1. Siapa?

149 30 20
                                    

Hujan turun begitu deras. Jam sudah menunjukkan pukul 22.30, namun Ika masih berada di acara ulang tahun temannya. Lebih tepatnya adalah teman dari sahabatnya. Padahal kelopak matanya sudah berat, tak sanggup menahan kantuk yang melanda.
Ika hanya bisa duduk, dan menundukkan kepalanya.

"DOR! Tidur lo ya?!" Kejut Davin sahabat Ika.

"APATUH!" Ika terkejut dan langsung berdiri dari duduknya.

"Kagetan banget bocah." Davin mencolek hidung pesek Ika.

"MONYET YA EMANG!" Ika mengepalkan tangannya.

"Hahaha, apa cil? Coba sini tonjok, mana tangan kecilnya?" Ejek Davin membuat Ika geram.

"Udah ayo pulang, anak kecil gaboleh pulang malem malem, nanti di cariin bunda" Lanjut Davin menarik Ika menuju motornya.

Ya, begitulah Ika dengan sahabatnya Davin.
Davin Abian, sahabat Ika dari kecil.
Mereka selalu bertengkar, entah itu karna hal kecil ataupun memang karna sesuatu yang harus di ributkan.

-Pergi -

"Selamat pagi duniaa!" Ika meregangkan tubuh mungilnya di samping kasur.

"Huft, tadi malam cape banget." Ia berjalan menuju kamar mandi.

Hari ini hari minggu, jadi Arika tidak sekolah. Biasanya, pada hari minggu Arika akan marathon, memutari komplek perumahannya. Mungkin acara tadi malam yang menyebabkan arika tidak melakukan rutinitas mingguan nya itu.

Setelah mandi, Arika membersihkan tempat tidurnya, dan kembali berbaring di kasur empuknya itu.

"Arikaaaaaaaa!"

"Apa bun?!"

"Sini sebentar nak!" Teriak Cia ibunda Arika dari arah dapur.

Cia adalah seorang ibu rumah tangga, yang sangat kuat. Ia melakukan semua pekerjaan rumah tanpa mengeluh sedikit pun. Bahkan terkadang, ketika Arika lapar di tengah malam, cia bersedia bangun dan memasak sebuah telur dadar demi Arika makan.

"Arika nanti malem kita keluar yuk! Udah lama kan kita ga makan bareng" ucap Cia memeluk dan mencium pucuk kepala Arika.

"Lah bunda tumben tiba- tiba begini? kesambet apa bun?" Tanya Arika dengan senyum sinis.

"Ngeledek ya anak bunda, yaudah sih kalo kamu gamau gapapa bund....."

"Eh iya iya, bunda mah ambekan" ujar Arika memotong pembicaraan Cia dan menggembungkan pipinya.

"Udah ah, kaya bapau tau ga? Yaudah kasih tau bang Dion sana!" Ujar Cia memutar badan Arika dan mendorong kecil tubuhnya.

Arika pun langsung menaiki tangga. Dinding yang berwarna putih itu, memperlihatkan beberapa  foto keuarga yang berderet rapi. Masih lengkap bersama seorang Ayah.

"Ayah, Ika rindu" batinnya.

Arika pun tak mau tetap berada di tangga itu, ia kembali menaiki anak tangga untuk memberi tahu Dion, Abang nya.

Tok tok tok

"Abaaaaang!"

"Assalamualaikum ya ahli kubur!"

"Lo ngapin dikamar bang?!" Kesal Arika

"Abaaaang huooooooo!" Teriaknya sambil mendekatkan mulutnya di lubang kunci.

Klek

Demi apapun! Memanggil Dion ke kamar adalah hal yang paling Arika benci.
Pas 5 menit waktu yang dibutuhkan Arika agar Dion dapat membuka pintu kamarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang