#3

4 1 0
                                    

42 Tahun yang lalu ...

***
Sepertinya banyak sekali yang berubah dari kampung halamanku rasa-rasanya aku seperti tidak pulang bertahun-tahun. Padahal baru sekitar 6 bulan. Tapi aku sudah sangat merindukannya. Yaa.. jarak dari Yogyakarta dan Tasikmalaya emang jauh, terpaksa aku pulang pun jika ada libur panjang.

Kuluapkan rasa rinduku ini dengan berkeliling menggunakan motor Bapak ku. Sayangnya saat aku sedang menikmati desir angin yang membelai wajahku dengan lembut, aku merasakan ketidak seimbangan dengan motorku ini, tuh kan ban nya ternyata bocor. Terpaksa ku dorong sampai bengkel, untungnya tidak terlalu jauh.

"Permisi pak, saya mau tambal ban"

Sesampainya di bengkel, aku segera bilang ke bapa yang sedang membongkar motor lainnya.

"Iya sebentar neng, duduk dulu" jawab si Bapanya

"Iya pak" jawabku sembari menganggukan kepala

Tak lama seorang laki-laki yang lebih muda dari Bapa tadi muncul dibalik pintu, mungkin anaknya.

Matanya menatapku, pandangan kita bertemu dan entah kenapa aku jadi salah tingkah begitupun dia.

"Wan, tolong tambal ban motor ini ya" ucap Bapak itu

Tanpa menjawabnya, dia segera mengerjakan dan memperbaiki ban motorku.

Kulihat dia begitu fokus saat mengerjakannya, tapi kenapa aku jadi memperhatikannya sih.

"Ini motor punya kamu" ucapnya membuyarkan semua fikiranku

"Iya" jawabku

"Inimah harus di ganti ban dalem nya, udah ga bisa di tambal, gimana?" Ucapnya tanpa melihat ke arahku

"Iya gak papa ganti aja" jawabku lagi

Kulihat dia hanya mengangguk dan segera mengambil ban dalem yang baru dan segera memperbaikinya.

Tak lama, motorku pun sudah selesai di perbaiki.

"Beres" Ucapnya, entah memberi tahu ku atau hanya sekedar bergumam, namun spontan aku berdiri dan mendekatinya, maksudku mendekati motorku.

"Berapa" Ucapku, dan spontan dia berdiri. Dan sekarang kita berhadapan, aku bisa lihat lebih detail wajahnya yang tampan, Apa tampan?

Setelah membayar, aku masih menunggu uang kembaliannya. Tak lama diapun kembali dan memberikan uang kembaliannya juga dengan secarik kertas. Aku bingung, mungkin terlihat karena aku mengerutkan dahiku.

Dia hanya tersenyum dan menatapku hangat, "Makasih ya" ucapnya. Aku hanya mampu membalas senyumannya, tanpa berkata.

Tak ingin lama-lama dengan keadaan yang sedikit canggung ini, aku segera membalik badanku menuju motor. Dan segera melaju menjauh dari bengkel, sedangkan fikiranku masih berada disana memikirkan dia, kenapa bisa?

Sesampainya di rumah aku masuk ke kamar dan begitu penasaran sama isi dari secarik kertas itu. Apa? Isinya nomor telpon? Nomor siapa? Apa ini nomor dia? Tapi maksudnya ngasih aku nomor dia buat apa? Aku pikir setelah membukanya rasa penasaranku terpuaskan, ternya aku salah aku semakin penasaran dengan nomor itu.

Pada akhirnya aku save nomor itu, dan aku pada akhirnya juga coba kirim pesan.

"Hallo"

*** Bersambung... ***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Di Penghujung Usia (Menua Bersamamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang