Judul: Aisyah
Penulis: Evangelin HarveyAisyah, sebuah nama seorang gadis yang sangat cantik. Menempuh pendidikan selama lima tahun untuk menjadi seorang Dokter. Sampai akhirnya gadis itu lulus dengan gelar Sarjana Kedokteran.
Suatu hari, seorang perwira muda bernama Julian datang untuk melamar. Padahal jujur dia tidak kenal sama sekali dengan pemuda tersebut. Tidak di sangka bahwa Julian adalah pria yang kini bahkan menjadi imamnya.
Sebuah pernikahan akhirnya terjadi. Kedua manusia yang saling canggung itu akhirnya harus saling terbuka. Mereka merasa sangat gugup untuk melakukan malam pertama. Apalagi Aisyah bahkan belum pernah dekat dengan lelaki mana pun, betapa salihahnya Aisyah. Dia tidak mau berpacaran padahal dulu banyak pria yang mengejar-ngejar dia.
Namun Aisyah tetap dengan komitmennya. Hanya lelaki yang menjadi suaminyalah yang bisa mendapatkan cintanya. Dan terbukti sudah. Julian adalah pria beruntung karena sudah mendapatkan cinta Aisyah sepenuhnya.
"Sayang, Abang mau bicara," kata Julian sambil menggenggam tangan Aisyah dengan tatapan yang lembut.
"Abang, Ade juga mau bicara, Ade mau mengatakan sesuatu yang sangat penting," kata Aisyah dengan sumringah.
"Kamu ada kabar apa, Sayang?" Julian mengerutkan dahinya.
"Emh, ini sangat penting tapi sepertinya informasi dari Abang lebih penting, jadi Abang bicaralah terlebih dahulu," kata Aisyah dengan senyumannya.
"Sayang, pernikahan kita memang masih tergolong baru, ya dua bulan kita berumah tangga, tetapi," ucapan julian terhenti tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Sabar ya Sayang, aku di tugaskan untuk pergi ke Libanon," lirih julian.
"Apa, Libanon?" Sesaat Aisyah terpaku. Bibirnya seolah bisu tidak bisa berkata apapun.
"Iya Sayang, aku harus pergi, maafkan aku, ya Sayang," kata julian dengan wajah penuh sesal.
"Ah, Abang mau pergi?" tetesan air mata tak bisa dia bendung lagi. Sang suami harus pergi meninggalkan Negara ini dan berperang di Negara konflik.
"Iya Sayang, maafkan Abang," kata julian sambil memeluk sang istri dengan mata yang berkaca-kaca. Pria itu sebenarnya tidak tega meninggalkan istri tercinta. Tapi tugas Negara tidak bisa dia bantah.
"Berapa lama?"
"Enam bulan."
"Ya, Tuhan lama sekali." Wanita itu meneteskan air matanya.
"Sayang sabar ya," kata julian.
"Di sana bukannya sedang konflik, kenapa aku merasa sangat sedih, dan ketakutan, Abang janji akan pulang kan?" bulir air mata itu terus menetes. Hatinya begitu sakit ketika sang suami harus pergi dan entah bisa pulang atau tidak.
"Abang tidak menjanjikan itu, tetapi selama Abang masih bernapas, Abang pasti pulang dek, tetapi jika enam bulan tidak ada kabar, adek sebaiknya mengiklaskan Abang, dan carilah pria lain, menikahlah lagi."
"Abang tega berbicara seperti itu kepada Asiyah? Di saat Aisyah sedang hamil anaknya Abang," lirih Aisyah dengan pilu.
"Apa? Sayang, kamu sedang hamil?" Julian terkejut mendengar ucapan istrinya. Pria itu pun menangis dengan pilu. Sambil memeluk istri kesayangannya.
"Iya Bang, Aisyah hamil," kata Aisyah dengan tetesan air matanya.
"Sayang, tolong jaga anakku, jaga dia baik-baik. Tolong besarkan dia. Aku tidak menjanjikan untuk bisa pulang, tetapi aku akan berusaha untuk bertahan dan bisa pulang," tangis Julian dengan tetesan air matanya.