°•°
Sebagai mahasiswa kedokteran, praktik membedah pasien adalah salah satu hal yang harus Jaehyun dan Jungwoo lakukan mengingat mereka mengambil jurusan dokter bedah.
Saat ini mereka bersama dengan teman-teman sekelas mereka tengah mengikuti praktik pembelahan pasien yang luka di bagian kaki.
Di depan mereka semua sudah tersedia beberapa sampel mayat yang akan mereka bedah nantinya.
Mereka terbagi menjadi beberapa team dan kebetulan Jaehyun dan Jungwoo satu team.
Tubuh Jungwoo sudah menegang kaku. Berkali-kali ia menarik dan menghembuskan nafas dibalik maskernya untuk menenangkan diri. Jemarinya mengerat kaku dalam kepalan tangannya begitu dosen pembimbing mereka membuka penutup badan mayat tersebut dan menampakkan tubuh pucat sang mayat.
Jaehyun yang saat ini tengah berdiri di samping Jungwoo hanya melirik Jungwoo yang memejamkan matanya. Terlihat setetes bulir keringat mengucur dari jidat mulusnya.
Tapi Jaehyun mencoba abai walaupun ia tahu Jungwoo tidak baik-baik saja saat ini. Mereka berdua adalah rival yang bersaing untuk mendapatkan nilai terbaik, dan hal itu jugalah yang membuat mereka terkenal di kalangan mahasiswa ataupun dosen.
Walaupun begitu mereka saling menyadari kelebihan dan kekurangan diri masing-masing dan berusaha saling melengkapi.
Jaehyun sangat jago di bagian praktik
Sedangkan Jungwoo sangat handal dalam menghapal semua teori
Kelebihan mereka itu juga menjadi kekurangan satu sama lain. Yang mana untungnya mereka menyadari itu dan mau bekerjasama untuk saling melengkapi.Ah, aku rasa pengenalan hubungan mereka sudah cukup bukan? Mari kita kembali ke situasi yang sedang terjadi.
Saat ini Dosen pembimbing mereka sudah memberi aba-aba untuk mulai membedah mayat-mayat tersebut.
Dalam team mereka saling membantu, dan Jaehyun yang akan membedah lebih dulu.
Suara pisau bedah yang ditancapkan dan ditarik membentuk garis lurus di kulit kaki mayat tersebut terdengar begitu aneh di telinga Jungwoo.
Matanya terpaku pada gerakan lincah tangan Jaehyun, dan membuat bulir-bulir keringat semakin berjatuhan dari jidatnya.
Saat Jaehyun mulai mengangkat dan menarik kulit kaki beserta daging-daging yang melekat di sana membuat sesuatu dalam perut Jungwoo bergejolak naik ke atas dadanya.
"Tidak! Kumohon tidak lagi!" Jungwoo membatin sembari memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.
Puncaknya adalah ketika kulit dan daging tersebut terangkat dengan sempurna dan memperlihatkan tulang beserta isi dari kaki sang mayat.
Jungwoo sudah tidak bisa menahan mual yang datang. Ia menarik maskernya dan memuntahkan semua isi perutnya.
Parahnya lagi ia sempat menarik jas lab Jaehyun sehingga ia muntah di jas milik Jaehyun.
Semuanya terjadi begitu cepat. Jaehyun membolakan matanya begitu Jungwoo sudah terbaring tak sadarkan diri di atas dinginnya lantai ruangan tersebut.
"Yak! Kim Jungwoo? SADARLAH KIM JUNGWOO!" Jaehyun mengguncang tubuh Jungwoo yang tentunya sia-sia.
"Aish!" Jaehyun mengumpat panik. Ia segera melepas jas labnya, sementara Teman-temannya yang lain segera membantu membawa Jungwoo naik ke atas punggungnya setelah di beri perintah oleh sang dosen.
Jaehyun berlari dengan Jungwoo di punggungnya. Beruntung saat itu koridor sepi karena mungkin semua dosen dan tengah masuk mengajar.
Walau Jaehyun harus melewati banyak anak tangga, Jaehyun tetap berlari menuju taman belakang sembari terus berusaha membangunkan Jungwoo.
"Kim Jungwoo bangun! Bangunlah Kim Jungwoo! Yak Jungwoo!"
Kalimat serupa terus terucap dari bibirnya hingga ia sudah hampir tiba di taman belakang.
Langkahnya terhenti, ia merasakan lengan yang semula terkulai itu kini meremat kaosnya erat.
"Hiks~"
Semuanya terasa melambat layaknya adegan slow motion dalam film dan drama.
"Hiks~ ugh... Hiks~"
Kim Jungwoo sudah sadar dan kini tengah terisak di pundak Jaehyun.
Dan entah kenapa, isakan lirih itu terdengar begitu menggema di telinga Jaehyun. Bahkan mengalahkan suara nafasnya yang terengah."Sudah?" tanya Jaehyun begitu dirasakan isakan Jungwoo mengecil. Jungwoo tak menjawab, ia malah semakin membenamkan wajahnya di balik punggung lebar Jaehyun.
Jaehyun menarik nafas panjang sebelum kembali berjalan menuju ke taman belakang tepatnya tempat keran air/tempat mencuci yang dekat dengan lapangan universitas.
Begitu sampai, didudukkannya Jungwoo di atas pinggiran dari bak(?) Tersebut.
Sontak Jungwoo langsung berbalik memutar keran, berkumur dan mencuci wajahnya di sana.
Ia menarik nafas panjang kemudian menatap Jaehyun dengan tatapan malu, kesal, dan gengsi yang bercampur.
"Kalau mau ketawa ya ketawa saja."
Alis Jaehyun terangkat bingung, "aku tidak akan tertawa."
Jungwoo merenggut, menunduk memainkan kakinya kesal. Ingatannya terus berputar pada kejadian tadi.
"Ah menyebalkan! Tadi itu sangat memalukan. Na ottokhaji? (Aku harus bagaimana?)"
Kedua tangan Jungwoo terangkat menangkup wajahnya malu."Ya' kau mau tahu caranya agar kau tidak mengingatnya lagi?"
Jungwoo mendongak, menatap Jaehyun serius. "Bisakah? Bagaimana caranya?"
"Aku akan mengajarimu satu hal."
"Apa itu?"
"Reset."
Alis Jungwoo bertaut, "bagaimana cara kerjanya?" Ia menatap Jaehyun penuh keingin tahuan
Jaehyun tersenyum di sudut bibirnya. Dengan tiba-tiba ia mendekatkan tubuhnya ke arah Jungwoo dan sedikit membungkuk ke arah wajahnya.
Hal itu membuat Jungwoo refleks mundur, menatap Jaehyun yang tengah menutup mata dan memiringkan kepalanya tepat di depan wajahnya dengan tatapan terkejut. Posisi mereka tepat seperti orang yang sedang berciuman.
Jemari Jungwoo mengerat gugup.
"A-apa yang kau lakukan?!"Mendengar itu Jaehyun langsung membuka matanya. "Itu tidak berhasil?"
Jaehyun menarik tubuhnya menjauh dan kembali tegap."Omong kosong apa yang kau bicarakan?" Tangan Jungwoo Bergerak merapikan rambutnya dan menunduk gugup.
Namun Jaehyun kembali berulah. Melakukan hal yang sama namun kali ini menautkan kedua bibir Cherry mereka dalam sebuah ciuman yang panjang.
Angin berhembus mendukung suasana yang tercipta, semuanya benar-benar membuat Jungwoo terpaku.
Hingga Jaehyun menyudahi semuanya.
"Bagaimana? Apakah kali ini berhasil?" Tanyanya dengan santai seolah tak terjadi apa-apa.Jungwoo tersadar dari lamunannya tangannya terangkat cepat menampar pipi mulus Jaehyun.
"Brengsek!"
Jungwoo mengumpati Jaehyun kesal sebelum ia berlari pergi dari sana.
Membiarkan Jaehyun terpaku memegangi pipinya yang terasa panas namun anehnya, sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah seringai atau senyuman(?)
END
Chapter ini terinspirasi dari drama romantic doctor teacher Kim 2.
Chapter ini ditulis dalam waktu yang tidak lama dan tanpa revisi so sorry for some typos...
Dan lagi, aku bukan anak kedokteran jadi kalau ada salah kata ataupun yang kurang berkenan mohon di maafkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love
FanfictionKumpulan story about Jaewoo Maybe this is just some short stories BXB STORY SESUKA HATI PENULIS CHECK IT OUT! HOMOPHOBIC GO AWAY!