Aku, Naila. Nai Nai Si Lunglai katanya. Rambut hitam lurus tipis, tak berkumis, dan bermata kaca.
Duniaku terlalu indah untuk dibagikan sebenarnya. Jadi, ya, biasa-biasa saja.
Namun, semenjak dia memperkenalkanku dengan sebongkah hati, rasa, dan lirik teracak, aku mulai paham arti dunia untukku. Bahkan arti diriku untuk dunia.
Ia tak kejam, Sayang. Hanya saja kamu yang merasa terancam.
Nai, jangan pakai sayang. Seperti makanan basi saja; dibuang sayang.
🍀
Kelas yang ricuh. Kelas yang dihuni dengan kebanyakan lelaki itu, malah terasa lebih ricuh daripada para gadisnya.
"Woi, salah ini. Bukan gini, Sayang," lantang Dino dengan nyaring.
"Sayang-sayang upil kau, Din. Sayang dibuang, kata Lunglai tuh," sahut Keno.
Sontak, Nai Nai melirik tajam ke sumber suara. Lalu membuka suara, "Apaan?" ucap Nai Nai yang merasa terpanggil.
"Nama loe Lunglai?" timpal Keno.
Naila berdecak. "Sabar Nai, sabar," ucap Naila pelan sambil mengelus dada. "Untung pernah sayang," lanjut Naila tanpa suara.
🍀
"Nai Nai, kantin ikut kagak?" ajak Keno sambil menyenggol lengan Nila yang sedang menopang kepalanya.Naila menatap Keno kesal. "Enggak tahu," balas Naila sambil kembali menopang kepala.
"Ish, bukan itu, Nai Nai," kesal Keno. "Aku mau ke kantin, ayo!" Keno keluar dari bangkunya dan menarik lengan Naila.
Naila yang saat itu sedang tak siap, tubuhnya langsung oleng, tetapi dengan sigap, Keno menopang tubuhnya.
Tubuh yang jauh dari kata body goals dan dekat dengan kata body shaming itu malah ditangkap oleh lelaki bertulang kering.
Beberapa menit mereka bertebar tatap. Hingga Naila menepis tangan Keno bersamaan dengan celotehan Keno. "Apaan sih pegang-pegang. Suka entar sama Keno," lontar Keno dengan penuh semangat.
Untung saja kelas hanya berisi mereka berdua. Naila yang mendengar ucapan Keno, langsung menimpal dengan sebongkah tatapan.
Keno yang melihat kekesalan Nai Nai miliknya, langsung kembali membuka suara. "Untung aku tangkap, kalau enggak, apakah masih lengkap itu rangkamu?"
Naila kembali menatap tajam Keno. Ia kembali duduk. "Pergi sendiri aja sana!" kesal Naila.
Keno tersenyum geli melihat tingkah gadis gembul itu. Ia kembali menempati bangku sebelah Naila, lalu kembali memulai aksinya. "Yakin, enggak mau ikut?" ucap Keno sambil bersiap menggelitik perut Naila.
Naila yang tengah sadar dengan keisengan Keno, langsung bangkit dan membuka suara. "Yo dah, ayo!"
"Gitu dong." Keno tersenyum. "Diem-diem aja tapi," ucap keno sambil menaikan alisnya, tetapi Naila malah mengerutkan keningnya.
Perjalanan mereka bersama dengan lorong sepi karena kantin yang mulai ramai bertebaran putih abu-abu.
Naila sedikit memberi jarak dengan Keno karena Keno adalah sang pemilik gengsi tersebar di dunia, eh, terbesar maksudnya.
"Jalannya di sampingku kenapa?" tanya Keno heran memandang Naila yang kini semakin berjarak.
"Gak mau ah, gengsimu kan besar banget, nanti kalau ada temenmu, malah aku bikin masalah," tukas Naila.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Insecure Day
Short StoryBeberapa kisah dariku. Tentang sebuah rasa. Insecure namanya. Kubagikan cuma-cuma pada kalian, bahwasanya dalam rasa itu ada sebongkah makna yang tak akan pernah bisa kau ulang karena waktu masih berbalut bentuk lingkaran. Nikmatilah sebuah kisah, d...