Larik kata tertuang pada klausa bercorak apik, ditemani detik demi detik enigma yang memicu daya tarik.
Sang Perakit ー Kirana, pemudi yang kilahnya mencerminkan asma pemberian Ibunda. Piguranya yang jelita berpijar menarik afeksi tiap anak manusia.
Terkecuali, batara yang menaruh raga di penghujung selasar. Pandangannya tidak teralihkan dari sebuah buku lama dengan aroma menguar. Aroma kayu dari perpustakaan lama.
Kirana membawa hasta menggurat kata pada lembar sketsa, melukiskan barisan aksara.
Yogkyakarta, kini jadi saksi. Perihal pemudi, yang mendeklarasikan klausa jatuh hati.
Klausa-nya diberi tajuk, Mandraguna Adipurusa. Ditujukan kepada, pemuda yang sanggup memantik rasa.
Kirana dilanda resah. Pasalnya, pemuda yang umumnya hadir belum juga singgah. Jadi, ia hanya bisa pasrah. Mau bagaimana lagi, Kirana sama sekali tak punya informasi perihal pemuda yang jadi penyebab dirinya gundah.
Merasa kehilangan tujuan, Kirana membenahi peralatan. Selepas membenahi barang, ia memutuskan 'tuk langsung pulang.
Langkahnya sampai di pintu kedai. Hari ini kausa-nya keseluruhan ancai. Meski begitu, ia harap besok kausa-nya tergapai.
Yang namanya kecewa, pasti tetap ada. Sebab itu piguranya merunduk dan tanpa dapat dicegah, ia terantuk lalu menubruk sesuatu ー tepatnya, seseorang.
Si korban dari peristiwa penubrukan dengan sigap menahan pinggang Kirana, dengan tujuan supaya daksa puan ini tidak ambruk. Meski harus dilakukan dengan posisi yang terlihat seperti memeluk.
Merespon secara otomatis, Kirana mendorong seseorang itu dengan tragis. Pandangannya melunak ketika ia mendapati rupa dari orang yang baru saja ditabraknya, segaris kurva terlukis.
“M - maaf, aku lagi kurang fokus jadi nggak lihat jalanan .... ” ucap Kirana. Sejujurnya, ia gugup. Dan jantungnya secara tidak normal berdegup.
“Lain kali, hati-hati.”
Pemuda itu berlalu, piguranya menghilang di balik kedai itu. Meninggalkan Kirana dengan pipi yang memerah semu, juga degup yang kian bertalu.
Dia, yang sedari tadi ditunggu. Yang jadi alasan mengapa Kirana betah berlama-lama hanya untuk menunggu.
Ingin rasanya Kirana menghampiri pemuda itu saat ini juga, bertukar kata dengannya. Menanyakan siapa gerangan asma yang sesuai dengan parasnya yang rupawan. Tetapi, Kirana belum sanggup. Baru bertatapan saja ia sudah gugup. Ia ingin terlebih dahulu membenahi degup.
Helaan napas dihembuskan untuk menetralisir kegugupan. Langkahnya kembali dilanjutkan, kali ini dengan sirah terangkat menatap tepat ke depan.
Langkahnya dihentikan ketika dirasa ada sesuatu yang mengganjal di alas kaki. Kirana mengundur satu langkah, lalu berjongkok mendapati barang yang buat ia bungah. Kalau begini namanya untung parah!
Sebuah badge nama rajutan bertuliskan, Sabiru.
Kirana jelas meyakini benda ini sebagai kepemilikan pemuda yang ia kagumi. Bukan sekarang, tapi nanti pasti ia kembalikan. Hitung-hitung sebagai alasan memulai obrolan.
hollaaaa ! ketemu,
lagi sama sabiru.
semoga yang rindu
terobati, semoga
yang bosan tetap
menengahi. sampai
ketemu lagi nanti!salam, kala ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ー jatuh dan tumbuh
Fanfiction↬ selamat datang, di p a r a d e jatuh hati. mengundang kalian, untuk ikut hadir di f e s t i v a l bangun cinta.