CHAPTER 8 :: Angel?

180 40 15
                                        

Hari-hari berlalu sejak pertemuan singkat di lapangan, tetapi bagi Jevan, momen itu terus terngiang di benaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari berlalu sejak pertemuan singkat di lapangan, tetapi bagi Jevan, momen itu terus terngiang di benaknya. Ada sesuatu yang berbeda tentang Ishana—cara ia tersenyum malu-malu, bagaimana ia tidak mengucapkan sepatah kata pun namun tetap menyampaikan kehadirannya dengan jelas. Rasa penasaran membuat Jevan ingin mengenal Ishana lebih jauh. Meskipun ia bukan tipe orang yang sering mendekati orang lain, ada sesuatu tentang Ishana yang menarik perhatian Jevan. 

Di sisi lain, Ishana menjalani hari-harinya seperti biasa bersama Yehana. Mereka berdua sering terlihat di perpustakaan atau taman belakang sekolah, tempat favorit mereka untuk membaca atau berdiskusi tentang tugas. Ishana tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Jevan di lapangan akan menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar. 

Siang itu, Ishana dan Yehana duduk di bangku taman sekolah. Di atas meja kecil di depan mereka, terdapat beberapa buku dan lembaran tugas yang sedang mereka kerjakan bersama. Yehana sedang asyik menjelaskan salah satu ide tugasnya, sementara Ishana menulis di notebook kecilnya, sesekali tersenyum mendengar cerita sahabatnya. 

Ketika mereka tenggelam dalam aktivitas masing-masing, tiba-tiba suara langkah kaki terdengar mendekat. Yehana yang lebih peka langsung menoleh dan mendapati Jevan berdiri di dekat mereka, tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. 

“Hai,” sapa Jevan dengan suara tenang. 

Yehana mengerutkan kening, sedikit terkejut. “Oh, hai, Jevan. Ada apa?” tanyanya santai. 

“Gue cuma lewat, tapi ternyata ada kalian di sini,” kata Jevan sambil melirik ke arah Ishana yang menunduk sedikit, mencoba menghindari tatapan. “Boleh gue ikut duduk bentar?” 

Yehana melirik Ishana, lalu kembali menatap Jevan. “Tentu, nggak masalah.” 

Jevan duduk di ujung bangku, menjaga jarak dengan sopan. Suasana terasa canggung untuk beberapa saat, hingga akhirnya Jevan berbicara lagi. 

“Jadi…” Jevan memulai, memecah keheningan. “Kalian berdua sering kerja kelompok, ya? Gue sering lihat kalian di perpustakaan.” 

“Iya, kami hampir selalu satu kelompok,” jawab Yehana sambil tersenyum. “Isha itu partner kerja kelompok terbaik yang pernah aku punya. Nggak ada yang lebih rapi dan detail daripada dia.” 

Jevan tersenyum kecil, menoleh ke arah Ishana. “Itu keren. Gue juga pernah lihat catatan lo, Ishana. Rapi banget. Lo ternyata rajin juga, ya?” 

Ishana mendongak sedikit, lalu menuliskan sesuatu di notebook-nya. Ia menunjukkan catatan itu kepada Jevan: Terima kasih. Aku suka mencatat.

Jevan membaca tulisan itu dan tersenyum. “Itu bagus. Aku rasa aku harus belajar banyak dari kamu. Catatanku sering berantakan, dan aku sering lupa apa yang guru bilang di kelas.” 

Yehana tertawa kecil. “Iya, Isha emang berbakat di bidang itu. Tapi aku rasa nggak cuma catatannya yang rapi. Dia juga jago banget bikin tugas jadi lebih menarik.” 

[1]. DIFFERENT || SINB (Segera Terbit - Dalam Masa Pre-order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang