Bab 1

526 71 5
                                    

Di Sabtu pagi ini merupakan hari paling menyenangkan bagi sebagian pelajar tetapi tidak dengan dokter, setiap harinya ia selalu di bekali oleh pasien pasien dan pasien.

Seperti hari ini, terdapat lebih dari 80 orang berada di rumah sakit yang sama, setiap menitnya pasien pasien itu berteriak untuk gilirannya di periksa.

Sebagian dokter ah tidak, bukan hanya sebagian, melainkan semua dokter dan suster kewalahan memeriksa pasien pasien ini yang tidak tau apa arti sopan santun itu.

Keadaan rumah sakit kembali ricuh saat setengah jam yang lalu gilirannya tak kunjung datang, mereka saling meneriaki dokter dan suster yang bekerja.

Dan yang paling parahnya, ada beberapa dari mereka mengumpati seseorang di dalam. Tidak sopan bukan?.

Lain halnya dengan keadaan di dalam ruang periksa, keadaan di dalam jauh lebih tenang. Ya, ruangan ini kedap suara karna berjaga jaga jika di luar sedang ricuh seperti sekarang ini.

"Dok, pasien atas nama Lalisa tidak ada"ujar salah satu suster disana, dokter tersebut tampak berpikir sebentar lalu memberi isyarat untuk melewati pasien tersebut.

Jam menunjukkan pukul 9 dini hari, namun gadis yang saat ini tengah tertidur pulas di atas ranjang tidak menyadari sesuatu akan dirinya.

Matanya terbuka lebar saat pendengarannya menemukan suara yang sangat amat menggelegar dan bisa jadi telinganya akan rusak karna volume suara sudah melebihi batas wajar seorang gadis.

"yak!!Lalisa!pemalas!bangun kau sekarang!!"teriak gadis dari arah luar pintu yang tertutup rapat itu, gadis yang berada di ranjang itu ah tidak, Lalisa yang berada di ranjang itu seketika terbangun karna mendengar suara tadi.

Matanya terbuka sempurna dengan kedua tangan yang menutupi telinganya kiri dan kanan.

Lisa yang sadar seketika emosinya sudah di ujung tanduk. Sebaiknya jangan macam macam dengannya sekarang, mood Lisa sekarang sedang buruk, karna drama yang semalam ia tonton tidak happy ending melainkan sad ending.

Bagaimana bisa si pria memutuskan untuk mendekam di penjara dan menceraikan istrinya itu karna tidak ingin nama istrinya menjadi buruk karnanya?tidak percaya.

Lisa mengatur nafasnya sebentar lalu mulai melangkahkan kakinya ke arah pintu kamar, menatapnya sebentar lalu segera membukanya dengan cepat.

Saat pintu terbuka dengan sangat cepat, tubuh gadis yang sekarang ini sedang menempel di pintu terhuyung ke depan dan pada akhirnya dia jatuh terlentang di lantai.

Lisa yang tidak merasa bersalah sedikitpun tertawa keras, tangannya memukul pahanya sendiri karna itu kebiasaannya jika ia sedang tertawa lepas.

Gadis yang sekarang ini tergeletak tak berdaya di atas lantai hanya bisa diam mendengar suara tawa adik terakhirnya yang sangat amat menyebalkan ini.

Setelah beberapa menit tawa Lisa sedikit demi sedikit mereda, tangannya mengulur ke arah kakak perempuannya itu dengan bibir yang menggumamkan sesuatu disana tapi yang jelas gadis itu tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

Berhasil berdiri dengan benar, gadis itu menatap Lisa malas, jika kalian menanyakan apa ia marah?tentu iya, dia marah besar tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang?tidak ada, bahkan membalasnya ia tidak tega. Bukan tidak tega lebih tepatnya tidak bisa karna jika itu terjadi Lisa tidak akan membiarkannya.

Lisa menampilkan senyum bodoh itu di depan sang kakak pertamanya, lalu dengan gerakan cepat ia menatap lamat lamat di leher jenjang kakaknya itu.

"eonni!aku mau menanyakan satu hal padamu, tapi kumohon jawab dengan benar"pinta Lisa.

Forever Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang