Bagaimana jika dalam suatu sekolah membuat semua murid saling membunuh untuk bisa keluar dari gedung sekolah tersebut? Namaku Peter, siswa baru di SMA Harapan Garuda. Aku punya teman sepermainan yang terdiri dari lima orang termasuk diriku. Mereka bernama Alex, David, Tiara, dan juga Cindy.
Akan kuperjelas sifat mereka. Alex merupakan temanku dari sejak SD. Pria berambut ikal dengan tinggi kurang lebih 178 sentimeter persis setinggi bahuku, mempunyai sifat yang dingin, tenang, bijak, tetapi Alex mempunyai sifat yang kurang peduli dengan orang yang tidak dikenalnya atau tidak berhubungan dekat dengannya. Hal itu tidak membuatku resah untuk berteman baik dengannya. David, ia merupakan kekasih Cindy yang tentunya dari SMP yang sama. David merupakan sosok pria yang sangat rela mengorbankan apa saja demi Cindy, bahkan dia rela untuk di-skorsing selama seminggu karena ulah keteledoran Cindy yang menjatuhkan gelas beker milik Laboratorium Biologi pada saat SMP. Untuk Cindy, seharusnya sudah tergambarkan dari penjelasanku untuk David. Cindy merupakan gadis yang manja, mau menang sendiri, tidak peduli keadaan sekitar. Hal positif darinya adalah bahwa Cindy sangat pintar dalam pelajaran biologi. Yang terakhir adalah Tiara, gadis tomboy dan pemberani. Tidak ada yang ia takuti, gadis berambut sepanjang bahu yang selalu menguncirnya pernah melumpuhkan tiga orang kakak kelas yang ingin menggodanya. Kalau aku sendiri, aku dicap orang yang selalu menganggap semuanya bercanda. Aku dianggap senang tertawa. Aku juga dinilai percaya pada temanku sendiri.
Senin pagi, pukul 06.15, aku pamit kepada ibuku.
"Ma, aku berangkat dulu ya. Pulang sekolah aku request mie tek-tek," teriakku dari pintu keluar.
"Siap! Nanti Mama masak untukmu ya, Nak," ujarnya. Aku menyalakan motorku dan langsung menuju ke Sekolah. Perjalanan memakan waktu 15 menit untuk sampai di sekolah. Sesampainya di sekolah, aku langsung bertemu dengan pasangan yang menyebalkan yaitu David dan Cindy.
"Woy! Masih pagi udah aja ribet," sapaku.
"Elah...!" nada malas dikeluarkan Cindy.
"Eh! Peter, biasa kanjeng ratu mau dibagusin rambutnya," jawaban dari David.
"Haha. Gue tunggu di kelas ya," balasan tawaku dan ujarku. Aku langsung bergegas masuk kelas, tapi ada hal yang membuatku aneh. Mengapa aku tidak melihat guru berkeliaran di area sekolah? Aku memilih untuk berpikir positif bahwa para guru sedang melakukan rapat pagi.
Aku duduk di kursi yang terdapat pada bagian belakang pojok kanan. Di sana, Alex sudah menunggu kehadiranku. Alex menyapaku.
"Cuy!" sapanya kepadaku.
"Oy. Lex, kebiasaan banget lo dateng pagi," kataku. Alex memang merupakan murid yang selalu datang paling pagi di kelas. Lalu, datanglah gadis yang mengeluarkan aura kesangaran dari dalam tubuhnya, ya. tepat sekali, gadis itu adalah Tiara. Aku langsung menyapanya.
"Ra. Gila sombong banget lo," sapaku.
"Hm, kenapa Pete?" tanyanya dingin.
"Gapapa. Sepi banget nih sekolah," komentarku.
"Iya woy! Kayaknya guru-guru pada rapat deh," celetukan dari Cindy. Aku mengangguk ke arah Cindy. Seperti biasa, Cindy duduk bersama Tiara. Aku dengan Alex. Sementara itu, David duduk sendiri persis di depanku dan Alex. Hari berjalan dengan normal, seperti hari sekolah pada umumnya. Suasana kelas sangat ramai karena guru belum ada yang masuk ke dalam kelas. Kebosanan menghampiriku. Kantuk pun tiba. Tanpa terasa otakku memerintahkanku untuk meletakkan kepalaku di meja. Terdengar kepala sekolah yang berbicara lewat speaker.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Man Standing
Short StoryBagaimana jika untuk keluar dari sekolah diharuskan untuk saling membunuh? Peter dan teman-temannya akan merasakan hal mencekam seperti itu.