untuk menggumpal gumpalkan nasi lalu dibungkus dengan lembar rumput laut.

"Apakah Minho menyukai bento?" Jisung iseng bertanya, hanya merasa tak terlalu nyaman dengan keheningan yang menyapa tiap kali mereka bersama.

Gahyeon mengangguk semangat. "Tentu, dia sering membeli makanan seperti ini saat masih kuliah dulu."

Jisung mengangguk paham, lalu begitulah, obrolan dengan topik utama 'Minho' mengalir begitu saja. Ternyata Gahyeon tak seburuk yang Jisung pikirkan di awal. Gadis itu memang baik luar dalam, bukan hanya cover seperti sebagian besar orang tunjukkan.

"Aku tinggal sebentar ya Ji, aku ingin ke toilet. Tolong masukkan makanan ini ke dalam kotak bekal."

Jisung mengangguk saja, toh pekerjaan mereka sudah akan selesai.

Begitu membuat gumpalan terakhir, Jisung tiba tiba saja mengulum senyum yang mendadak ingin terbit. Bukan, bukan seringaian jahil seperti biasa, melainkan lengkung manis yang terlihat tulus.

Alih alih obat bius seperti dulu, Jisung justru membuat gumpalan nasi itu dengan penuh perasaan, membentuknya seperti hati.

Pemuda manis itu terkiki geli lalu buru buru memasukkan semua ke dalam kotak bekal, tak ingin Gahyeon menyadari satu bentuk annoying yang ia buat. Tutupnya ia pasang rapat rapat sebelum akhirnya memasukkan ke dalam paper bag yang sudah dipersiapkan di awal.

Jisung masih menunggu Gahyeon kembali, ingin bertanya siapa yang akan mngantarkan bekal ini ke kantor.

Beberapa menit berdiri dalam diam, akhirnya Gahyeon kembali muncul, namun wajahnya terlihat seperti menahan sakit.

Casino [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang