Di bawah pohon rindang, terlihat seorang gadis remaja yang duduk tenang sambil menikmati sapuan angin menerpa wajah cantiknya. Gadis itu duduk melamun dengan pandangan tertuju ke bawah. Tak lama ada seorang perempuan yang datang dan duduk disamping gadis itu.
"Nak, kamu yakin sama keputusan kamu? Ibu cuman khawatir kamu hidup di sana sendirian. Banyak sekali bahaya di kota besar itu nak," ucap perempuan itu memulai obrolan.
Seketika lamunan gadis itu buyar dan digantikan senyuman tipis di kedua sudut bibirnya. Pandangan gadis itu beralih ke arah perempuan disampingnya. Terlihat jelas ada bendungan air mata yang siap menetes dari mata perempuan tadi.
"Iya bu, Cla udah yakin sama keputusan Cla. Disana Cla bakal kerja cari uang buat biaya sehari-hari Cla. Ibu tenang aja di sana Cla pasti baik baik aja," gadis yang dipanggil Cla pun membalas ucapan dari perempuan yang dipanggil ibu.
Clarice Pricilla nama lengkap gadis itu.
"Kapan nak kamu berangkat ke sana?" tanya ibu tadi.
"Dua hari lagi bu. Doakan Cla ya bu biar bisa nyelesain sekolah Cla. Ibu jangan sedih."
"Doa ibu gak akan putus buat kamu nak. Ibu bangga sama kamu. Semoga beasiswa itu kamu pergunakan sebaik-baiknya."
"Iya bu Cla janji. Nanti kalau Cla udah sukses, Cla bakal bales semua kebaikan ibu. Terima kasih sudah mau merawat Cla selama sepuluh tahun bu. Maafin Cla udah ngrepotin ibu hiks.." pecah sudah bendungan air mata yang Clarice tahan sedari tadi.
"Kamu gak perlu minta maaf nak semuanya sudah di atur sama yang di atas. Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat kamu." ibu tadi perlahan mengusap air mata dipipi Clarice.
"Yaudah nak ayo balik lagi ke panti. Kasihan anak-anak belum makan siang. Nak Cla bantuin ibu masak ya." lanjut ibu itu.
"Iya, ayo bu."
Mereka berdua meninggalkan tempat tadi dan berjalan menuju ke sebuah rumah yang tidak jauh dari tempat mereka mengobrol tadi.
Tibalah mereka di depan rumah minimalis yang terdapat sebuah papan nama di dinding teras. "Panti Asuhan Kasih" tulisan yang tertera di papan nama tersebut. Walaupun bangunannya kecil tapi masih bisa dihuni oleh beberapa orang. Rumah yang terdiri dari 2 kamar tidur, dapur, dan kamar mandi itu terlihat sangat bersih dan rapi.
Mereka masuk kerumah itu dan berjalan menuju dapur kecil di bagian belakang.
Clarice dan ibu panti lalu memulai kegiatan memasak."Ibu sama kakak dali mana, Lisa tadi nyali-nyali kok ndak ada."
Saat sedang asik memasak mereka berdua dikagetkan dengan suara cedal anak kecil yang umurnya sekitar 4 tahun.
"Ya ampun Lisa ngagetin kita tau nggak," ucap Cla dengan tangannya yang mencubit gemas pipi anak kecil tadi.
"Lisa sekarang panggil anak-anak yang lain ya. Di suruh ibu berhenti main kita makan siang sama-sama," ucap Cla lagi.
"Ciap kakak"
-o0o-
12.30 a.m.
Waktu menunjukkan bahwa sekarang sudah lewat jam dua belas malam, tiba-tiba saja Clarice terbangun dari tidur nyenyak nya. Bukan karna mimpi atau ingin ke kamar mandi, tapi ini adalah sebuah kebiasaan baru Clarice setiap malam. Hal ini kerap terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Setiap malam Clarice merasa ada sesuatu yang bergejolak di dalam pikirannya. Seperti ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya.
Dalam diam tiba-tiba Clarice teringat sesuatu. Dia beranjak dari tempat tidurnya dengan gesit. Untung saja ibu panti tidak ada disampingnya. Hari ini Clarice tidur sendirian karena ibu panti sedang menemani anak-anak tidur. Biasanya dia tidur bersama ibu panti.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARICE [On-Going]
Teen Fiction-CLARICE PRICILLA- Ini kisah Clarice, gadis remaja yang baru saja menginjak SMA. Di usianya yang masih muda dia harus menghadapi pahitnya kehidupan. Sepuluh tahun yang lalu kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan. Setelah sosok yang dia...