Part 1

784 24 4
                                    

Ada saat dimana waktu terasa berhenti sekejap. Bumi tak lagi berotasi, seakan esok matahari tidak lagi bersinar.

Di malam nan gelap, saat bunyi hujan meyeriuh, seorang wanita tampak membekap mulutnya Sekuat-kuatnya. Kelopak matanya memerah, buliran bening tiada henti menyeruak dari pelupuk matanya. Mengulas lembut pipi indahnya, tergores perih hingga ke ulu hatinya.

Joanna, nama indah yang berarti kemuliaan dari Tuhan tampaknya tak lagi sanggup di pikul oleh wanita berusia 20 tahun itu. Nama yang begitu suci menjadi tercela kini.

Joanna hanguisten, wanita berambut pirang yang memiliki senyuman sungguh menawan. Wajah cantiknya sikap lemah lembutnya, membuat pria bernama Han Joseph menaruh hati akan dirinya.

Joanna merupakan wanita yang cerdas di sekolahnya, sementara Joseph pria asia yang sedang mencoba bertahan dengan sistem belajar negara yang ia anggap asing.

Kala itu joanna dan Joseph duduk berdua di taman universitas. Joanna tampak berpangku tangan menatap Joseph yang sedang menekuni bukunya. Dahi pria itu mengkerut membaca kata demi kata. Menelaah isi bukunya.

"Bagaimana aku bisa membantumu? Sudah terlalu banyak kerutan di dahimu!" Joanna tertawa sembari mengusap dahi pria itu.

Pria itu pun tersenyum mendengar celetukan joanna. Ia menatap wajah cantik itu sedang menertawainya.

"Apa kau sungguh ingin membantuku?" Balas joseph yang seakan menantang wanita itu.

Joanna menegakkan punggungnya antusias. "Tentu saja." Jawabnya dengan mantap. "Aku memang tidak mengerti apa yang kau sedang kau pelajari, tetapi mungkin aku bisa membantu membuat pemikiranmu lebih luas."

Joseph tampak menganggukkan kepalanya percaya. "Aku yakin kau sangat bisa di andalakan. Kemari, duduklah di sampingku," Ucap joseph. Pria itu meletakkan bukunya dan menepuk bangku. Mengisyaratkan bahwa joanna dapat duduk di sana.

Joanna mengernyit bingung. Namun ia pun beranjak dari duduknya, lalu pindah ke samping joseph. Tanpa terduga, joseph langsung memasrahkan kepalanya bersandar ke bahu joanna. "Usaplah kepalaku. Ku mohon. Rasanya sangat ingin meledak," Joseph merengek membuat joanna tertawa.

Joanna pun merangkul pria itu dan mengusap kepalanya dengan lembut. "Owh.. Kau pria lemah yang perlu di kasihi. Tidakkah kau ingin berpindah jurusan saja? Teknologi sungguh menyulitkan," Celetuk joanna.

Joseph yang terpejam matanya menarik napas menghirup aroma tubuh wanita itu. "Jangan membuatku semakin gila." Ereng joseph yang sedang di landa frustasi.

Joanna menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Kau benar-benar kacau, joseph. Kau sungguh butuh pertolongan." Ucap joanna.

Joseph membuka sedikit kelopak matanya. Ia pria dengan mata sipit yang justru membuat pandangan matanya terlihat sayu. "Apakah ayah dan ibumu ada di rumah?"

Sontak pertanyaan itu membuat joanna seketika mendorong pria itu. "Kau sangat menyebalkan!" Serunya namun tak memudarkan senyum di bibirnya. Raut wajahnya pun terlihat bahagia meski terdengar ia seperti mengumpat.

"Kau tahu, sayang. Ciumanmu sangat membantu melancarkan pikiranku yang beku. Aku seperti mendapat jalan keluar setiap kali aku menyentuhmu," Ucapnya dengan mulutnya yang pembual.

"Aku tidak akan tertipu. Mulutmu sangat manis, Joseph. Kau sangat pandai berkata-kata. Dan lagi pula, orang tuaku sedang berada di rumah. Mereka libur hari ini," Joanna tersenyum mengejek menggoda pria itu.

Joseph berpangku dagu menatap wanita itu dengan lekat. Membuat joanna yang di tatap sedalam itu begitu takut tenggelam hingga salah tingkah.

"Kau wanita yang sangat manis. Aku merindukan wajahmu yang merona," Ucap Joseph sembari mengusap lembut pipi joanna dengan buku jarinya.

"Kau sangat munafik!" Joanna membuang pandangannya sembari mengigit bibir bawahnya. Jantungnya berdegup kencang dan kedua tangannya sudah basah.

"Rumahku sangat sepi hari ini. Bahkan jika kau teriak di lorong apartemen, tidak akan ada yang mendengar suaramu," Itu terdengar seperti janji dan mengundang otak untuk memikirkannya.

"Aku akan mengurusmu dengan sangat baik, bahkan nadi mu pun akan ku usap selembut ini," Joseph mengusapkan buku jarinya di leher jenjang milik joanna. Membuat napas wanita itu memberat dan tak sadar menyukai sentuhan berbahaya itu.

Seakan terbuai dengan sentuhan lembut pria itu di titik sensitif nya, joanna tidak kuasa untuk menahan saat joseph mencium dengan lembut bibirnya. Melumat nya lembut, memberikan ciuman yang mengandung janji besar untuk sebuah kesenangan.

***
Aku kembaliii
Dengan cerita yang baru.

Kalian nggak bakalan bisa tebak alur cerita ini. Karena ceritanya amat sangat sensitif.

Dan untuk cerita audy dan pak raka, yaudahlah.. Kita relakan aja. Ceritanya udah jadi sampah. Aku pun nggak bisa ketik ulang.

Jangan lupa dukung cerita ini yaa
Karena aku bakalan ajak kalian tertawa sampai puas, menangis sampai bengkak matanya dan erotis sampai jadi beban pikiran.

Tungguin yaa..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Joanna-the Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang