prolog

283 25 0
                                    

seorang anak berlari kecil dengan sesegukan menahan air mata yang hedak keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

seorang anak berlari kecil dengan sesegukan menahan air mata yang hedak keluar. pipi nya memerah sebab menangis sedari tadi.

"mama jaad! papa juga! channie benci kalian. . . hikss ueee" teriak nya marah sembari terus terisak.

kaki kecil itu di hentak seiring ia melangkah. objek yang di tuju saat ini adalah sebuah kamar yang berada tepat di depan nya.

"markie hikdd. . .buka" cicit nya lirih.

pintu berwarna coklat usang itu terbuka, menampakan seorang remaja mengenakan kaos putih. menatap si kecil dan langsung membawa tubuh itu kedalam dekapan.

"channie . . .tolong, jangan menangis" bujuk nya.

suara nya lembut, membuat si kecil menghangat.

tangan si kecil di tuntun masuk kedalam kamar. duduk di pinggir ranjang, tangan nya terulur mengusap hangat punggung si kecil; bermaksud menenangkan.

"hikdd. . .channie nda mau ikut les mucik, mau na kursus tinju"

"kenapa? les musik pilihan yang bagus. kursus tinju akan membuat channie sakit"

"channie cehat! channie mau buktiin kawo kursus tinju itu bagus~"

"ahaha. . .baiklah channie sehat. nanti akan kakak beritahu kepada mama dan papa kalau channie anak yang kuat untuk mengikuti kursus tinju"

mendengar itu si kecil tersenyum riang menunjukan deretan gigi susu nya. lalu menyembunyikan wajahnya kedalam pelukan yang lebih tua.

"kawo channie cuda bicaa tinju, channie mau pukul markie"

keduanya terkekeh. saling memberikan rasa sayang dan dekapan hangat.

"channie mau bobo cama markie"

"t-tapi. . .baiklah"

mereka membaringkan diri di ranjang berukuran kecil, tapi cukup nyaman untuk di tiduri.

remaja itu tersenyum simpul, memperhatikan adik kecil nya tengah mendusal mencoba mencari kehangatan di dada empunya.

sebelum perlahan mata keduanya memejam dan mulai memasuki alam mimpi.

                             ‌꒰۪۪۫𑁬(ི𑁍)ྀ‌໒۪۪۫꒱

"akkkh—markie. .hikss"

"tahan channie, kakak akan mencabut nya"

tangan nya gemetar saat akan menarik pecahan kaca yang tertancap di kulit si kecil.

"markie. .cakitt"

yang di panggil hanya menatap penuh khawatir. namun ia menepisnya dengan tersenyum teduh.

"lihat, sudah kakak cabut" sambil memperlihatkan pecahan kaca yang berhasil di cabut.

ia membuang pecahan nya lalu beralih melirik kaki si kecil yang terluka cukup dalam.

"papa dan mama kenapa hikss"

"tidak apa-apa. .jangan takut, kakak di sini"

tangan nya mengusap pipi si kecil yang nampak sembab.

ia membawa tubuh itu kedalam pelukan. mengangkat tubuh si kecil perlahan dan mulai melangkah hati-hati menghindari serpihan kaca yang berhambur di lantai.

sayup terdengar dari balik pintu, dua orang yang saling berbicara dengan nada tinggi.

remaja dengan membawa si kecil yang ia gendong, melangkah kecil menuju arah suara.

semakin dekat semakin jelas pula suara keributan yang terdengar. yang mana membuat si kecil bergetar ketakutan.

remaja itu menghela nafas panjang.

pintu terbuka, menampakkan sepasang suami istri sedang beradu mulut dan sang suami yang hendak mengangkat tangan kepada istrinya.

"h-hentikan perkelahian kalian t-tuan dan nyonya. . .haechan sedang ketakutan" mulut nya tergagap mencoba menghentikan pertengkaran yang terjadi.

alih-alih menghentikan pertengkaran, sang suami malah mendekat ke arah mereka. remaja itu reflek memundurkan langkah.

"sialan kalian semakin merusak suasana hatiku!"

gertakan sarkas pria tersebut memecah ruangan. si kecil merengek ketakutan.

"bawa haechan pergi sekarang!"

wanita yang sedari tadi diam kini menjerit takkala kuat, ia menutup telinga mendengarkan tangisan si kecil.

badan remaja itu bergetar hebat.
pelukan si kecil ia eratkan kemudian berlari meninggalkan kedua mahluk di kamar tersebut.

.
.
.

si kecil masih terus terisak, juga meringis saat luka di kakinya bersentuhan dengan obat merah.

keduanya duduk bersandar pada dinding, di temani keheningan.

remaja itu tengah merawat luka di kaki adik kecil nya dengan telaten. tanpa menghiraukan kaki nya yang juga terluka sebab terkena serpihan kaca.

"hikss. .mama dan papa cedang bertengkar yya markie?"

"tidak, jangan takut. .kakak selalu di sini"

"channie rindu bunda. . ."

mendengar kata "bunda" hatinya menjadi sesak. ia bahkan tak tau dengan kalimat apa harus membalas perkataan si kecil.

"b-bunda sedang sakit"

"jangan sedih, sakit tak akan selamanya. bunda akan segera pulih dan dapat bermain lagi bersama channie"

tubuh mereka saling memeluk. saling berbagi kehangatan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
bumi langit • markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang