Bab 2

6 1 0
                                    

Karya ini dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta no.28 tahun 2014

Raka sekarang berjalan bersama seorang laki-laki yang tadi menyelamatkannya. Meski paruh baya, postur pria itu tampak kekar dan perkasa. Tubuhnya tinggi mungkin setinggi ayahnya dengan kulit coklat gelap tanda kalau dia sering terpapar sinar matahari. Rambutnya pun masih hitam dan tampak rapi meski panjang sepinggang.

Mereka berjalan bersama ke pinggiran desa dan tiba di sebuah rumah sederhana dekat dengan bibir hutan.

Pria paruh baya tadi tidak melewati pintu depan. Ia masih berjalan ke sisi belakang rumahnya menghampiri sebuah sumur. "Bersihkan tubuhmu di sana," tunjuknya dan ia kembali berjalan masuk ke rumah lewat pintu belakang.

Raka yang tahu apa yang dimaksud, pun segera menimba air. Awalnya ia kurang paham dengan sistem pengambilan di sumur itu keran tidak adanya pompa air. Namun, setelah melihat roda kerekan, ia pun teringat kalau sistem katrol ini pernah ia lihat di buku.

Pertama ia membersihkan sisa-sisa sayur yang menempel di tubuhnya. Daun-dauh hijau yang tidak segar lagi itu ia buang ke semak. Tomat busuk yang bertengger di kepala juga langsung dibuang. Kemudian ia menimba air dan langsung mengguyur tubuhnya. Dengan langsung disiram, semua kotoran di tubuh maupun bajunya akan langsung menghilang. Bukan hanya sekali, tetapi Raka mengguyur tubuhnya beberapa kali sampai ia merasa bersih.

"Kalau sudah selesai, bersihkan tubuhmu dengan handuk," ujar pria paruh baya tadi dari pintu belakang rumahnya. "Aku letakkan handuknya di sini."

Raka beranjak dari sumur dengan tubuh basah kuyup dan segera mengambil handuk yang sudah disiapkan. Ia mengusap rambut hitamnya untuk mengeringkan semua air di sana.

"Ini baju gantinya." Prita tadi kembali keluar sambil membawa sesetel pakaian. "Bergantilah di kamar mandi di sana."

Tanpa curiga sama sekali, Raka langsung megambil pakaian tersebut dan membawanya ke semacam gubuk sederhana. Ia pun menyadari kalau di sana adalah toilet. Sangat amat berbeda dengan yang ada di rumah.

Ia mulai melepas pakaian yang ia kenakan sekarang dan menggantinya dengan baju dari pria tua tadi. Pakaian aneh menurut Raka. Hanya celana katun yang agak lebar dan sebuah baju kaos, sedangkan pakaian miliknya ia gantung di kayu yang melintang di kamar mandi tersebut. Ia rasa di sana memang digunakan untuk menggantung pakaian. Kemudian ia keluar dan menghampiri pria tua tadi yang sedang duduk di bangku rotan tempat tadi dia meletakkan handuk.

"Terima kasih sudah menyelamatkan saya, Aki." Raka tidak mengerti sebutan Aki tersebut. Setidaknya begitulah warga memanggilnya dan ia pun menggunakan kata itu.

Sekilas, pria paruh baya itu melihat sesuatu di lengan kiri Raka. Sempat ia sangka sampah yang menempel. Namun, setelah diperhatikan lagi, ternyata itu adalah tanda lahir. Bentuknya sangat unik, persis seperti bulan purnama.

"Ayo masuk," ajak pria tua itu setelah melihat Raka selesai berganti baju.

Raka mengekori penyelamatnya saat mesuk ke dalam rumah. Ia melewati beberapa ruangan dan tiba di tempat yang diduga ruang tengah. Di sana ia dipersilahkan duduk di sebuah sofa. Tidak terlalu empuk, tetapi cukup untuk memanjakan tubuh yang sejak tadi terus berdiri. Sedangkan pria tua tadi duduk di sofa besebrangan dengan Raka.

Di sana Raka agak kebingungan dengan identitas si kakek tua ini karena di dinding ruangan itu, ada banyak sekali tanduk hewan bahkan kepala rusa.

Sang kakek sadar arah pandangan Raka dan ia juga paham akan apa yang dipikirkan bocah di depannya itu. "Aku seorang pemburu. Menggantung kepala hewan buruan merupakan kebanggan tersendiri bagi seorang pemburu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PrismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang