00 | prolog

20.6K 1.8K 143
                                    

Belum sampai setahun Jeffrey dan Rosie menyekolahkan anak kembarnya di Sekolah Menengah Atas tapi sudah sebanyak tiga kali Rosie harus berhadapan dengan guru BK anak-anaknya disekolah. Sekarang Rosie baru saja keluar dari ruangan bertuliskan Ruang BK dipintunya diikuti oleh dua pelaku yang membuat Rosie harus datang kesini. Lagi.

Sudah berbelok menjauh dari ruang BK, Rosie berbalik menghadap si kembar. Menatap kesal kedua anaknya yang langkahnya ikut terhenti.

"bunda capek ya sama kalian, kayaknya gak bisa satu hari aja gak buat onar di sekolah."

Jeremy menggaruk dahinya yang tidak gatal, "ya gimana ya.. bunda gak bakal capeklah, kan kita yang buat onar."

Rosie mejamkan matanya menahan rasa geregetannya. anak kembarnya itu memang cerdas sekali sampai ada saja jawaban yang keluar jika sedang diceramahi seperti sekarang ini.

"ah gak tau deh, bunda nyerah. kalian tuh berantem tapi kalian udah maafan belum?"

"kan udah dibilangin kita gak berantem tadi, bun." kini Jevano yang berbicara sembari menanggalkan kacamata yang dari tadi bertengger dihidungnya.

"bunda gak percaya. sekarang cepet maafan, bunda pengen liat."

"sorry bro."

"yoi bro."

Rosie mendengus pelan. "gak gitu maafan nya. yang bener, yang kayak biasanya."

Jeremy memutar badannya. liat situasi lorong sekolah yang keliatannya agak sepi tapi masih ada siswa-siswi yang lalu lalang.

"bundaaa ini disekolah."

"ya terus kenapa, emang di sekolah gak boleh maafan gitu?" Rosie sekarang melipat tangannya didepan dada.

Jevano menarik lengan seragam Jeremy agar mendekat. "buruanlah biar cepet." bisiknya. Ia memeluk tubuh Jeremy sambil nepuk nepuk punggung kembarannya itu.

"maaf ya, Na."

Jeremy akhirnya pasrah,  menganggukkan kepalanya dan tangannya bergerak memeluk Jevano.

"maaf ya, No."

Rosie tersenyum senang. anak kembarnya sekarang sudah beranjak remaja, walau keras kepalanya makin bertambah, namun jika mendengar satu saja permintaan yang keluar dari mulut Rosie pasti akan selalu mereka turuti, walau harus adu mulut dulu tapi gak apa. Rosie terharu jadinya.

"oke.. kalo maafannya udah, sekarang kita pulang. bareng bunda ya."

"lah terus motor gimana?" Jevano membetulkan letak tasnya dipundak.

"oh, iya—emm yaudah, kalian bawa motor tapi buntutin bunda ya."

"kenapa mesti buntutin bunda, Jere masih inget jalan pulang kok, bun."

"gak langsung kerumah, bunda udah janji makan siang bareng ayah." Rosie berbalik melanjutkan langkahnya sedangkan si kembar masih diam ditempat.

"kayaknya beritanya udah sampai ke Yang Terhormat Bapak Jeffrey galak."

••

"buat masalah apa lagi kalian disekolah?"

Bener-bener baru aja dateng, bapak Jeffrey ini langsung to-the-point. Sambil melepas jas nya dan menggulung lengan kemeja sampai siku, lalu duduk disebelah Rosie, bapak Jeffrey ini menjadikan kalimat pertanyaannya tadi sebagai salam.

"gak ada. cuman mau bikin rame doang kok tadi." Jeremy menyuapkan satu sushi kemulutnya.

"No." Jeffrey beralih pada Jevano yang masih diam, sesekali menyentuh luka disudut bibirnya.

The PradinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang