PART 3

9 4 0
                                    

Pagi ini semua orang terlihat sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang mempersiapkan perlombaan, ada yang sedang menikmati makanan, ada juga yang asik bersenda gurau menikmati liburnya pelajaran hari ini.

Alea dan Michell sekarang sedang duduk di pinggir lapangan, suasana di lapangan sangat ramai karena semua orang sedang menikmati pertandingan basket antar tim guna menentukan tim mana yang akan mewakilkan sekolah di festival nanti. SMA Ganesha memang memiliki dua tim basket, dan kedua tim sudah menyumbangkan puluhan piala untuk sekolah.

Banyak yang berteriak guna menyemangati pemain andalan mereka. Walaupun hampir semua orang menyemangati Raga. Raga memang sangat ahli dalam bermain basket, pesona nya pun sangat keluar saat ia sedang bermain di lapangan. Tidak heran jika hampir seluruh siswi menyukai raga.

“Raga keren banget main basketnya, sudah mirip sama Kobe Bryant. Iyakan lea?” puji Michell.

“Enak aja, masih lebih keren Kobe Bryant lah!” sahut Alea.

Di lain sisi, Raga sekarang tengah beristirahat. Sejujurnya ia ingin pergi dari sana karena Raga sangat tidak menyukai keramaian. Apalagi saat istirahat seperti sekarang, banyak siswi yang menggerubunginya dan memaksa Raga mengambil minuman dari mereka.

“pada ngapain sih?! Jauh-jauh kalian dari gue!” bentak Raga.

Segala cara sudah Raga lakukan. namun, tetap saja siswi-siswi itu tidak mau pergi. Akhirnya Raga menerobos kerubunan siswi itu bahkan sampai ada yang terjatuh karena tenaga Raga yang sangat kuat. Raga langsung berlari tanpa menengok kebelakang, karena sangat ingin menjauhi kerubunan siswi itu Raga sampai tidak melihat jalan di depannya.

Bruk!

“Apa-apaan si--“

“Ayo ikut gue!”

“Raga!” kejar salah satu siswi yang sangat terobsesi dengan Raga.

Ia bahkan rela menunggu Raga latihan, mengantarkan minum, dan membawakan makanan. Walaupun raga tidak pernah meresponnya. Gadis itu berlari melewati michell yang Nampak kebingungan dan berusaha mencerna kejadian tadi.

apa sih, kok kayak ada yang hilang ya?  Batin michell

“Astaga Alea kemana?!” teriak michell

Sementara itu, Alea dan Raga berlari menuju taman, taman ini terletak di bagian samping gedung sekolah sehingga sangat jarang orang melaluinya.

“Berhenti! loe ngapain bawa gue ke sini,” ucap Alea dengan was-was.

“Gue haus.” Dengan cepat Raga mengambil air putih di tangan Alea dan meminumnya.

Mereka berdua hanya berjarak beberapa centimeter, membuat mereka dapat mendengar detak jantung masing-masing. Alea hanya bisa diam. Melihat raga yang penuh keringat dengan jakun yang naik turun karena meneguk air, membuat Alea gugup sendiri.

Astaga, gue kok jadi deg-degan gini ya, batin Alea.

Setelah selesai meneguk air hingga tandas, Raga pun mundur beberapa langkah. Mengamati Alea yang seperti takut dengannya membuat Raga tersenyum tipis. Biasanya banyak gadis yang senang karena dapat berduaan dengannya, tetapi Alea malah ketakutan.

“Kenapa? Takut?” Tanya Raga.

“Eng---enggak! Tadi…Ti---tidak bisa bernafas,” ucap Alea terbata-bata.

“Masa sih?” ucap Raga sambil berjalan mendekati Alea.

“Iy---iya!”

Alea pun berlari menjauhi Raga. Hal itu sontak membuat raga tertawa terbahak-bahak.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 03.30, pantas saja sekolah sudah sepi sekarang. Raga pun bergegas untuk pulang. Setelah puas karena berhasil mengalahkan tim lawan dengan skor 4-2, sudah di putuskan bahwa tim Raga yang akan mewakilkan SMA Ganesha saat festival nanti.

Raga sekarang sudah berada di atas motor sport kesayangannya, saat hendak pergi ia melihat seorang perempuan yang di kenalinya. Raga pun memutuskan untuk menunda kepulangannya. Dilihatnya gadis itu tengah duduk di halte depan sekolah. Ingin mengajak gadis itu untuk pulang bersama, tetapi gengsi Raga sangat tinggi untuk melakukannya.

Setelah beberapa saat, gadis itu berdiri dari duduknya. Raga pikir gadis itu akan pulang, tetapi gadis itu pergi menuju ibu-ibu yang terlihat kesusahan membawa belanjaannya. Raga mencoba mendekat dan mengamati gadis itu.

“Ibu kenapa?”

“Eh? Ini neng kantong belanjaannya sobek.”

“Boleh saya bantu?”

“Enggak usah neng, rumah saya dekat kok. Masih bisa saya bawa pelan-pelan.”

“Biar saya bantu saja bu, kebetulan saya belum di jemput daripada saya bengong lebih baik saya bantu ibu,” ucap gadis itu.

“Aduh makasih banyak ya neng, eneng baik banget mau bantuin saya. Namanya siapa neng?”
“Biasa aja bu, nama saya Alea”

Iya, gadis itu adalah Alea. Entah mengapa Raga sangat penasaran saat melihat gadis itu membantu seorang wanita paruh baya. Bahkan hingga sekarang pun Raga masih mengikuti Alea dan ibu itu. Alea memang sangat mudah bergaul, bahkan dengan orang yang lebih tua pun Alea dapat akrab dengan cepat.

Raga terus mengikuti Alea. Sesekali Raga melihat bahwa Alea tertawa lepas bersama wanita paruh baya itu.

“Gue kira orang baik sudah musnah di bumi ini, ternyata masih ada walaupun cuman satu,” ucap Raga sembari terenyum.

***

Waktu berjalan begitu cepat, hari ini Alea memutuskan membawa mobil sendiri. Walaupun harus melewati perdebatan bersama ayah dan bundanya, tetapi pada akhirnya Alea berhasil meyakinkan mereka.

“Ayah Bunda, Alea berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum,” ucap Alea.

“Waalaikumsalam, hati-hati ya sayang”

Alea pun bergegas pergi ke sekolah. Karena hari semakin siang, Alea pun melajukan mobilnya dengan kelajuan yang tinggi. Dalam perjalanan pun tidak ada hambatan, hingga saat di persimpangan ada sebuah motor yang melaju sangat cepat dari lawan arah.

Alea melotot saat melihat motor itu melaju ke arahnya. Ingin menginjak pedal rem, tetapi sudah terlambat. Motor itu sangat dekat dengan Alea.

Tin... Tin.... Tin!

“Argghhh!”

Bruk!

Tes! Air mata Alea menetes.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang