We'll take to highway to heaven
And I can't wait to love you all alone.
-Highway to heaven NCT-Thanks for tap this story, maaf banget guys kalau masih cringe cause this's my first story.
Jika ditanya hal apa yang paling menyebalkan, jawabannya tentu saja adalah menunggu. Hal itu juga berlaku bagi Nayara. Gadis berambut hitam legam itu tengah menengadah menghadap langit, entah karena suka langitnya atau karena menahan tangis sebab bus yang ditunggunya tak kunjung datang. Langit juga sepertinya tidak mendukung, menunjukkan warna kelabunya. Sebenarnya dia suka hujan, hanya saja dia tidak suka kehujanan.
Ah, sial sekali. Tak lama dari itu hujan benar benar turun. Dia hanya bisa berteduh di bawah halte bus yang atapnya mulai rusak, membuat sebagian rok sekolahnya basah terkena air hujan.
"Huft, kenapa lama sekali"
Bayangkan saja, dia sudah dua jam berdiri disana. Teman temannya pun sudah habis tidak tersisa. Bukan takut atau apa, dia tidak percaya pada hal-hal mistis. Hanya saja, dia sudah lelah. Punggungnya terasa encok karena terlalu lama menggendong tas sekolahnya yang berat.
Halte bus itu tanpa kursi tunggu, dia harus berdiri sambil memperhatikan jalanan takut-takut busnya datang. Kakinya sudah mulai kram, dan badannya pun menggigil kedinginan. Sebenarnya dia ingin menangis, mengingat teman temannya pasti sudah pulang dan bergelung dengan selimut tebal diatas kasurnya masing-masing. Atau dengan secangkir coklat panas buatan bunda mereka.
Lagi lagi matanya memanas, menelan fakta bahkan jika dia sekarang sedang di rumah, tidak akan ada coklat panas dan tidak akan ada bundanya. Dia hanya akan bergelung dengan selimut kusamnya dan tertidur sendirian.
"Ra!"
Apa yang dia pikirkan menguap mendengar seseorang memanggilnya. Dia menoleh, mendapati laki-laki yang sangat dia kenali.
"Iya?" Sautnya
Maraka, kakak tingkat yang sialnya dia sukai tengah menatap Naraya di dalam mobil Audi Hitam berplat nomor M4RKFR miliknya. Ah, jangan tanyakan kenapa Nayara tau plat nomor mobil Maraka. Dia hafal bahkan ke nomor nomor milik Maraka yang lain.
"Ayo, saya anterin" suara mirip orang flu itu menyapa telinga Nayara.
"Bayar?" Tanya Nayara.
Bukan apa, jika benar benar harus bayar, uang saku Nayara hanya tinggal lima ribu rupiah. Dan tidak mungkin dia memberikannya pada Maraka.
"Pake hati ya" goda Maraka
"Hah?" Dia tahu Maraka hanya bercanda but shit! pipinya sedikit memerah.
"Hah heh hah heh, naik!"
Nayara terdiam, dia berpikir harus duduk dimana dia. Dibelakang atau di samping Maraka.
"Heh Ra, mau pulang gk? Malah bengong" ucap Maraka sedikit berteriak.
"Eh, iya kak"
Dia membuka pintu belakang, tapi berhenti karena intrupsi Maraka.
"Kamu beneran nganggep saya supir GoCar ya, Ra? Tadi nanya bayar, sekarang malah duduk di belakang"
Naraya masih terdiam, memikirkan bagaimana nasib jantungnya. Berada dalam Audi Hitam milik Maraka saja sudah membuat dia ketar-ketir, apalagi duduk disamping Maraka dengan jarak yang begitu dekat. Dan mereka hanya berdua! Oke, mungkin terdengar berlebihan tapi memang sebesar itu pengaruh Maraka terhadap jantungnya.
Akhirnya dia mengalah, duduk disamping Maraka bersama jantungnya yang berdegup semakin kencang.
__________
"Sudah lama menunggu? Biasanya siapa yang jemput?"
Ucap Maraka, menghalau keheningan di mobilnya."Dua jam lebih. Saya nunggu bus, Kak"
"Kenapa tidak pulang bersama Jeno?" Tanya Maraka
Jeno adalah adik Maraka sekaligus sahabat Nayara. Memang Nayara dan Jeno terkadang pulang bersama. Tapi, hari ini cowok itu sedang mengantarkan pacarnya membeli cat kuku baru.
"Jeno pergi bersama Angel"
Maraka tersenyum. Maraka tahu sahabat adiknya ini memang jarang sekali berbicara, mukanya pun terlihat ketus. Dan ekspresinya dingin seperti es. Jadi memang dari tadi dia sengaja banyak berbicara untuk mencairkan suasana.
Dia tidak sengaja melihat Nayara menggigil kedinginan di bawah halte. Sebenarnya mereka tidak sedekat itu untuk pulang bersama, hubungan mereka hanya sebatas Maraka yang tahu Nayara adalah sahabat adiknya. Tidak lebih.
Terkadang dia melihat Nayara datang kerumahnya, dan mereka hanya saling memberi salam atau melempar senyum. Hanya Maraka yang tersenyum sebenarnya. Tapi melihat gadis itu sendirian, menggigil kedinginan, dengan badan yang hampir basah kuyup, mobilnya malah membawanya kesana. Padahal sebenarnya dia harus menjemput Yeri; pacarnya. Ingatkan Maraka tentang Yeri nanti.
___________
Luv dari kak Maraka😘
Gak paham asli kenapa bisa dia ganteng banget😭Lanjut apa gk nih?
Thanks buat yang udah baca, please share ke temen-temen kalian kalau kalian suka.