1

25 11 0
                                    

Malam di rumah sakit jiwa itu terasa sunyi dan dingin. Lestari, seorang perawat muda yang baru selesai bertugas, berjalan menuju gerbang depan dengan pikiran yang sudah melayang ke kasur di rumah. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat sesuatu di bawah tangga.

Sebuah keranjang kecil, tertutup kain tebal, tergeletak di sana. Hampir saja ia lewat begitu saja kalau bukan karena keranjang itu tampak mencurigakan.

"Apa itu?" gumamnya sambil mendekat.

Saat Lestari membuka kain penutupnya, ia langsung terkejut. Di dalamnya, seorang bayi perempuan mungil tengah tertidur pulas, wajahnya tenang, tanpa sedikit pun kesadaran bahwa dirinya ada di tempat asing.

Siapa yang tega meninggalkan bayi di depan rumah sakit jiwa? Tempat ini bukan panti asuhan, melainkan rumah sakit khusus pasien dengan gangguan mental. Dan siapa pun tahu, bukan tempat yang tepat untuk meninggalkan bayi kecil tak berdaya.

Lestari celingak-celinguk, berharap ada seseorang yang mungkin kembali untuk mengambil bayi ini. Tapi sekitarnya sunyi; hanya ada deru angin malam dan bayangan pohon bergoyang.

Dengan hati-hati, Lestari mengangkat bayi itu dalam dekapannya. "Tenang, ya. Kamu aman bersamaku," bisiknya, seakan bayi itu bisa mendengar. Tanpa ada tanda-tanda bahwa bayi ini milik siapa, ia membawa bayi itu masuk kembali ke rumah sakit.

Di ruang administrasi, Lestari membuat laporan seadanya. "Ditemukan bayi perempuan tanpa identitas, di depan rumah sakit, sekitar jam satu pagi," tulisnya, formalitas yang perlu dilakukan jika sewaktu-waktu ada yang mencarinya.

Bayi itu tetap tertidur pulas, wajahnya yang polos justru membuat hati Lestari terenyuh. Ada perasaan kuat untuk menjaga bayi ini. Dengan sedikit ragu, ia memutuskan untuk membawanya pulang malam itu, sambil menunggu keputusan lebih lanjut dari rumah sakit.

Keesokan harinya, Lestari membawa bayi itu kembali ke rumah sakit. Sang kepala rumah sakit jelas terkejut ketika melihat Lestari datang dengan menggendong bayi. Setelah mendengar penjelasan Lestari, kepala rumah sakit hanya bisa mengangguk pelan, wajahnya penuh keheranan.

"Aneh, ya. Tapi kita nggak bisa menolak nasib. Sementara, kamu bisa merawatnya di sini, Lestari. Kita akan mencoba mencari tahu apakah ada orang yang mencarinya," ucap kepala rumah sakit akhirnya.

Hari-hari selanjutnya, bayi itu menjadi bagian baru dalam rutinitas Lestari. Dia memberinya nama Salsa. Nama yang sederhana, tapi Lestari merasa cocok, karena ada kehangatan dan keceriaan dalam diri bayi itu. Setiap kali Lestari menggendongnya, Salsa tersenyum dan tertawa, seakan merasa aman.

Di sisi lain kota, pasangan kaya yang baru kehilangan bayi mereka masih terus berharap. Mereka telah melakukan berbagai upaya, mencari, dan bertanya di mana-mana, tapi seolah dunia menutup rapat keberadaan anak mereka.

Tanpa mereka sadari, bayi yang hilang itu sekarang bersama Lestari, seorang perawat yang tanpa disangka kini menjadi bagian dari takdir baru mereka.

Simplicity of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang