1. Bukan Si Kecil

2.8K 346 51
                                    

Hari Senin begini, Cio males banget yang mau berangkat kuliah. Ya, walaupun Cio tidak melaksanakan kegiatan upacara seperti waktu SMA dulu, tetapi dia hanya lelah melakukan ritual mandi demi berangkat kuliah di jam sepagi ini. Woi seniat apa sih kuliah jam lima pagi? Ayam aja baru berkokok dua kali!

"Bundaaaaa! Aku mau berangkat!"

"Bangunin si adek dulu, biar kamu dianterin." Sang bunda menepuk pundak anak sulungnya yang sedang mengunyah roti bakar dengan lahap. Yang makan mulut, tetapi kenapa pipinya ikut gerak?

"Haru masih tidur, masih belum mandi lagian. Dia mana mau keluar tanpa mandi? Nanti aku telat, males."

"Ya, pokoknya jangan berangkat sendiri. Kamu nih masih kecil."

Cio kadang nggak habis pikir dan nggak suka. Cio ini abang di keluarga, tetapi mengapa sang Bunda selalu menganggapnya masih kecil padahal tahun depan dia sudah mulai skripsian?

Lagian masih ada Haru yang jauh lebih muda dari Cio. Kalau Cio dianggap anak kecil, berarti Haru itu bayi dong?

Namun, orangtua mereka lebih membebaskan Haru daripada Cio sendiri.

"Bun, ini nanti aku telat loh! Bunda anterin aku aja lah."

"Kamu mau rumah ini ngadain pengajian 7 hari 7 malam? Sana bangunin adek, kalo nggak mau bangun cubit aja."

***

Cio melewati hari dengan perasaan muram. Pertama, dia kesal karena si Haru bangunnya lama dan bikin dia telat 5 menit. Kedua, dia kesal karena Haru nyetir seperti pembalap. Ketiga, dia kesal karena lupa nggak ngerjakan laporan. Keempat, dia kesal karena pulang dari kampus tubuhnya basah semua gara-gara nebeng Asa yang nggak bawa jas hujan. Mana tadi nerobos kayak nggak punya aturan, padahal langit menunjukkan air mata tanpa henti disertai dengan kilat dan guntur yang sangat berisik memekakkan telinga.

Sial, padahal nanti sore dia ada kuliah lagi dan sekarang Cio lagi kedinginan.

Ponselnya berdering dengan keras dan langsung Cio lemparkan ke sisinya tanpa melihat siapa yang mencoba menghubungi. Tanpa harus melihat siapa pun, Cio sudah tahu siapa itu berkat nada dering khususnya.

Cio sebenarnya nggak ada masalah dengan si penelepon, cuma karena dia sekarang lagi bete banget jadi Cio malas mengangkatnya. Dia butuh kehangatan selimut, bukan cercaan pertanyaan mengapa tidak ada kabar sama sekali seharian.

"Mashi, kata mas Ajun angkat teleponnya!!" teriak Haru dari luar.

"Hm. Berisik bocil," gumam Cio lalu menyalakan ac kamarnya. Oke, memang Cio sedang kedinginan, tetapi ac kamarnya tetap harus hidup. Pernah nggak sih merasakan tubuh kedinginan tapi tetep merasa panas? Nah, itu yang Cio rasakan.

Paling enak kayak gini tuh sebenarnya makan makanan panas dan pedas saat cuaca dingin begini. Seblak super pedas misalnya. Namun, Cio itu nggak kuat pedes sama sekali. Bisa diare dia kalau nekat makan itu.

"Nanti kuliah apa enggak, ya? Rasanya aku masuk angin."

Cio patut bimbang, dia merasa tak enak badan tapi harus masuk kuliah gara-gara jatah bolosnya sudah terpakai semua. Namun, sekarang dia sedang tak enak badan dan rasanya ingin tidur saja.

Setelah menimbang-nimbang, Cio segera mengambil ponselnya dan menghubungi Asa. Walaupun dia kesal dengan Asa gara-gara membuatnya harus kedinginan akibat nerobos hujan, tetapi cowo itu sama sekali tak bisa marah. Sudah bagus Asa tadi mau nebengin, kalau nggak gitu dia bakal sampai siang diem di kampus cuma nungguin jemputan dari Haru yang baru saja pulang sekolah.

Tapi, kalau dipikir-pikir lebih baik tadi dia nunggu di kampus aja daripada bareng Asa dan nggak kedinginan kayak sekarang, kan? Ah, nggak tahu deh.

"Asa, nanti kalo aku nggak dateng, kamu ijinin ya ke pak Seungri kalo aku nggak masuk. Aku kayaknya sakit nih gara-gara tadi."

"Lemah banget lagian."

"Asa, kamu emang nggak ada akhlak! Siapa yang bikin aku kayak gini hah?! Nggak mau tau pokoknya harus ijinin aku!"

"Iye bawel, cerewet banget kayak princess!"

"AKU COWOK, ASA!" teriak Cio. Dia nggak terima kalau dikata princess. Mulutnya Asa emang suka nggak aturan kalau ngomong asal jeplak, masa Asa nggak tahu kalau Cio itu laki? Cio kan manly.

"Heh berisik banget! Masuk aja lah kamu orang semangat gitu!"

Cio langsung saja berlagak lemas dan mengecilkan suaranya. "Ih Asa, aku beneran sakit nih~ Pokoknya kamu ijinin, aku mau istirahat. Bye, makasih sahabat hehehe." Tut.

Cio segera meletakkan ponselnya di atas nakas lalu menyelimuti diri hingga kepala. Kepalanya terasa pusing, Cio memilih untuk tidur tanpa tahu bila ada orang yang menunggu kabarnya dari pagi.

***

Di sisi lain, Asa yang baru saja akan membalas perkataan Cio, langsung mengumpat saat tahu teleponnya dimatikan sepihak. "Mashi bangsat, untung temen."

****
tbc

MADC✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang