friends

82 4 5
                                    

Teman.

Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata itu?

Satu atau sekumpulan orang yang berada disisimu disaat senang maupun susah? Seseorang yang menemanimu hampir setiap harinya?

Begitulah Mingyu dan Wonwoo. Mereka memiliki selisih umur enam tahun. Semenjak Wonwoo masih memakai popok, Mingyu yang berusia enam tahun kala itu selalu datang ke rumah untuk bermain atau menjaga Wonwoo yang masih bayi. Rumah mereka bersebrangan, kedua orang tua mereka pun bersahabat dengan baik.

Mereka tumbuh bersama dengan Mingyu yang selalu menjaga Wonwoo. Selain karena Mingyu lebih tua, fisik Wonwoo cenderung lemah, ia gampang jatuh sakit. Maka dari itu Mingyu selalu berada di garda terdepan untuk melindungi Wonwoo yang sudah seperti adik untuknya.

Ada yang bilang, jika dua orang dengan berbeda gender berteman sejak kecil, salah satunya pasti menyimpan rasa. Dan bagi Wonwoo, itu berlaku juga baginya.

Wonwoo sadar kalau ia adalah laki-laki. Dan setiap laki-laki harus berakhir dengan perempuan. Awalnya Wonwoo merasa aneh, jantungnya yang selalu berdebar cepat ketika memeluk Mingyu atau bertingkah lucu dihadapannya. Seiring berjalannya waktu, Wonwoo sadar kalau ia jatuh cinta, dengan teman masa kecilnya, dengan sosok yang sudah menjadi kakak untuknya. Dan mereka tidak mungkin bersama. Dua orang laki-laki, tidak boleh berpacaran apalagi menikah. Namun bagi Wonwoo, itu tidaklah penting.

Wonwoo hanya ingin Kak Mingyu jadi miliknya.

Kini, usia Wonwoo dua puluh satu tahun, sudah duduk di tingkat akhir dunia perkuliahan. Mingyu sendiri sudah bekerja, menjadi manajer di perusahaan milik Papa Kim.

Pulang kuliah dengan hati yang senang. Skripsinya sudah selesai, tinggal menunggu proses sidang. Seminggu ini Wonwoo non-stop bolak-balik kampus untuk mengurus printilan sidang. Saatnya untuk lapor ke Kak Mingyunya yang selalu menyemangati dan menemaninya dikala membuat skripsi.

Mingyu sudah tinggal sendiri, tapi Papa dan Mama Kim masih tinggal di rumah seberangnya. Wonwoo berjalan dengan langkah riang sambil bersenandung. Tapi, begitu Wonwoo akan menyebrang, ia melihat Kak Mingyunya tengah mengobrol dengan seorang wanita cantik. Mungkin itu teman kerjanya Kak Mingyu. Maka menyebranglah Wonwoo tanpa melihat keadaan jalanan. Terlebih mendadak terdiam kala bibir Mingyu dicium oleh wanita itu.

Bibir tebal Kak Mingyunya yang selalu ia cium kini sudah ternodai oleh bibir lain. Terlalu terkejut dan cemburu, Wonwoo tidak sadar kalau ada sepeda motor yang melaju kencang ke arahnya. Mingyu yang melihat keberadaan Wonwoo pun menyudahi ciumannya dan berjalan cepat kearah Wonwoo.

"WONWOO!!"

Wonwoo tersadar, saat ingin menoleh tiba-tiba saja badannya terjatuh, hampir ditindih oleh si pengendara motor. Wangi maskulin memenuhi rongga hidungnya. Wonwoo mengerjap pelan ketika kaca helm full face itu dibuka.

"Kamu gapapa?"

"Ung?? Ehh.."

Badan Wonwoo tiba-tiba terangkat dan diputar, lalu dipeluk. Aroma yang sangat ia kenali. Kak Mingyunya tengah memeluknya.

"Mas, bawa motornya hati-hati, untung aja adik saya gak luka." Mingyu kemudian melepas pelukan dan menatap Wonwoo. "Kamu juga, nyebrang tuh lihat-lihat dulu! Untung aja gak ditabrak."

Wonwoo ketawa dan menatap sang pengendara motor yang sudah melepas helmnya. Ganteng sih, ganteng banget. Tapi kalau dibandingin sama Kak Mingyunya, Wonwoo tetap akan pilih Kak Mingyu.

"Saya meminta maaf atas kejadian hari ini. Di dengerin tuh dek, apa kata kakaknya. Jangan suka nyebrang sembarangan."

"Ehehe.. iya.."

letting go 🍃 meanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang