Tell you.

166 31 11
                                    

"Good afternoon!"

Yunseong menunduk sembari menggigit bibir bawahnya. Tidak bisa ia menahan keinginan untuk membalas sapaan dari salah satu sahabatnya itu. Tapi ia tahu malu. Memang, sejak kejadian itu, Yunseong benar-benar tidak bisa bertindak biasa. Apalagi jika ia ingat akan apa yang ia perbuatㅡrasanya ia ingin memilih untuk tenggelam di Sungai Amazon saja.

Junho yang duduk di sampingnya itu terkikik, “Bales, woy!” godanya.

“Diem deh lo. Daripada pulang gak utuh.” gerutu Yunseong yang pura-pura sibuk dengan makanannya.

Aww, takut deh!” Junho menjawab ucapannya dengan nada lebih menyebalkan lagi.

Jam makan siang itu Yunseong memilih untuk diam saja. Bukan hanya siang itu sebenarnya, sudah tiga hari belakangan. Lebih tepatnya sejak insiden memalukan di rumah makan samgyeopsal pada malam Minggu kemarin.

Iya, malam Minggu kemarin, Yunseong bersama teman-temannya pergi makan bersama. Dengan dalih sudah lama tidak berkumpul bersama, tentu saja. Namun Yunseong sebenarnya memanfaatkan kesempatan itu untuk bertemu dengan seseorangㅡyang baru saja menyapa tadi.

Kang Minhee.

Minhee bukan orang asing untuk si Hwang; karena dia adalah sahabat Yunseong sejak sekolah menengah pertama. Mereka sangat dekat satu sama lain. Tidak heran jika Yunseong tahu bagaimana kehidupan Minhee selama 10 tahun belakangan. Tentang bagaimana dinamika kehidupan sang sahabat yang sangat fluktuatif baik dari keluarga, maupun kehidupan percintaannya. Mereka tumbuh bersama, tentu saja.

Bahkan Yunseong sangat tahu siapa saja mantan pacar Minhee selama ini.

Kedekatan mereka tentu saja tidak luput menjadi perhatian teman-teman sepermainan mereka. Banyak di antaranyaㅡtermasuk Junho dan Serimㅡyang menyarankan mereka untuk berkencan saja. Minhee, selalu berkata bahwa tidak salah jika mereka mencobaㅡdalam nada bercanda. Namun Yunseong selalu berkata bahwa ia melihat Minhee seperti saudaranya sendiri.

Selama tiga tahun belakangan, Yunseong selalu berkilah begitu.

Meskipun kenyataannya, ucapan Yunseong adalah sebuah omong kosong belaka. Entah mulai kapan, ia menaruh perasaan lain pada sahabatnya tersebut. Yunseong sadar perasaannya berubah karena terbiasa; terbiasa mendapatkan perhatian yang lebih dari porsi seharusnya. Ia tentu masih ingat betul bagaimana Minhee selalu memperhatikan hal-hal kecil dari dirinya. Hal-hal sepele; bahkan mungkin Yunseong sendiri tidak peduli.

Yunseong pikir ia bisa menyembunyikan perasaannya dengan rapi. Memang, tidak ada satu pun dari sahabatnya yang menaruh kecurigaan. Karena justru dari mereka, menganggap Minhee yang memiliki perasaan lebihㅡmeskipun Yunseong sangat yakin bahwa realita berkata sebaliknya.

Semua memang berjalan mulus, hingga kejadian malam Minggu lalu mengubah semuanya. Kejadian itu membuat Yunseong tidak tahu harus bertingkah bagaimanaㅡbahkan ia tidak tahu harus menaruh muka di mana.

Berawal dari Serim yang memesan soju saat makan malam bersama. Yunseong yang sedang frustasi dengan tugas akhir semester itu mendapatkan tawaran dari sahabatnya tersebutㅡhanya mereka berdua yang minum. Dari satu gelas, hingga dua botol sekaligus. Dan Yunseong, tentu saja kehilangan kesadarannya.

Sejenak Yunseong sendiri tidak tahu jika ia yang mabuk, adalah ia yang berbicara terlewat jujur. Lagipula memang ia jarang sekali menenggak alkoholㅡhanya ketika bersama keluarganya. Itupun ia akan menghindari dirinya sendiri untuk tidak sampai kehilangan kesadaran. Hanya tiga atau empat gelas, sudah lebih dari cukup.

Dan saat kesadarannya menghilang entah ke mana, ucapan-ucapan itu tak terhindarkan.

Junho melihat kelopak mata sahabatnya itu bergerak turun. Bahkan ia sudah tidak bisa memegang gelas dengan cukup kuat. Wajah lelaki bermarga Hwang itu bahkan sudah memerah; pertanda bahwa ia sudah lepas dari kesadarannya. Terkadang Junho melihat sahabatnya itu tertawa sendiriㅡdan meracau hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan bahasa manusia.

Drunken Truth ㅡ [hwangmini]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang