[01]

1.3K 146 7
                                    

Bola itu terus masuk kedalam ring basket dengan berulang ulang, peluh keringat sudah bercucuhan di daerah wajah maupun lehernya, tanpa kenal lelah Vernon Bruschweiler terus memasukan bola itu ke kering.

"Tidak lelah?" Sampai seruan dengan intonasi tenang itu membuat vernon menghentikan aktivitasnya, sambil menatap kearah Alice Bruschweiler yang tengah berjalan kearahnya dengan sebotol air juga handuk kecil.

"Kenapa noona kesini? Bukankah noona tidak enak badan?" Vernon bertanya sambil menerima botol air itu, tersenyum kecil kala alice mengelap lembut keringat di wajah waupun di lehernya dengan gerakan pelan.

"Sebentar lagi mereka datang" alice menjawab lain, sambil terus berjinjit susah payah untuk mencapi wajah adiknya yang cukup jauh dengan tingginya.

"Ah, aku lupa akan hal itu" berucap acuh, sambil membukukkan tubuhnya sejajar dengan alice saat melihat alice sendiri kesusahan mencapainya.

"Ayo" selesai dengan kegiatannya alice menarik pelan tangan vernon, menggemgam tangan adiknya itu. Sambil tetap menggemgam handuk kecil yang ia bawa. "Menurut noona aku harus bersikap seperti apa?" Pertanyaan vernon saat dirinya sesekali meneguk sebotol air itu.

"Bersikap apa adanya" menganggkat bahunya acuh, tak berniat sama sekali untuk membahas topik yang amat alice tidak sukai itu.

"Aku dengar dari daddy mereka mempunyai gadis berumur 16 tahun" Vernon terus berucap di sepanjang jalan dengan genggaman tangan yang digenggam alice. "Aku tidak tau, kau mau mempunyai adik bukan? Sekarang keinginanmu terwujud"

Kala itu vernon tak menyangka saat tiba tiba genggaman itu terlepas oleh alice yang berjalan mendahuluinya.

Lalu kemudian vernon tersenyum kecil sambil menyamakan langkah panjangnya untuk menyusul alice "sampai kapan pun alice noona akan menjadi pertama bagi vernon"

Vernon mulai menggemgam kembali tangan alice, lalu terus tersenyum lembut untuk alice yang menatapnya sendu. Vernon tau, tau jelas apa yang akan dipikirkan noona-nya ini.

Ya, Alice tak ingin posisinya tergantikan.

***

Rasanya hambar, makanan yang disajikan di hadapabnya tak ia sentuh, hanya menatap lurus minho Bruscgweiler yang tengah menikmati makanannya dan sedikit bergurau dengan anak yang sudah menjadi bagian dari keluarga Bruschweiler.

Somi Bruschweiler terus tersenyum sesakali terkekeh saat Daddy yang sudah menjadi ayah nya itu menceritakan hal lucu,
"Mereka manis sekali Dad~" somu berucap dengan antusiasanya sambil melirik alice yang menatapnya lurus.

Somi beringust mundur, menatap takut pada alice. Kakak tirinya itu barusan menatapnya tajam. "E-omma dan Daddy akan pergi nantinya?" Berusaha mengalihkan rasa takutnya, somi berucap kembali pada minho.

"Hem, kami akan ke jepang~" itu ucapan yang terlontar dari bibir tipis Krystal Bruschweiler yang tengah tersenyum hangat, membalas perkataan somi yang mengangguk angguk mengerti.

Alice masih diam, tak berniat sekali memakan makanannya, sangat muak melihat interaksi yanh dibuat oleh keluarga nya dihadapannya. Bahkan Daddy nya saja tak memperhatikan alice. Yang benar saja!

Alice tersentak kala mendapat usapan lembut di surai panjang berwarna blonde miliknya. Lalu ia tatap kang-joon Bruscgweiler yang tersenyum tulus untuk alice yang ikut tersenyum.

Somi memerhatikannya, memerhatikan interaksi hangat antara kakak-adik itu. Somi ingin merasakannya, bagaimana rasanya disayang oleh kakak lelaki. Walaupun dia sudah mempunyai heuningkai Bruschweiler, tetap saja somi ingin mendapatkannya dari sosok tegas dari kang-joon.

"Aku akan mengantarkan doll ke kamar, dia sedang tidak enak badan" ucapan kang-joon menghentikan aktivitas yang lain, mereka semua mengarahkan atensi mereka pada kang-joon yang sudah menggendong alice arah depan.

"Alice noona tidak apa?!" Vernon berseru panik, dari tadi dirinya berusaha mengbrol dengan sosok dingin samuel Bruschweiler.

Alice tak berniat menjawab, dirinya hanya bersandar dengan nyaman di dada bidang kang-joon, rasanya sangat sesak bila melihat keluarga baru yang sudah menjadi bagian dari Bruschweiler.

Tidak bisakah mereka mengerti alice?

"A-alice noona mau somi temani?" Somi mencicit pelan dibangkunya, lalu sedetik kemudian tersentak karena tak siap oleh kang-joon yang menatapnya tajam dengan wajah dingin itu.

"Tidak perlu, nikmati saja makanan kalian" sambil mengeratkan gendongannya, kang-joon tak sedikitpun melunakan ekspresi dinginnya.
Pergi membawa alice ke atas, menuju kamar adiknya.

"A-ah joon memang seperti itu, ia akan mejadi senaitiv bila menyangkut alice-nya." Minho berusaha mencairkan suasana yang canggung itu, mengalihkan pandangannya pada samuel yang berdiri dari duduknya.

"Aku sudah siap" ucapan singkat dari samuel membuat vernon menatapnya sinis tanpa sadar, lalu kemudian berdecih ringan.
Apa ini sikap buruk saudara tirinya ini? Bukankah vernon sudah berbaik hati mau mengajak samuel berbicara?

"Kau tidak sopan sam" heuningkai berucap lurus pada samuel, menatap tegas adiknya itu. Juga somi yang bangkit dari duduknya, tersenyum lembut kemudian "samuel mungkin tidak mood dad, aku akan menemaninya~ selamat malam~"

Samuel menatap kembarannya sinis,lalu berlalu begitu saja diikuti somi yang menyempatkan memcium pipi krystal dan minho. Menyusul samuel, sosok keras kepala.

"Dad, vernon kekamar ya? Ingin belajar~" bersikap sopan adalah salah satu perinsip vernon. Ajaran itu dari ibu kandung nya dulu, yang selalu menganarkannya.

Minho tersenyum tipis, begitupun krystal yang tersenyum hangat, berjalan mendekat kearah vernon. Lalu krystal elus surai kecoklatan milik vernon "belajar yang rajin hm?...tapi jangan terlalu keras..."

Vernon mengangguk patuh, tak menyembunyikan rasa hangat yang hinggap di hati kecilnya, sosok krystal hampir sama dengan sosk ibunya dulu. Selalu perhatian dengansenyuman hangat yang menjadi arti tulus yang sebenarnya.

***

Suasana ini sangat hening, hanya mendominasi pelukan hangat yang tak kian dilepas. Alice, gadis berwajah boneka itu tak ingin melepaskan pelukan hangatnya pada kang-joon.

"Kenapa hm?...tidak senang memiliki keluarga baru?" Tanpa menghentikan elusan di surai blonde itu, kang-joon berucap. Dengan senyum tipisnya "oppa masih disini...bersama doll" semakin mengeratkan pelukan itu.

Lisa mendongak dalam pelukan itu "joonie oppa...a-alice masih adik kecil oppa'kan?...t-tidak ada yang lain'kan?" Nadanya terdnegar bergetar, bahkan mata alice berkaca, membuat kang-joon menatapnya sendu, sambil menggeleng tegas.

Menghapus air mata yang jatuh dari pipi berisi itu "doll-oppa akan selalu menjadi adik kecil oppa, tidak ada yang lain. Hanya ada alice doll" tak ada keraguan sedikitpun dari ucapan kang-joon begitupun wajah yang tegas dan aura menyakinkannya.

Membuat alice kembali mengeratkan pelukan itu. Biarlah seperti ini. Setidaknya ia punya joonie oppa-nya yang selalu ada untuknya.

Ya, setidaknya kang-joon tak mengikari janji---seperti ibunya.













"K-kenapa? Kenapa alice unnie seperti itu?..."




***

BruschweilerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang