{Hide And Seek}
.
Uzumaki Hinata, selalu merasa sedih setiap kali, ia melihat ke arah luar rumahnya. Tepatnya, jalan besar yang berada di depan halaman rumahnya.
.
.
Terkadang, dirinya merasa bingung. Mengapa, ia merasa sedih ? Padahal, seluruh kelu...
Disclaimer Masashi Kishimoto . Hide n Seek . Special for NaruHinaDrak Day 2020 . #MenerorNaruHina . #NHDD2020 . Mystery, supernatural, horror . Genre M
...
Hari semakin gelap, angin terasa menusuk hingga ke tulang-tulang, membuat nafas terasa sesak dan berat. Namun, hal ini tidak membuat seorang perempuan berambut indigo, memiliki keinginan untuk beranjak pergi dari tempatnya berdiri saat ini. Ia, masih merasa 'nyaman' menatap jalanan besar yang berada tepat di depan halaman rumahnya.
Uzumaki Hinata, terlihat melamun dengan tatapan kosongnya. Ia, tidak merasa bosan atau pun lelah. Mengamati, setiap kendaraan yang melewati jalanan besar itu. Entah, apa yang ia tunggu atau apa yang saat ini, ia inginkan.
"Hime... Hari, sudah malam. Ayo... Masuk ke dalam...!" Ajak, seorang pria berambut pirang.
"Aku, masih ingin di sini, Naruto."
"Ayolah, hime. Masuklah...!! Boruto dan Himawari, sudah menunggumu." Mendengar sang suami, menyebut kedua nama anaknya. Membuat, dada Hinata terasa menghangat, tetapi tetap saja masih ada rasa kehilangan di sana.
...
"Mama... Ayo... Hima, sudah lapar." Ucap, putri sulungnya. Dengan senyumnya yang secerah mentari pagi. Sedangkan, sang kakak asyik, bermain dengan ponselnya, yang duduk bersebelahan dengan adiknya.
"Boruto... Papa, sudah bilang. Jangan, main ponsel saat makan. Simpan, ponselmu dulu...!!" Kata, Naruto dengan sedikit intonasi tinggi, agar Boruto mau mendengarnya. Hinata, hanya tersenyum saat melihat Boruto dimarahi Naruto, bukannya ia bahagia, saat sang putra dimarahi. Tapi, ini demi kebaikan Boruto juga, dia harus mulai disiplin. Dan, pemandangan ini, membuat dada Hinata, semakin menghangat sekaligus sakit.
Tidak hanya, sang nyonya rumah yang tersenyum melihat tingkah ayah anak itu, Himawari yang melihat kakaknya dimarahi, ikut tersenyum lebar bahkan hampir tertawa. Tetapi, tidak jadi. Karena, Boruto sudah menatapnya.
Acara, makan malam pun selesai. Boruto, langsung berlari, naik keatas kamarnya sambil membawa ponselnya. Naruto, yang melihat itu, hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mama... Mau, Hima bantu, mencuci piringnya ?"
"Boleh. Tapi, apa Hima tidak ada tugas sekolah ?"
"Ada sih, tapi sedikit kok ma. Nanti, habis bantu cuci piring. Langsung, aku kerjain tugasnya."
"Yah.. Sudah kalau begitu, ayo..." Naruto tersenyum melihat, interaksi antara ibu dan anaknya. Himawari, benar-benar memiliki sifat seperti ibunya, yang perhatian dan penyayang. Berbanding terbalik, dengan kakaknya yang keras kepala dan susah di atur. Entah, putra sulungnya itu, menurun siapa.
...
Saat Hinata, terlalu fokus dengan cucian piringnya, tiba-tiba ia mencium bau amis darah segar, saat ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada apa pun. Namun, saat pandangannya mengarah ke bawah, air yang mengalir dari keran, bukan lagi berwarna bening, tetapi darah berwarna merah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.