"Jeno tidak takut padaku?" tanya Renjun menunjuk dirinya sendiri.
Lagi, hari ini Renjun datang lagi. Dan tiba-tiba menanyakan hal aneh pada Jeno. Pemuda itu cukup terkejut karena Renjun yang mendekat tiba-tiba.
"Takut?"
"Padahal semua anak lain di sekolah takut, tapi kamu sering mengajakku ngobrol," kata Renjun.
Jeno mengadahkan kepalanya. "Awalnya aku takut sih.. Soalnya ada gosip, kamu alien berdarah dingin yang kejam."
Renjun tertohok.
"Tapi setelah mengobrol, ternyata kamu cowok yang manis," ujar Jeno tulus.
Aku yang seperti ini pun, dianggap manis olehnya..
Renjun menutup wajah tersipunya. "Pertama kalinya ada orang seperti Jeno."
"Seperti aku?"
"Iya, orang yang tak pernah bohong," kata Renjun. "Aku tak pernah melihat makhluk hitam muncul di bahu Jeno.."
Renjun tersenyum. "Pertama kalinya ada orang seperti ini.."
Jeno ikut tersenyum. "Apa Renjun juga bisa mendengar suara hati yang sebenarnya kalau berbohong?"
"Iya," Renjun mengangguk cepat. "Aku benci Jeno." ( Suka kok.. )
Renjun menunjuk bahu kanannya yang ia lihat terdapat makhluk hitam. "Jeno tidak bisa lihat. Tapi keluar kok!"
"Eh?!"
"Eh???"
"Kamu bohong waktu bilang benci, artinya.."
Wajah Renjun memerah sempurna, refleks ia menutup mulutnya.
"UWAA!! TADI CUMA BERCANDA!" ( Benar kok.. )
"AKU BERCANDA.."
syuu
Renjun terdiam menatap sesuatu yang disodorkan Jeno.
"Tiket taman bermain. Aku dapat dari pasien di kamar sebelah," Jeno mengulas senyum tipis. "Mau pergi bareng?"
Renjun menggenggam tiket itu, lalu tersenyum. "Iya. Janji ya.."
amfy
"Tumben, Jeno ke sekolah," kata Renjun. Ia datang ke sekolah agak terlambat dari biasanya dan malah bertemu dengan Jeno di kelas.
Dengan jelas Renjun dapat melihat bahwa orang-orang yang berada disekitar Jeno sebelumnya langsung menjauh saat ia datang mendekat, walau tidak secara langsung. Yah, Jeno itu terlalu populer untuk Renjun, kadang ia merasa tak pantas akrab dengan Jeno.
"Orangtuaku menentang, tapi aku ingin sekolah waktu keadaanku membaik," kata Jeno, ia tersenyum lalu mengedipkan sebelah matanya jahil. "Aku ingin ketemu Renjun, sih!"
Renjun memerah malu, apa maksudnya sih?!
.
.
.Renjun menopang dagunya menggunakan tangan, mengalihkan fokusnya pada guru di depan dengan kejadian tadi pagi.
Tunggu! Kenapa Renjun malah memikirkannya lagi?! Renjun merasa sangat bodoh, tapi tak bisa dipungkiri bahwa ia menyukai pemuda jangkung itu.
Lee Jeno.
Aku baru tau kalau, sekolah bisa jadi menyenangkan hanya dengan menyukai seseorang..
"UHUK! UHUK!"
BRUGH!
"JENO??!!"
Renjun segera menghampiri Jeno yang sudah terkapar tak sadarkan diri.
"Jeno bertahanlah.." Renjun bergerak menjadikan pahanya sebagai bantalan untuk kepala Jeno. Ia berteriak histeris meminta orang-orang agar memanggilkan ambulans.
Rasa sesak, panik, takut dan khawatir menjadi satu. Rasanya Renjun ingin menangis dan berteriak marah pada teman sekelasnya yang diam saja, hanya ketua kelas yang sigap melapor ke guru.
Emosinya semakin meluap-luap saat orang-orang mulai berbicara.
"Dia baik-baik saja?? Aku khawatir.." ( Kalau masih sakit, lebih baik gak usah sekolah. )
"Aku khawatir.." ( Bakal jam bebas nih. )
"Iya.." ( Untunglah, soalnya aku tak mengerjakan tugas! )
Tangan Renjun terkepal, ia sudah tak tahan lagi. Ia menarik salah satu pria yang berbicara tadi.
"HENTIKAN KEBOHONGAN KALIAN!"
"Padahal teman sekelas kalian pingsan, tapi yang kalian pikirkan malah seperti itu!!" Renjun terisak pelan.
Aku memang benci..kebohongan..
Dan orang-orang yang berbohong.
Aku juga benci kekuatanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Miracle From You - Noren [✓]
FanfictionRenjun dapat melihat ketika orang lain berbohong. Pertemuannya dengan Jeno mulai mengubah hatinya yang keras. Tetapi.. [ remake dari manga/komik MAITA Nao dengan judul yang sama ] #5 in jenoxrenjun [20.12.15] #8 in jenorenjun [21.01.03] start : Des...