Sahabat-sahabat gue emang kadang kayak gukguk, tapi gue sayang mereka.
— Diyana FaresaBima berhenti di parkiran. Membuka helm dan melihat teman-temannya sudah berkumpul di area itu juga. Bima mengernyit, perasaan sudah janjian sejak tadi, namun yang datang tak seberapa. Pemuda tersebut turun dari motor kemudian menghampiri mereka.
"Loh, Bim? Kok jomblo?" celetuk Kara saat Bima bahkan belum sampai di dekatnya.
Tiba-tiba Mamat juga berceletuk, "Wah, bener kan lo sama Resti tuh lagi berantem."
Tanpa pikir panjang, Bima segera memukul kepala Mamat dengan handphone.
Bebi, Anin, Arkan, dan Mita hanya tertawa melihat kejadian itu. Sedangkan Ghea hanya tersenyum tipis, mau ketawa masih susah. Beginilah kalau Ghea sudah galau.
"Ngarep banget dah kayaknya lu pada, ngarep gua sama Resti berantem," kata Bima kesal. Ia duduk di kursi panjang yang juga diduduki Arkan dan yang lain.
"Ya tadi lo bilang mau jemput Resti, terus sekarang lo dateng sendiri," ucap Mita, "kan kita jadi berpikir yang iya-iya, tau sendiri otak kita ini suka berpikir yang negatif."
"Dua malem sebelumnya, Resti udah gue ajak keluar terus. Sekarang nggak dibolehin keluar. Nggak boleh keseringan keluar malem," kata Bima agak sedih, tapi mau bagaimana lagi, ia tak mau menentang omongan ayah Resti, lebih baik menurut saja daripada nanti tidak direstui jadi menantu.
"Kok gue nggak pernah dilarang, ya, padahal sering keluar malem, kadang pulangnya sampai larut malem banget," ujar Bebi sembari termenung.
Membuat yang lain menoleh padanya. Sampai setelahnya Anin berkata, "Orang tua lo nggak takut kali kalau lo kenapa-napa."
Arkan, Bima, dan Mamat sontak tertawa. Bebi menatap datar. Sementara Kara dan Mita diam, kemungkinan kecil ada benarnya juga ucapan Anin. Ghea? Jangan ditanya, raganya di sini, namun jiwanya entah sedang di mana.
Bebi menghela napas. "Kayaknya memang iya deh. Malah kalau gue pulangnya lebih awal, gue ditanyain terus, kenapa kok udah pulang, abis itu gue disuruh keluar lagi," kata Bebi tak habis thinking pada orang tuanya. Orang tua Bebi memang limited edition.
"Kalian ngapain masih di sini? Yang lain mana?" tanya Bima, celingukan berharap melihat teman-teman yang lain.
"Cuma ini," jawab Arkan, mereka pun mengernyit karena memang sebelumnya belum tahu. Lalu Arkan lanjut berkata, "tinggal nunggu Diyan sama Puti. Yang lain nggak bisa ikut."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMI | ✔
Teen FictionCerita para ABG (Anak-anak Bunda Ghea) penyuka keributan. *** Kisah kami bermula saat kelas sebelas. Saat itu hubungan kami benar-benar tak bisa dikatakan baik. Namun setelah melewati banyak kisah sulit, kami berjanji akan menjadi lebih baik. Kami a...