Mengikuti jejak Kimbab

97 41 2
                                    

Sungjae melempar beberapa brosur universitas terkemuka di luar negeri yang di berikan ayahnya ke atas meja. Dia tampak sama sekali tidak tertarik dengan itu.

"Bagaimana? Apa ada yang kamu suka? Ayah sudah pilihkan yang terbaik buat kamu," kata ayah Sungjae yang saat itu menginginkan anak lelakinya untuk kuliah di luar negeri mengikuti jejak kakak perempuannya. Karena bagaimanapun juga Sungjae adalah pewaris perusahaannya nanti, dia ingin pendidikan terbaik untuk anaknya agar bisa memimpin perusahaannya kelak.

"Aku nggak tertarik," jawab Sungjae dingin.

"Apa kamu bilang? Nggak tertarik? Terus kamu mau kuliah di mana?"

"Yang jelas masih di korea. Aku nggak mau ke luar negeri." Sungjae lalu berdiri dan pergi meninggalkan kedua orangtuanya itu menuju kamarnya.

"Kalau kamu seperti itu, ayah nggak akan berikan perusahaan ayah padamu!" ancam ayah Sungjae. Tapi anak itu sungguh tidak peduli dengan perusahaan milik ayahnya. Dia hanya ingin seperti orang biasa bukan anak seorang konglomerat.

"Sudah yah.. jangan paksa anak kita lagi. Biarin dia kuliah di sini. Dia pasti nggak mau jauh dari kita," bela ibu Sungjae. Dia tidak tega anak bungsunya itu terus ditekan oleh suaminya sendiri.

"Omong kosong. Pokoknya kalau kamu nggak mau kuliah di luar negeri dengan kemauan sendiri. Ayah akan ikat kamu dan bawa kamu ke sana!" Karena kesal ayah Sungjae lalu masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu.

"Sungjae~ya... lebih baik kamu turuti keinginan ayahmu. Ibu nggak mau kamu kenapa-kenapa nak," ucap ibu Sungjae dari balik pintu. Tapi lelaki itu hanya diam dan tak mau menjawab kekhawatiran ibunya.

Matanya memandang keluar jendela yang saat itu hujan lebat. Dari lantai dua rumahnya dia melihat pemandangan yang menarik baginya. Terlihat dua sosok lelaki dengan membawa tas besar sedang berteduh di sebuah toko tak jauh dari rumahnya.

"Apa mereka gelandangan?" gumam Sungjae. Dia terus memperhatikan dua orang itu yang berbagi kimbab berdua. Mereka tertawa seperti tanpa beban. Dalam hati Sungjae sangat ingin seperti mereka.

Yang sebenarnya terjadi pada dua lelaki itu.

"Jadi kita bertanding siapa yang paling lama tertawa dia dapat jatah kimbab paling banyak," ucap Eunkwang. Dia mulai menampakkan giginya agar memenangkan porsi kimbab yang lebih besar.

"Kenapa lo cuma beli satu sih bang? Udah tahu porsi makan gue banyak," sahut Changsub yang juga menampakkan giginya. Dia juga sangat menginginkan kimbab itu.

"Apa boleh buat, kita harus hemat sampai kita dapat rumah kontrakan,"

"Tapi gigi gue mulai kering nih," keluh Changsub.

"Emang lo pikir gigi gue engga."

"Gimana kalau kita bagi secara adil ajalah, gue udah nggak sanggup." Changsub akhirnya menyerah. Dia memperbaiki wajahnya yang tegang karena pertarungan konyol mereka tadi.

"Iya, gue juga udah nggak kuat!!" seru Eunkwang. Dia juga menggerak-gerakkan mulutnya karena pegal kemudian membagi rata satu kimbab itu untuk mereka berdua.

"Kalau begini, buat apa kita tadi bertanding?" gumam Changsub. Dia merasa sia-sia dengan apa yang mereka lakukan tadi.

"Oh iya gimana kelanjutan hubunganmu sama Chorong~ie?" tanya Eunkwang saat menyerahkan potongan kimbab milik Changsub.

"Hubungan apa? Kita cuma berteman," jawab Changsub singkat.

"Hei man!!!! Seisi komplek juga tahu kalau Chorong demen sama kamu." Eunkwang meninju pelan dada Changsub karena temannya itu benar-benar lelaki yang tidak peka.

"Jangan bikin gosip murahan semakin murahan bang," jawab Changsub asal.

"Gue yakin dia bakal khawatir kalau tahu lo kabur dari rumah,"

Kata-kata dari Eunkwang membuat Changsub menerawang ke langit yang hampir kembali cerah karena hujan yang mereda. Dia sudah mengenal Chorong sangat lama seperti ia mengenal Eunkwang karena mereka tinggal di lingkungan yang sama. Karena itu sangat aneh jika mereka berdua memiliki hubungan yang lebih dari teman. Hal itu akan sangat menganggunya.

"Udah terang. Yuk lanjut jalan," kata Eunkwang membuyarkan lamunan Changsub.

Baru beberapa langkah mereka berjalan, bulu kuduk mereka tiba-tiba berdiri saat terdengar suara benda terserat di belakang mereka.

Ddddrrr Ddddrrr Ddddrrr...

"Suara apa itu bang?" bisik Changsub yang saat itu menggenggam erat baju Eunkwang.

"Nggak tahu Sub, gimana kalau kita sama-sama noleh ke belakang?"

"Nggak ah. Lo aja bang,"

"Gue nggak mau kalau mati berdiri sendiri,"

"Nggak bakalan lo mati gara-gara hantu bang,"

"Ah nggak mau tahu, pokoknya setelah hitungan ketiga kita noleh kebelakang. Satu... Dua... Ti...ga,"

"Aaaaaaaaaaaa!!!!"

Tiga lelaki di tengah gerimis sore itu berteriak bersamaan.

Rainbow crayon's ( Family, Love and Friendship)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang