Kamu

45 1 0
                                    

Tulisan ini aku tulis khusus untukmu, kamu yang selalu hadir dalam tiap do'a dan harapku.

Kamu tau, bagaimana bahagianya itu aku ungkapkan saat Allah SWT menjawab do'a dan harapanku atas-mu?
Sungguh sangat sulit, sa-a-ngat-t-t sulit untuk dirakit agar menjadi bait yang saling terkait. Tapi sungguh, bahagia itu melebih bahagia yang pernah singgah dihidupku.

Dahulu hanya mampu berdo'a untuk dipertemukan dan dipersatukan kembali denganmu dikehidupan yang lebih abadi, tetapi ternyata Allah SWT menjawab do'aku lebih cepat dari perkiraanku.

Berasa seperti mimpi, sampai diri terus menampar pipi agar sadar dari halusinasi. Tetapi ternyata itu bukanlah mimpi, itu adalah kenyataan yang selama ini dinanti.

----

Berjalannya waktu, aku semakin tahu dan sadar betul tentang hadirmu.
Ya, jika aku terlalu berharap padamu; maka aku akan dapatkan kecewa yang lebih dari bahagia yang aku dapatkan dulu.
Dan ketika aku tak lagi berharap, dan sedkit merelakanmu serta membiarkan Allah SWT yang mengatur semuanya; maka aku akan mendapat kebahagiaan yang berlipat dari apa yang pernah aku dapat.

Mustahil untuk dipercaya, tapi itu kenyataan yang ada.

Aku, sempat sangat berharap dan menganggap bahwa dirimulah orang yang tepat. Tepat untukku menaruh harap, tepat untukku bersandar, tepat untukku berbagi cerita, tepatku untukku menumpahkan segala abdi dan rasa hanya untukmu, dan tepat yang masih banyak macamnya.
Tetapi, ketepatan itu hanya ketepatan semu; sebelum akhirnya aku ditampar kembali oleh jalan hidup yang sebenarnya.
Aku kembali kecewa, kembali terluka, dan kembali menangisi hal yang terpaut dengan hati.

Dari sana aku kembali belajar, belajar serta menelaah banyak hal tentang hati, harapan, cinta dan kasih sayang yang sebenarnya.
Tak sengaja aku pernah baca artikel, bunyinya seperti ini, "Aku sudah merasakan semua kepahitan hidup, dan yang paling pahit adalah berharap pada manusia." (Ali bin Ani Thalib)

Dari situ, seperti ada tamparan yang datang dari segala penjuru, dan untuk kesekian kalinya aku menangis menyeseli rasa yang telah salah aku artikan. Mulai malam itu, aku lepaskan, aku ikhlaskan dan aku relakan serta aku titipkan semua rasa cinta, sayang, dan harapan-harapan indah tentangmu pada Allah SWT. Aku mulai ubah do'aku, pandangan dan tanggapanku tentang apa yang aku rasa.
Karena aku sadar, selama ini aku terlalu memaksa harapanku terwujud dan menjadikan aku berharap lebih bukan pada tempat semestinya.

Jika ditanya sampaikan?

Aku akan jawab, "Sampai Allah SWT meletakan pada tempat yang seharusnya; dan semoga itu padamu."

Semoga tulisan ini mewakili☺️
Bandung, 31 Januari 2021

Monolog DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang