Two

1.2K 93 16
                                    

"Kau darimana? Ada apa dengan pakaianmu?" Tanya Xander saat aku melangkah memasuki apartemen.

Kubuka bajuku lalu memperhatikan noda tumpahannya, "Ah, aku menabrak seseorang di taman tadi. Kuharap nodanya bisa hilang." 

"Kau ini kan punya jutaan baju putih, broThat's all I ever see you wear." Ujarnya tertawa sambil bangkit dari sofa. "Jadi aku akan tidur di mana?" 

"Lewat sini, kamar sebelah kiri. Yang selimutnya berwarna biru." 

"Manis sekali. Terima kasih karena mau menampungku. Mencari tempat yang layak di sekitar sini benar-benar melelahkan." 

"Yeah, tell me about it. Apa kau punya rencana malam ini?" Tanyaku, ingin tahu apakah dia ingin melakukan sesuatu bersamaku.

Dia menggelengkan kepalanya sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam kamar, "Nopewhy? Kau punya kencan yang harus membuatmu meninggalkanku sendirian malam ini?" 

Kurasakan pipiku bersemu saat melihat senyuman mengejek di wajahnya, "Ermyes actually."

"Well then," Dia tersenyum, duduk di tempat tidurnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Siapa gadis beruntung itu? Apa kau mengajak Isabella?"

Kugosok punggung leherku kemudian melempar bajuku ke samping, "What? No no no. Aku mengajak gadis yang aku tabrak di taman tadi." 

Dia tiba-tiba tertawa, sampai punggungnya menyentuh tempat tidur. Dengan anehnya aku berdiri di dekat pintu dan menunggunya untuk kembali tenang.

"Biar aku perjelas ini. Kau menabrak seorang gadis di taman, menumpahkan minumannya, lalu kau mendapat kencan dengannya? Fuck, bro. Ajari aku taktikmu." 

"Diamlah," Aku tertawa. "Aku merasa bersalah, minumannya juga tumpah di seluruh pakaiannya. Dia tidak membiarkanku mengganti rugi pakaiannya jadi aku mengajaknya kencan." 

"Jadi apakah kau akan pergi sampai besok pagi atau ini adalah kencan yang sopan?"

"Aku akan pulang malam ini, dasar brengsek. Aku hanya mengajaknya makan malam." Sahutku sambil menggidikkan bahu, berusaha bertingkah seolah-olah ini hanyalah kencan sederhana.

Tapi dalam pikiranku aku tahu ini tidak sesederhana itu. Aku ingin memukau gadis ini. Mungkin bukan kesan yang terlalu berlebihan, tapi sesuatu yang bisa membuatnya tetap di dekatku. Sesuatu yang bisa meluapkan hubungan di antara kami berdua. Aku tidak berencana untuk menyerah pada gadis ini setelah satu kali kencan. Aku memutuskan untuk mengenalnya.

Xander menatapku seakan-akan dia berusaha untuk membacaku. Dia hampir terlihat seperti ingin memasuki pikiranku. Matanya sedikit menyipit, dan bibirnya mengerut. Aku menunggunya untuk mengatakan sesuatu.

"Tapi kau menyukai gadis itu. You want more from her, iya kan?"

Aku ragu-ragu menjawabnya, tidak yakin apakah aku harus seterbuka ini padanya. Tapi kurasa jika aku akan tinggal bersamanya untuk sementara waktu, mungkin aku memang harus terbuka. Tidak ada gunanya menyimpan rahasia darinya, khususnya jika akulah yang tak suka dibohongi. Itu akan membuatku jadi munafik. 

"Yeah, aku pikir begitu. Dia cantik. Dan dia adalah tipe gadis yang tak tahu bahwa dia cantik. Yang mana sangat berbeda dengan wanita-wanita lainnya di sini. Aku hanya bisa berharap semoga kencannya berjalan dengan baik." Ujarku mengakui.

Xander berdiri dari tempat tidur lalu berjalan ke arahku, menaruh tangan kanannya di atas bahuku, "Tak ada gadis yang bisa menolakmu, Styles. Aku telah menyaksikannya. Sekarang mandilah dan bersihkan dirimu. Dress to impress."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Royalty - Indonesian Translation (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang