part 8

136 8 3
                                    

Sejak hari itu awal kita jumpa, ada rasa yang entah kenapa selalu meng-guncang dadaku. Sejak hari itu juga aku mengagumi mu wahai hamba Allah.

Langit pagi menuju siang masih menampakan kecerahan nya, berbeda dengan lelaki yang hilang kecerahan wajah nya karena teringat calon istri nya begitu akrab dengan seorang lelaki.

Walau pun belum lama terlalu kenal dengan zahra, Syakir merasa bahwa hati nya bagai di magnet oleh Zahra, tidak mudah mendapatkan hati seorang ustadz tampan seperti Syakir namun, entah kenapa gadis ini terlalu mudah untuk mendapatkan nya, apa ini pertanda mereka berjodoh?

" Assalamu'alaikum." Syakir masuk sambil memasang muka tidak bergairah.

" Wa'alaikumsalam, Ehh Syakir ko kayak gak semangat gitu? " Tanya umi nya Syakir, " kan baru nganter calon istri kan harus nya semangat dong. " Goda umi Layla kepada sang anak.

" Ih apaan sih umi, enggak ko syakir cuma cape aja. " Alibinya agar terhindar dari ledekan umi nya. " Syakir ke kamar dulu ya, mau kerjain berkas-berkas lamaran untuk mengajar di kampus nya Syafira." Ucap nya seraya senyum lalu meninggalkan umi nya setelah di persilahkan.

" Baiklah nak, nanti umi bawakan kamu teh ya. "

" Iyah mi makasih ya. " Balas Syakir sembari menaiki anak tangga.

Perlahan punggung Syakir tidak terlihat oleh mata umi Layla. Detik berikutnya nya suara telpon berdering.

Kringg

Umi Layla mengangkat telpon nya.

"Assalamu'alaikum umi. "  Suara lembut dari anak nya yang bernama syaira yang sedang berada di pon-pes Abi nya.

" Wa'alaikumsalam nak, ada apa? "

" Ini umi, ada a Syakir gak? Kalo ada kata Abi a Syakir harus ke pondok sekarang, katanya penting. "

" Kakak mu ada, kenapa gak telpon langsung saja?" Tanya umi layla.

" Handphone a Syakir gak aktif mi, ya sudah syaira lanjut ngajar lagi ya, tolong sampe in ya mi, hatur nuhun, Assalamu'alaikum umi ratu. "  Panggilan terakhir dengan sebutan ini ratu sering di ucapkan oleh syakir, Syafira begitu pun dengan syaira, nama itu bentuk panggilan sayang mereka kepada wanita yang telah melahirkan dan mengurus mereka, dan umi Layla pun tidak keberatan.

" Iyah sayang nanti umi sampein ke kakak kamu, mangga, wa'alaikumsalam. "

Mereka dari keturunan suku Sunda jadi wajar saja bahasa nya ada logat Sunda.

Umi Layla pun bergegas menuju kamar Syakir, ia takut kalo hal penting ini sangat penting, anak tangga demi anak tangga di lewatinya, detik berikutnya umi Sampai di depan pintu Syakir lalu mengetuk nya.

Tok tok tok

" Nak buka ini umi. "

" Iyah mi. " Syakir menjawab dengan suara yang cukup keras, dan bangkit untuk membuka pintu kamar nya.

Clekk pintu di buka.

" Nak tadi adik mu telpon katanya kamu di panggil Abi mu, ada urusan penting, tapi sebelum pergi kamu minum teh terus makan dulu umi udah siapin, kenapa atuh tadi kamu gak makan dulu. " Jelas umi panjang lebar.

" Yaudh umi, Syakir siap-siap dulu ya nanti Syakir turun. " Balasan Syakir seraya tersenyum indah kepada sang umi.

" Yasudah umi tunggu ya kasep. " Sambil tersenyum umi nya membalikan badan lalu perlahan menuruni anak tangga.

•••••

Cuaca sore hari pada hari itu cukup murung, burung-burung berterbangan menuju sarang mereka masing-masing, sepertinya awan ingin menumpahkan air ke dalam bumi yang di sebut hujan.

UstadzAkuMencintaimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang