"Bunda, lihat! tadi ibu guru menyuruh kami untuk menggambar seseorang yang kita sukai," kaki kecilnya berjinjit antusias ke arah sang bunda, mencoba menunjukkan coretannya di atas kertas yang menampilkan figur anak sebayanya, "Jake gambar Hoonie, bagus tidak?"
Senyum terpatri di wajah Ayu milik bunda, lantas tatapannya beralih memperhatikan buah hatinya, "Bagus, sayang. Jake menyukai Hoonie?"
Jake kecil menganggukan kepala, tawanya menguar setelah memberikan jawaban polos dari pertanyaan sang bunda, "iya, Jake sangat menyukai Hoonie!"
๑
Jake melamun memikirkan kejadian di saat ia masih menduduki bangku kanak-kanak. Bagaimana bisa Jake kecil dengan polos mengatakan pada sang bunda, bahwa ia menyukai teman sekelasnya yang bahkan bergender sama dengannya?
Sebenarnya, sedikit ada rasa syukur karenanya. Sehingga ia tidak perlu berpusing ria hanya untuk mengatakan pada bunda pasal orientasi seksualnya.
Namun, Jake terlampau bingung mengapa bunda tidak pernah memarahinya, bukan berarti bunda tidak pernah berusaha mengajari Jake pasal 'hubungan yang seharusnya'. Tetapi biarlah, Jake juga lelah harus berpura-pura mencintai para perempuan yang pernah menjadi kekasihnya.
"Hoy, Jake! Kenapa sih melamun terus?"
Nah, sekarang sumber permasalahan Jake berdiri di depan mejanya. Demi tuhan, Jake tidak paham mengapa seseorang bisa begitu mempesona. Hingga membuat Jake tidak bisa memusatkan atensinya pada orang lain barang sejenak.
"Kenapa? Kau tidak suka aku melamun karena itu berarti aku tidak memperhatikanmu, begitu?"
Pukulan pada belakang kepala Jake terima, "Kau sakit, ya? Akhir-akhir ini tingkahmu aneh sekali," delikan sinis Jake berikan sembari mengelus pelan kepalanya yang menjadi korban dari tangan Sunghoon, yang diberi tatapan seperti itu mengucap maaf di sela tawa kecilnya.
"Jake, aku mau bertanya sesuatu, boleh?"
"Tidak,"
"Terserah, aku tetap ingin bertanya," Jake menghela nafas lelah. Jika akhirnya seperti ini, mengapa Sunghoon harus meminta izinnya terlebih dahulu? "Menurutmu, jika aku mengajak Mirae berpacaran, bagaimana? Aku akan diterima, tidak?"
"Tidak," belum sempat telapak tangannya mendarat pada belakang kepala Jake, lelaki itu kembali melanjutkan ucapannya, "Kau tampan, hoon,"
"Nah, karena aku tampan maka Miㅡ "
"Bukankah kau lebih baik denganku saja?" Jake berdiri dari bangkunya, meninggalkan Sunghoon yang masih memproses perkataan lawan bicaranya, "Ayo, cepat ke lapangan, teman-teman sudah menunggu."
๑
Lapangan indoor milik sekolah dimana Jake dan Sunghoon menimba ilmu dipenuhi oleh para siswa. Karena ujian telah berakhir, maka sekolah mengadakan class meeting yang bertujuan sebagai refreshing otak akibat menghadapi berbagai macam persoalan ujian.
Peluit berbunyi nyaring, menandakan bahwa sesi pertandingan basket antara kelas 11-2 dan 11-4 telah selesai. Kemenangan pun dibawa oleh kelas 11-2 dan Sunghoon merupakan salah satu dari para pemain yang berhasil mencetak skor dengan three-point shootnya.
Jake terus memperhatikan Sunghoon yang tengah berbagi euforia bersama rekan satu timnya. Dengan keadaan bermandikan peluh, Sunghoon seharusnya terlihat tampan dan, uhm, panas? Tetapi, jangan lupakan juga betapa cantiknya paras Sunghoon yang disertai senyum manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
redamancy ๑ jakehoon
FanfictionJake tersadar bahwa ucapannya saat masih di bangku kanak-kanak pada sang bunda merupakan 'coming out' pertama yang tanpa disengaja. Niat hati ingin merubah diri untuk sang bunda, namun apa daya jika sang pujaan hati terus menggoda? Lagi pula, bund...