penemu telepon kaleng

102 44 10
                                    

Pagi ini aku berada di balcon rumah. Menunggu ratusan siswa berkumpul untuk upacara. Beberapa mengenakan atribut penanda bahwa mereka adalah pemimpin upacara. Ada yang sibuk berlatih cara berjalan.latihan vokal. Semua sibuk dengan urusan masing masing. tetapi tidak dengan lelaki yang satu itu. Lelaki yang berada di baris paling belakang itu justru sibuk menendang bola ke udara. Rambutnya berantakan. Begitu juga pakaiannya. Ia berhenti bermain. Mendongak. Tatapannya tertuju padaku.. Entah bagaimana ia bisa menyadari keberadaan ku.ia melambaikan tangan dan tersenyum. Aku mengerjap beberapa kali... tertegun dengan kejadian barusan... Aku mencoba mencari letak kesadaran.kudapati lelaki itu telah berdiri tegap di baris terdepan dengan pakaian nya yang rapi . Upacara baru saja di mulai..
Aku memutuskan kembali masuk ke dalam kamar. Berkutat dengan bird paper ku... Semua terasa membosankan. Apalagi yang bisa di lakukan gadis cacat seperti ku selain melakukan hal hal kecil yang sedikit menghibur diri.sekedar melepas penat terkurung dalam sangkar megah selama 17 tahun...
"Dhira.. Makan sayang"
Seseorang baru saja menerobos masuk ke dalam kamarku.sebuah nampan berisi sepiring sarapan dan minuman hangat terbentang di kedua tangan nya.
"Mama suapin ya? "
Tawar nya. Aku menggeleng.
"Dhira udah gede ma. Bisa makan sendiri".
Tegasku... Wanita itu masih saja memperlakukan ku seperti si kembar... Kedua adik kecil ku yang baru berusia 5 tahun... Aku tau aku sakit... Tapi tidak semua hal harus di lakukan orang lain.. Aku bisa menjaga dan merawat diriku sendiri.wanita itu meletakkan nampan di atas meja..ia menghembuskan nafas pasrah..mengingatkan ku untuk menghabiskan sarapan sebelum berlalu pergi...
Aku menggerakkan roda kursi ku menuju jendela kamar. Memainkan bird paper yang tergantung rapi menjadi gorden. Rumah kami memiliki 3 lantai. Dan kamarku berada di lantai paling atas. Lantai dengan lorong panjang membentuk leter L..ada 6 kamar saling berhadapan di sana. Dan kamarku berada tepat di samping lift...
Aku menyibak gorden bird paper itu perlahan... Menghiraukan makanan yang mulai dingin di atas meja...wajah lelaki itu lintas sekilas... Aku menggeleng beberapa kali... Mencari kesadaran . Tapi tetap saja... Wajah itu tak mau pergi... Tunggu... Dia bahkan memanggil namaku... Aku menoleh ke bawah.. Dan benar. laki laki itu memang ada di sana.ia masih mengenakan seragam. Tersenyum ke arah ku. Aku tak membalas. Tapi juga tak berpaling. Aku masih memperhatikan laki laki itu. Ia merogoh isi tas di samping nya. Mengeluarkan dua kaleng. Lantas memberi instruksi agar aku menjauh. Dan aku menurut.. Beberapa detik kemudian... Sebuah kaleng mendarat tepat di pangkuan ku setelah beberapa kali gagal dan jatuh.ia kembali memanggilku. Kali ini memberi instruksi agar aku melakukan apa yang ia lakukan. Menempelkan lubang kaleng itu di telinga.
"Hey!... "
Itu sapaan pertama yang ia ucapkan. Suaranya menenangkan. Dan Hal itu membuat jantungku berpacu lebih cepat. Untuk pertama kalinya... Aku mendengar suara lelaki asing... Aku diam.. Tak berani menatap ke bawah.
"Kamu cantik"
Ia kembali mencairkan suasana... Tetapi itu justru membuat ku hampir mati membeku.
"Lihat yang bicara... Dhir... "
Dan yang membuatku lebih terkejut lagi adalah... Ia tau namaku.
Aku mencoba menurunkan kepalaku... Menatap lelaki yang masih tersenyum dan mendongak menatap ku. Ia melambai...
"Namaku Daniel... Eh... Bacanya;
namaku( spasi) Daniel loh ya... Bukan nama (spasi) kudanil"...
Aku hampir tertawa... Tapi ku tahan.
" Ketawa aja... Ga usah ditutupin."
Aku menjauhkan diri dari gorden. Tersenyum.
"Dari tadi aku terus yang ngomong... Tiba tiba datang. Nyapa. Terus nyebutin nama. Padahal kamu ga nanya... Eh... Kamu ke ganggu ya?! "
" enggak... "
Aku membungkam mulut.. Entah apa yang membuatku berani membalas kalimat lelaki itu... Kata itu keluar begitu saja.
"Syukur deh... Eh... Mau hujan nih... Aku pulang ya... "
Aku menatap langit.. Mendung. Lantas mengangguk..
"Simpen ya... Kaleng nya...see u next time dhir".
Kali ini aku membalas dengan senyuman... Ikut melambai ketika ia melakukan hal yang sama...


Bird Paper 🐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang