last wish

79 4 2
                                    

Dahulu, mereka sangat bahagia. Berbagi canda dan tawa, berbagi kasih hingga orang disekitar mengecap mereka sebagai bucin.

Keduanya seakan tidak pernah berjauhan. Dimana ada Wonwoo disitu juga ada Mingyu. Pun sebaliknya. Mereka pasangan kekasih paling fenomenal seantero kampus.

Sang pangeran kampus yang berandalan, jatuh cinta pada sosok manis yang baik.

Dunia seakan mendukung hubungan dua sosok yang memiliki sisi yang berbeda ini.

Mingyu yang aktif dalam menyuarakan pendapatnya dalam demo, yang kadang bertindak anarkis jika Wonwoo terluka tanpa sengajaㅡseakan siap untuk menghancurkan dunia yang telah membuat kesayangannya kesakitan. Mingyu itu sangat posesif. Siapapun yang berani mengusik teritorialnya, maka bersiaplah karena Mingyu tidak akan memberi ampun. Dalam hal ini, yang menjadi teritorialnya adalah Wonwoo.

Siapapun boleh berteman dengan pria manisnya, namun atas izin dan persetujuan darinya. Kehidupan Wonwoo seperti diatur oleh Mingyu. Banyak orang meminta Wonwoo untuk putus saja karena merasa ini sudah bukan pacaran yang sehat. Terlebih Wonwoo adalah anak psikologi, tentu ia lebih mengerti dengan keadaan.

Namun Wonwoo menolak. Menurut pandangannya, apa yang Mingyu lakukan bukanlah sebuah kesalahan. Terlebih pria itu tidak pernah melakukan kekerasan terhadapnya, pun membatasi ruang geraknya. Wajar bagi Mingyu untuk mempertahankan apa yang ia punya. Terlebih Wonwoo masuk dalam jajaran orang populer di jurusannya.

Walau Mingyu terkesan berlebihan, juga terlihat seperti mengatur, namun pria itu tidak benar-benar mengatur. Mingyu sudah bertemu dengan orang yang memiliki berbagai kepribadian, pun dengan dirinya. Mingyu hanya tidak ingin Wonwoo terluka. Jika Wonwoo terluka, maka Mingyu juga tersakiti.

Semuanya berjalan dengan sempurna. Kehidupan kampus mereka yang merupakan fase peralihan dari masa remaja menuju dewasa, semuanya sempurna.

Mereka bahkan bertunangan, saat memasuki semester delapan. Rencana pernikahan pun sudah ada, walau masih dua sampai tiga tahun lagi.

Semuanya sangat sempurna. Sampai pada suatu malam, Wonwoo mendapatkan kabar bahwa Mingyu masuk rumah sakit. Mingyu yang baru saja pulang dari rumahnya, menjadi salah satu korban tabrakan beruntun. Pada saat itu juga, Wonwoo bergegas mengambil kunci mobilnya dan pergi ke rumah sakit.

Ada hal yang sangat ditakutinya, yaitu kehilangan Mingyu untuk selamanya. Wonwoo tidak mau hal itu terjadi. Pun dia tidak akan bisa hidup tanpa Mingyu disisinya.

Menemukan Mingyu ditengah kekacauan ternyata sulit. Mata rubahnya menatap panik sekelilingnya, berputar di ruangan gawat darurat untuk mencari Mingyu, yang akhirnya ketemu. Mingyu ada di brankar paling pojok. Terlihat ada cervical collar di lehernya, juga perban pada tangan dan kaki. Wonwoo menghampiri Mingyu yang terlihat sedang tidur.

"Terima kasih, Tuhan. Engkau masih mengizinkanku untuk bersama dengan Mingyu."

"Hey, Won.."

"No, jangan bergerak dulu, okay? Oh God, seharusnya aku tahan kamu biar nginep, jadi semuanya gak akan begini. Kamu gak kesakitan kayak gini.."

Air mata Wonwoo jatuh. Dia memang sudah meminta Mingyu untuk menginap, yang lalu ditolak oleh pria itu. Jika saja ia meminta lebih keras, mungkin mereka sekarang tengah bergelung dibawah selimut sambil berpelukan.

"Hey, ini bukan salah kamu. Jadi tenang ya?"

Wonwoo mengangguk. Ada hasrat untuk memeluk tubuh tegap yang kini terluka. Namun Wonwoo tidak bisa. Ia takut akan melukai Mingyu lebih dengan pelukannya.

"Cepat sembuh, Mingyu."

Mingyu tersenyum menanggapi. Dan malam itu Wonwoo habiskan berdua dengan Mingyu di sebuah kamar inap di rumah sakit. Menemani juga menjaga sang tunangan tercinta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

letting go 🍃 meanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang