Akhir Cerita Cinta

664 24 2
                                    

Namaku Gabriel Stevent Damanik. Semua memanggilku dengan begitu singkatnya “Iel”. Seorang pria tampan menurutku. Bahkan Tania, adikku yang masih berusia 5 tahun memanggilku dengan sebutan “abang ganteng” sungguh istimewa bukan?. Awalnya aku mengira dia telah mengejekku. Betapa tidak, mata yang sipit, wajah yang hitam, serta senyum lebar ini bisa dikatakan tampan. Sebaliknya, aku juga menganggap itu benar, karena seorang anak kecil terkenal akan kejujurannya saat memberikan komentar. Aku bingung pikiran mana yang harus dibenarkan.

Tapi sekarang itu semua benar-benar terjadi. Semenjak aku dinobatkan sebagai ketua OSIS di SMAku, semua mengenal ketampananku. Harapan dijuluki ketos yang bijaksana, rajin, hemat, cermat, dan bersahaja tidak bisa ku raih. Setelah dipikirkan aku salah telah menggantungkan harapan setinggi langit. Seharusnya aku menggantungkannya di langit-langit kamarku agar aku mudah mencapainya. Hu..h apa boleh buat. Walaupun harapan itu gagal, aku bisa mendapat julukan yang hampir seimbang. “ketos Tampan”. Itu terdengar gila. Menjadi seseorang yang tak pernah diharapkan sebelumnya.

Dikatakan sombong mungkin bisa karena aku terus melihat ke atas dengan gagahnya.

Ditambah lagi aku merasa beruntung atau bejo. Iyalah. Tanpa harus minum “bintang toejo masuk angin” aku mendapat kesempatan ini. Alyssa Saufika Umari. Dia dapat kujadikan seorang kekasih. Gadis paling digandrungi pria-pria di sekolah, cantik, cerdas dan ikut melaksanakan keteriban dunia …. eh maaf terlampau jauh.

Hubungan kita terlihat sangat baik. Entah apa yang membuatnya menerima tembakan dari senapanku yang masih dalam tahap uji coba kelayakan pakai ini. ada yang mengatakan dia cinta dengan CBR merah milikku. Namun CBR teman-temanku lebih terlihat cethar. Itu yang membuatku menolak pernyataan itu. Dia terlihat tulus. Materialistis? Itu sifat gadis waras.

Malam minggu ini aku tak lagi berada di kamar mandi, menyalakan shower dan dan menunggu air jatuh menimpa tubuhku hingga dingin. Niatku jika esok masih menjadi jomblo, dan showeran aku akan memakai minyak tanah sebagai pengganti air, dan sambil bermain korek api. Dijamin la la la ye ye ye…

Beruntung. Lagi-lagi hanya sebuah keberuntungan. Aku merubah kejombloan ini dengan menjadikan Ify seorang pendamping. Mandi ekstrim itu belum terjadi.

Kali ini kencan atau pertemuan untuk kesekian kalinya dimulai kembali.

Pria itu simple memakai celana jeans, kaos polos putih dan jaket hitam agar terlihat keren. Tak perlu parfum atau make up, hanya dompet harus tebal.

Ponsel di saku jaketku berbunyi. Mungkin Ify yang hanya butuh kepastian bahwa kita benar-benar akan bertemu.

Tapi

“hallo “suara pria itu membuatku malas.

“Rio”jawabku kethus

“kita sekarang latian band di tempat lo.” Katanya to the poin 

“yaah Rio malem ni gua gak bisa.”

“kenapa?”

“Libur ya? Kalau besok mau.”

“lo mau nge-date ya?”

“nggak juga.” 

“ngaku lo!”

“enggak.”

“trus?”aq

“males ah.”

“Ray gak ikut sekarang lo juga. Ya udah gua juga gak ikut.”

“hehe sorry yo. Lo latian nyanyi sendiri ya?”

“males”

“Cakka sama Debo?”

“ mereka belum gua calling. Batal kan?”

Akhir Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang