***
Mereka masih tetap seperti itu, Kinnara rasanya tak ingin melepaskan pelukannya, menangis itulah yang dilakukannya sejak tadi. Perlahan ia melepaskan pelukannya matanya masih setia menatap sosok didepannya,ia menggenggam kedua tangan pria itu."Ali....kumohon jangan pergi lagi" suaranya sangat serak ,Kinnara tampak begitu menyedihkan raut kesedihan itu sangat tampak dimatanya. Pria itu hanya diam ia sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi ini seperti mimpi , tapi gadis didepannya ini begitu menyedihkan ia tidak tega melihat seorang wanita menangis ia benar-benar tidak tega. Ia menjadi simalakama, tapi ini sama sekali tidak benar faktanya ia adalah seorang laki-laki dan wanita ini yang sedang memeluknya bukanlah muhrimnya.
"Ali jangan pergi lagi ya" Gadis itu memelas seperti anak kecil yang meminta balon. Ia sudah tidak menangis lagi tetapi hidungnya dan matanya masih merah.
"Sangat imut" guman pria itu dalam hati seketika itu ia merutuki pikirannya bagaimana bisa ia berpikir begitu disaat seperti ini ."Maaf....sepertinya kamu salah orang" Ucapnya ia melepaskan genggaman gadis itu perlahan membuat gadis didepannya murung.
"Ali aku tau kamu udah pergi kita sudah berbeda dunia tapi sebentar saja tetaplah disini ...." ia menangis lagi tangannya kembali menggenggam tangan kanan si pria.
" Aku...aku..." Air matanya semakin deras nafasnya juga seperti tercekal sangat berat.
"Aku ingin bilang kalau aku mencintaimu" Pria itu melotot.
"Ada apa ini sebenarnya?" Hatinya semakin bingung sekaligus penasaran."Ini tidak benar, mungkin kau sedang banyak masalah" Gadis itu menatapnya nanar.
"Saya....saya Abi Alatas bukan Ali sepertinya kamu salah orang." Jelasnya menegaskan.
"Maaf saya harus pergi" Pria itu pergi meninggalkan Kinnara yang masih terpaku dengan perasaan campur aduk, antara bingung,sedih,senang semuanya menjadi satu. Ia menatap sosok Ali yang kian menjauh hingga hanya tampak pintu saja.
**
Abi berjalan setengah berlari menuju kantin yang berada tidak jauh dari perpustakaan. Ia langsung membeli sebotol air mineral kemudian menenggaknya habis."Hai...adegan apa itu tadi?, Huft..." Ia baru bisa bernapas lega setelah peristiwa yang hampir membuatnya berhenti bernapas karna jantung yang berdegup kencang untung saja ia buru-buru meninggalkan gadis itu jika tidak mungkin jantungnya bisa saja tanggal.
" AW" Abi meringis setelah mencubit tangannya.
"Bukan mimpi" ia bermonolog sendiri.Tangisan gadis itu terus berputar di benaknya ,kata-katanya juga masih teringat jelas, apalagi senyuman nya yang "cukup manis" yah meskipun hanya senyum miris ia akui itu manis.
Abi berjalan menuju parkiran lalu meluncur dengan motor kesayangannya itu.
.
.
.
Kinnara mengedipkan matanya berkali-kali lalu berlari keluar mengejar sosok Ali tapi ketika berada di luar tidak ada siapa-siapa.
" Kinnara...sadar Ali gak mungkin balik." Ia meyakinkan dirinya.
"Bodoh" ia kembali merutuki dirinya yang selalu saja memikirkan sosok yang sudah jelas tak akan kembali.
"Sampai berhalusinasi ...huh" ia tertawa miris ia sangat yakin bahwa ia baru saja berhalusinasi."Nar.... Lo udah dapat bukunya?" tanya seseorang yang membuat Kinnara terlonjak kaget.
"Kia...kalau jantung Nara copot emang nya Kia mau gantiin sama jantung Kia?" Masih dengan mode terkejutnya.
" Iya iya maaf bukunya udah dapat kan?" Nara mengangguk.
"Balik yuk" ajaknya mereka masuk kembali kedalam perpustakaan, mengambil dan meminjam buku yang sudah mereka cari kemudian berjalan dengan 5 buku tebal di tangan masing-masing.
.
.
.
Sesampainya di parkiran mereka langsung memasukkan buku-buku itu kedalam jok motor Kinnara, Kinnara sudah memakai helm nya. Baru saja menaiki motor itu Kia langsung duduk dibelakangnya tanpa dipersilahkan.
"Let's go" kata Kia sambil mengangkat satu tangan kanannya membuat Kinnara terkekeh.
"Kia....kayaknya besok aja deh Nara anterin Kia Nara gak bawa 2 helm" ia baru menyadari teman yang duduk dibelakangnya langsung berubah murung.
"Bercanda kali...." Lanjutnya terkekeh.
"Plak..."satu tangan menamparnya pelan membuatnya tersenyum.
"Oh... Ia mulai menampakkan sikap aslinya gaess" ucap Nara membuat Kia nyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI ke_2
RomanceSelalu ada perpisahan dalam sebuah pertemuan, yang membedakan adalah waktunya. Tak ada yang salah dengan hati yang mencinta juga tak ada yang salah dengan cinta yang tak di balas bukan. Sebuah rasa bisa saja membuat suatu hubungan menjadi erat ataup...