Hari-hari bersama Nisa begitu penuh warna bagi Lestari. Namun, seiring waktu, ada satu hal yang tak bisa ia hindari: rasa kehilangan terhadap Salsa. Walaupun ia sangat mencintai Nisa, kenangan tentang Salsa selalu kembali, membawa rasa rindu yang tak kunjung hilang.
Suatu sore, Lestari menerima undangan dari keluarga Salsa. Mereka mengajaknya untuk bertemu dengan alasan sederhana, "Salsa ingin bertemu dengan seseorang yang pernah merawatnya." Lestari setuju, meski ada perasaan tak menentu dalam hatinya. Bagaimanapun, Salsa pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Ketika hari pertemuan tiba, Lestari mengajak Nisa untuk ikut. Di taman tempat mereka bertemu, Lestari melihat Salsa yang sekarang terlihat begitu ceria dan sehat. Salsa berlari ke arahnya, tertawa lepas saat dipanggil oleh orang tuanya. Melihat Salsa yang begitu bahagia bersama keluarga kandungnya, hati Lestari terasa sesak.
Nisa yang melihat Salsa tampak bingung. Dia merasakan kecanggungan dalam sikap Lestari dan tak bisa memahami siapa Salsa. "Ibu, itu siapa?" tanya Nisa dengan nada penasaran. Lestari menghela napas, menyadari bahwa Nisa mungkin takkan pernah mengerti hubungan rumitnya dengan Salsa.
Tak lama, ibu kandung Salsa menghampiri Lestari. "Terima kasih sudah mau datang. Salsa banyak mendengar tentangmu, dan kami ingin ia tahu siapa yang telah merawatnya dengan penuh kasih sayang," katanya dengan senyum lembut, meski senyum itu membawa perasaan tak nyaman bagi Lestari.
Selama mereka berbincang, Salsa tampak mendekati Nisa, bermain dengan boneka yang dibawa Nisa dari rumah. Nisa tampak senang, meski tak sepenuhnya paham. Lestari melihat interaksi itu, hatinya semakin bimbang.
Setelah pertemuan, saat mereka pulang, Nisa tiba-tiba bertanya, "Kenapa Ibu kelihatan sedih tadi?" Lestari terdiam, tak tahu harus berkata apa. Ia mengusap kepala Nisa dan berkata, "Ibu hanya merasa teringat sesuatu yang dulu pernah ada di hidup Ibu."
Beberapa hari setelah pertemuan itu, Lestari mulai merasa lebih dekat dengan Nisa, namun perasaan rindu akan Salsa tak sepenuhnya hilang. Suatu hari, Nisa melihat Lestari termenung di kamarnya, dan tiba-tiba berkata, "Ibu, kalau aku pergi, Ibu bakal sedih, ya?"
Pertanyaan polos itu membuat Lestari terkejut. "Kenapa kamu tanya begitu, Nisa?"
"Aku lihat Ibu sedih pas ketemu sama Salsa," jawab Nisa dengan lirih. Ia lalu menunduk, seakan takut jika Lestari tidak benar-benar mencintainya.
Lestari menarik napas panjang, lalu duduk di samping Nisa. "Kamu tahu, Nisa, Ibu sayang sama kamu, lebih dari yang kamu bayangkan. Pertemuan dengan Salsa membuat Ibu merasa seperti merelakan masa lalu. Tapi itu nggak berarti Ibu nggak sayang sama kamu. Kamu adalah bagian hidup Ibu yang sekarang," katanya, menggenggam tangan Nisa erat.
Nisa mengangguk, meski masih ada kebingungan di wajahnya. "Jadi... aku nggak bakal ditinggal, kan?" tanyanya pelan.
Lestari menahan air mata, merasakan kesalahpahaman yang mungkin terjadi karena konflik batinnya. "Nggak, sayang. Ibu nggak akan ninggalin kamu. Kamu aman di sini," ujarnya dengan penuh kehangatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simplicity of Love
Short StoryDi balik dinding rumah sakit jiwa, Salsa ditemukan sebagai bayi yang terabaikan. Apakah Salsa terselamatkan?