Panekuk mengubang naik atmosfer, rangkaki derajat rendah buat Yeonjun menggertak gigi dalam gigil. Digerut kuku-kuku renik yang terkelupas oleh hasil garukan babi hutan.
Ia sudah kelaparan lagi. Kerongkongan Yeonjun melalak bagai dikeropongi kapur barus berkohesi nurkurkaeni. Ia haus super. Bukan, bukan air.
Air buat tenggorok Yeonjun membengkak, rasanya hampa tak berperisa, memuakan. Ia butuh darah.
Darah babi. Belum pernah ia cecapi darah sesamanya, sebab taksa ia bisa mati diamuk warga. Hah.
"Kenapa tidak dilahap panekukmu? Tak bernafsu?" Lantas benanya tergulir daratkan pada sepasang merjan bulat matang berkelir ke-emas-emasan milik wanita pirang yang kini mengendus-endus penasaran hidangan pagi Yeonjun di kedai Mrs Luckhut.
Yeonjun tertegun sesaat, imba terpana durja luar biasa seranca bilik apel Tuhan yang layaknya disegel senyap dalam Taman Eden. "... Siapa?"
Ketus tawa terpecah. "Amora. Je suis Amora Baldassa." Akas Mora mengikis tapak, buat Yeonjun refleks mundur terkantuk punggung kursi.
Amora menyerbak wangi tulip adun, menggelitik esofagus Yeonjun tuk 'tak meneguk dinding otot. Legit sekali. Amora, dia manis asli.
"Kau butuh ini?" Amora mendelik, sedang Yeonjun bercebik tak mengerti. Tunggu. Amora juga sepertinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
hellhound
FanfictionA tormentor from The Qiebuc who seeks for the bloody golden egg.