Reuni

24 3 0
                                    

Pagi yang mendung. Irina sudah memesan secangkir coklat panas di Rubin Cafe. Sembari menunggu pesanannya datang, ia selfie untuk insta-story nya. Memberi caption "Happy Sunday Guys!". Baru dilihat sekitar 80 orang, pelayan datang membawa coklat panas pesanan Irina.
"Ini cokelat panas nya, kak. Silahkan".
"Terimakasih, mas", kata Irina yang kulitnya begitu eksotis. Sepertinya pelayan kafe itu menyukai Irina, dilihat dari gelagatnya.

Beberapa menit, Irina memanggil pelayan kafe yang tadi mengantar coklat panas miliknya. Irina minta tolong masnya untuk memotret Irina. Jaketnya berwarna pink, dengan bawahan trining navy blue, serta sneakers abu-abu, Irina sudah seperti BA Sport Wear. Senyum manis Irina, membuat mas kafe itu tersenyum sendiri. Irina berterimakasih kepada pelayan kafe tersebut. Ia juga menanyakan siapa namanya, namun pelayan tersebut hanya tersenyum. Irina memasang wajah bingung. Lalu, pelayan itu menunjuk name tag di dada kanannya. Irina tertawa kecil. Mukanya sedikit memerah karena malu.

Beberapa menit kemudian, satu per satu sahabatnya datang. Lineke memakai heels dan tas tenteng, sangat glamour. Dress hitam selutut warna hitam namun gemerlap, memakai kacamata oren semi kuning. Rambut terurai sedikit bergelombang, hasil curly-an. Menjadi pusat perhatian di kafe tersebut. "Hai Bebs", sapa Lineke pada Irina. "Heey, Lin. Apa kabar. Glow-up banget ya lo, sekarang", balas Irina. "Yaa gitu laah. Oh iya yang lain mana? Merel? Fino?Clodio? Antares?".

Beberapa saat kemudian, Merel datang dengan jaket rajut coklat muda, dalaman hitam, rambutnya di kelabang sepinggang, kulot panjang warna putih. Dilengkapi flat shoes coklat. Terus melangkah. Tak lama, di belakangnya ada Antares menyusul langkah Merel, menepuk pundaknya. Merel sedikit kaget. Antares tertawa pelit.

Antares yang berpakaian sederhana tapi mewah. Rambutnya lurus tanpa catokan, terurai seketiak, di permanis dengan bandana merah. Bandananya seharga kurang lebih lima juta. Hoodie warna putih polos, hanya ada 3 huruf  berwarna hitam di hoodinya, O, F ,F. Hoodie-nya kisaran sepuluh juta. Bawahan jeans hitam, kisaran satu juta. Sepatunya juga ga kalah minimalis, Air Jordan 1 Mid Triple White. Sling bag hitamnya yang hanya muat kartu debit, seharga 18 juta. Style Antares memang sesederhana itu. Minimalis tapi mahal. Aura Antares mampu membuat para lelaki noleh.

"Hai guys", sapa Antares yang baru saja datang dengan Merel.

"Eeyy, apa kabar? Sini-sini duduk", Irina mempersilakan kedua temannya yang baru datang itu untuk duduk.

"Omg, Res! Dari dulu Style lo ga berubah ya", kata Lineke.

"Ih kayak udah lama banget, kan baru lima tahun yang lalu", kata Antares.

"Ih dari dulu lo muka lo udah cerah si, tapi dulu lo jerawatan. Sekarang mulus bet", kata Lineke.

"Iya, tuh. Dari dulu Antares hidupnya enak terus", tambah Merel.

"Exactly. Antares kan 'Everything i want it, i got it'. Ngomong-ngomong berapa harga outfit lo?", kata Lineke.

"Apaan sih", Antares hanya senyum.

"Irina, lo kok diem aja sih?", tanya Lineke.

"Eh enggak, aku nggak nyangka aja bisa sahabatan sampai sekarang".

"Oh iya, Fino sama Clo dimana?", tanya Antares.

"Kebiasaan molor, mereka tuh", jawab Irina.

"Yaudah, tunggu mereka dateng, nanti baru kita cerita masa-masa SMA kita", saran Merel.

Sembari menunggu, Antares, Merel dan Lineke memesan minuman. Antares memesan capucino latte. Merel memesan milk shake. Lineke memesan red wine. Ternyata coklat panas Irina sudah habis, ia pun ikut memesan lagi dengan minuman yang sama.

PartyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang