#1

142 17 16
                                    

"Kadang perhatian berlandaskan kasih sayang menurut sudut pandangmu itu, memiliki arti berbeda di pikiran orang lain."

_________________________________________
.
.
.
Kali ini kisah akan berfokus pada gadis lain. Masih salah satu bagian dari kelas kerbau di SMA Kirin. Salah satu dari 5 kerbau perusuh. Gadis yang sangat manis untuk dilihat, tapi sangat berbahaya untuk di dekati.

Eunha.

Pagi ini semua siswa di SMA Kirin mendapatkan surat edaran. Pemberitahuan akan diadakan jam tambahan di hari sabtu. Bilangnya si pemantapan materi untuk ujian nasional.

"Duit lagi duit lagi" keluh seorang siswa yang tengah berbaring di lantai, samping kursi Una.

"Iya...padahal biaya acara kelulusan aja gua belom lunas" tambah siswa lain yang juga berbaring di sebelahnya.

"Lah, lu mah mending he...gua belom bayar sama sekali" ucap siswa pertama tadi lagi. Matanya masih terpejam dengan selembar kertas yang menutupi wajahnya.

"Kenapa belun bayar Ming?" Kali ini Una yang bersuara.

"Uangnya kepake buat beli sepatu baru" Jawab Mingyu enteng.

Una langsung menendang kaki Mingyu. Tidak cukup keras untuk menciptakan rasa sakit memang, tapi cukup untuk membuat Mingyu membuka matanya dan menatap Una.

"Kenapa si?" Tanya Mingyu

"Kamu beneran pake uangnya untuk beli sepatu?"

Mingyu terdiam sebentar, kemudian mengangguk.

"Gila kamu ya??? Uang untuk sekolah loh itu Ming!"

"Ya gimana? Udah terlanjur dibeli juga Na..."

"Kamu tuh kenapa susah banget di bilangin si Ming?! Udah berulang kali kamu pake uang sekolah untuk keperluan ngga penting kaya gitu..."

Mingyu menghela napasnya dan bangkit dari posisinya. Mengacak rambutnya sekilas dan pergi meninggalkan Una dan Jahe.

"Mingyu!!! aku belum selesai ngomong!!!" Teriak Una

"Ngomong aja sama Jahe!!" Jawab Mingyu sebelum akhirnya menghilang bersamaan pintu kelas yang tertutup.

Una menghela nafasnya kasar, kemudian bersandar di kursinya.

Pertengkaran antara Mingyu dan Una sudah menjadi makanan rutin bagi siswa-siwi di kelas XII D. Watak Mingyu yang keras kepala, dihadapkab dengan Una yang tidak terlalu jauh berbeda tentu saja akan terus menghasilkan perselisihan.

Bahkan Jahe yang berada di dekat mereka sejak tadi hanya fokus pada game di ponselnya. Tetap santai seakan tidak terjadi apa-apa.

"Udahlah Na... emang lu ngga cape berantem mulu sama Mingyu?" Tanya Mina yang kini duduk di samping Una. Sedari tadi dia memang memperhatikan Una dan Mingyu. Bagaimana tidak? Suara Una tuh kencang banget, bahkan orang di luar kelas bisa dengar omelan gadis bersurai hitam itu.

"Ya dianya nyari masalah mulu... gua marahin dia juga karna gua tuh sayang sama dia Min...emang salah?!"

"Ngga salah Na, cuma caranya aja kurang pas buat manusia batu kaya dia.." Jawab Jahe yang mulai bangkit dari posisinya. Meregangkan tubuhnya sebentar kemudian duduk di kursinya.

"Emang yang bener kaya gimana?" Tanya Una.

Jahe mengangkat bahunya "mana gua tau...emang gua emaknya?!"

Una mendengus kesal. Salah memang bertanya pertanyaan serius ke Jahe. Sahabatnya itu tidak pernah bisa menjawab dengan benar.

"Na, si Lisa dari tadi tidur ga bangun-bangun..." ucap Mina mengalihkan pembicaraan. Una dan Jahe secara otomatis menoleh ke arah kursi di depan Una.

"Biasa dia mah, ntar kalo udah ada guru juga bangun." Jawab Una.

"Coba cek Na, masih nafas atau ngga."

"Goblok si Jahe kalo ngomong..."

Baru saja Una berniat mengecek keadaan Lisa, kelas sudah dibuat hening dengan kemunculan Deka yang berlari memasuki kelas.

"GURUNYA RAPAT!"

Teriak Deka sambil memamerkan deretan gigi putihnya. Seketika kelaspun kembali riuh. Semua siswa dengan cepat mengemasih barangnya masing-masing.

"DEMI APA?! CABUT CUUYY!!"

"WUHUU!!"

"WARNET COY!"

"BASECAMP LAH!!"

Tidak terkecuali dengan Una dan Jahe yang bergegas merapikan tasnya. Una bahkan menyempatkan diri membenahi riasannya karena tau setelah ini mereka pasti akan langsung mencari tempat untuk nongkrong.

Hanya hitungan menit, kelaspun seketika kosong. Hanya tersisa Una dan Lisa dikelas. Una merapikan kembali perlengkapan -make up-nya, dan melirik Lisa yang belum menunjukkan pergerakan sejak tadi.

"Lis mau ikut nggak?" Tanya Una.

Lisa masih tidak bergeming. Dia masih di posisinya, membaringkan kepala di atas meja dengan mata terpejam. Sedikit khawatir, Una bangkit dari kursinya dan mendekati Lisa.

"Lis kelas udah kosong! Lu mau gua tinggal?! Ayo ikut!" Oceh Una lagi.

"Mau kemana si ah?!" Lisa mengangkat kepalanya dan menunjukkan wajah kesalnya.

"Lu nggak liat ini mata gua bengkak?! Gua nggak bisa tidur semalem tau nggak?!" Tambahnya

"OMEGAT! LIS LU KENAPA?!" Tanya Una panik setelah melihat kantung mata bengkak sahabatnya itu

Lisa hanya menghela nafasnya kemudian mengusap wajahnya kasar,
"Gua melewati malam yang berat semalem Na..."

"Kenapa?! Lu nangis?! Siapa yang bikin lu nangis?!" Oceh Una yang suaranya terdengar hingga gerbang sekolah.

"Ada apaan si?! Berisik amat!" Tanya Deka yang kembali masuk ke kelas bersama Mingyu dan Jahe.

Una langsung memegang wajah Lisa dan menunjukkan wajahnya ke hadapan teman-temannya itu.

"Masyaallah Lis?! Lu di gebukin siapa?!" Tanya Deka ikutan panik.

"Ini mah abis dikencingin kecoak kali matanya," -Mingyu

"Kaga bege, ini mah pipinya mengembang. Jadi nutupin mata"-Jahe

"Anting lu semua! Astaghfirullah nggak boleh ngomong kasar lis, dikit lagi gua mau UN," oceh Lisa yang dibarengi tawa teman-temannya yang lain.

Mereka langsung ambil posisi membentuk lingkaran,mengelilingi Lisa. Entah apa tujuannya,"Yaudah cerita sini baby, lu kenapa?" Tanya Jahe.

"Entar aja di basecamp. Disini mah nggak enak," jawab Lisa kemudian bangkit dari duduknya. Mengambil tasnya dan jalan keluar kelas meninggalkan teman-temannya.

"Gitu tuh manusia nggak ada etikanya, maen cabut aja. Gasadar kali dari tadi kita nungguin dia disini," Gerutu Mingyu

"Udah, dia lupa kali..."

Belum selesai Deka menenangkan Mingyu, Lisa kembali masuk ke dalam kelas dan memamerkan senyuman gummy-nya.

"Ehehehe, gua lupa, harusnya gua nunggu kalian ya?"

Una, Jahe, Deka, dan Mingyu hanya menghela nafasnya dan keluar melewati Lisa begitu saja.

"Bodo Lis," -Eunha

=> Imbecile

97 Line Story -2- "Imbecile"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang