CHAPTER 1 : Kelas Unggulan

7 0 0
                                    

CHAPTER 1: KELAS UNGGULAN

Setiap kita tampak bahagia, tertawa lepas dalam canda dan tawa. Namun dalam setiap kisah yang dilalui bersama terselip duka yang meremukan jiwa. Tuntutan dan keinginan sering bertolak belakang sehingga setiap kita harus menanggung beban dalam setiap sunggingan senyuman.

¬_Arfa Muhammad Zain_

KELAS UNGGULAN

Matahari bersinar. Cahayanya berusaha berikan kehangatan bagi setiap insan yang memuji. Semua orang terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sepanjang jalan menuju sekolah pemandangan yang biasa kulihat ialah ada banyak orang yang sibuk bertransaksi di pasar, ada yang memuji Tuhan dengan terus bersholawat di masjid merdu terdengar, ada beberapa polisi juga sedang berjaga di pos keamanan persimpangan jalan. Inilah keadaan yang sudah bosan aku lihat. Keseharian seorang siswa bernama Arfa yang setiap hari berangkat pagi hari mengendarai motor ke sekolah. Ketika datang ke sekolah akupun harus biasa menerima keadaan kelas yang terkadang mengucilkanku juga terkadang memanfaatkanku. Inilah diriku disaat masa-masa SMA, yang kuharapkan cepat berakhir.

Namaku Arfa Muhammad Zain ketua kelas XII MIA 1 di SMA Negeri Harapan Nusa Jakarta. Orang-orang menganggapku sebagai orang yang tegas dan cuek. Ya sampai sekarang anggapan itu selalu membuatku tak pernah betah di kelas, karena mereka hanya tahu kalau aku dingin dan kasar. Tak heran banyak orang yang membenciku dalam wadah bernama pertemanan. Mungkin hanya karena aku menjabat sebagai KM, aku sedikit terhibur. Setidaknya mereka yang membenciku yang setiap hari menampilkan senyum kepalsuan masih menganggapku ada.

Dua tahun lebih aku hidup dengan keadaan seperti di penjara. Kapan hatiku bisa berkata jujur? Sejalan dengan bibirku yang selalu membanggakan mereka yang sudah jelas membuatku membenci diriku sendiri. Tak ada ketenangan yang kurasakan di setiap hari yang kulewati. Aku berjalan dibawah bayangan kegelapan. Tak ada orang yang mampu mengerti perasaanku. Tak ada yang bisa mengerti keinginanku.

Tuhan? Kapan kau turunkan sosok yang mampu merangkulku, menyentuh hatiku disaat aku terjatuh ke lembah duka? Kapan kau akan memperbolehkan aku untuk mengeluh tentang tuntutan yang selalu tak sejalan dengan keinginanku? rintihku dalam hati, saat melihat teman-temanku dapat tersenyum lepas di kelas. Sungguh pemandangan yang membuatku selalu bertanya-taya. Kenapa mereka bisa sebahagia itu, sementara aku tidak.

Tuntutan selalu membunuh anganmu bukan? suara Bayu membuyarkan segala pikiran negatifku.

Sejak kapan kau disini? tanyaku sedikit merubah posisi dudukku.

Sejak matamu berkata kalau kau telah lelah dengan hidupmu. Bayu mengedipkan matanya, Ah sudahlah, kau pasti akan berbohong kalau kau baik-baik saja. Mari kita bahas yang lain. Hmm bagaimana dengan club motormu?

Aku hanya mengedikkan bahu, kuharap ia tak berpikiran yang lain. Tak ada masalah. Semuanya aman terkendali, ucapku santai sambil menepuk pundaknya.

Dua orang yang selalu menjadi bahan pembicaraan kelas selalu seperti ini setiap pagi. Syifa datang menghampiri aku dan Bayu dengan gayanya yang tomboy.

Syifa, bisa gak kamu sehari aja jangan ganggu kami? keluh Bayu menatap Syifa tajam.

Bay, lu jangan gitu dong. Masih mending ada yang nyapa kalian di kelas ini. Gue peduli sama kalian, Syifa tampak kesal pada Bayu.

Terima kasih sudah peduli padaku Syifa, ucapku lembut sambil menahan tawa melihat ekspresi kesal Bayu.

Lu kok malah bersikap manis ke Syifa, bukannya lo itu.... aku segera menutup mulut Bayu, lalu tersenyum pada Syifa. Lu itu apa-apaan sih kok malah gini ke gue? teriak Bayu membuat heboh satu kelas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 23, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sabda Cinta di Dunia FanaWhere stories live. Discover now