Deskripsi : Kisah ini tentang satu-satunya harapan yang pergi dengan sejuta luka menyembunyikan sebuah kenyataan.
==========================
"Tega sekali, kau melakukan itu. Apa kau tahu aku sangat mencintaimu?" Teriak seorang wanita, ia terlihat menyedihkan, dengan air mata yang jatuh membasahi pipinya.
"Naura, berhentilah menggangguku kita sudah putus. Aku tidak mencintaimu lagi."
Wanita yang dipanggil Naura itu terdiam, mendengar penjelasan sang mantan kekasih, hatinya terluka, luka yang begitu dalam. Seakan membuatnya tersadar bahwa pria di hadapannya sudah sangat keterlaluan.
Saat ini mereka berada di sebuah taman dekat rumah Dikta. Naura lah yang berinisiatif menemui kekasihnya itu, meminta penjelasan tentang Dikta yang pergi bersama wanita lain.
"Sudah ku jelaskan bukan, Nadia adalah wanita yang saat ini aku sukai. Jadi bisakah kau pergi saja."
"Apa kau serius dengan perkataanmu?"
"iya aku serius, pergilah dari kehidupan ku, pergi yang jauh. Jangan pernah muncul lagi." Setelah mengatakan itu, Dikta pergi begitu saja meninggalkan Naura,
"Ternyata hanya aku yang mencintaimu, cinta yang melebihi apa pun." Naura pergi berjalan melangkahkan kakinya, entah ke mana ia akan pergi saat ini.
Ia hidup sebatang kara di dunia ini, Naura hanya tinggal bersama nenek nya. Tapi tiga tahun lalu, nenek nya pergi meninggalkan Naura, untuk selamanya. Saat itu Naura begitu sedih, sedih yang berkepanjangan, membuat Naura seperti mayat hidup, namun semua berubah saat Naura bertemu Dikta.
Pria itu hadir membawa tawa dalam hidupnya, memberikan kehangatan dan kebahagiaan. Tapi kenapa, begitu mudah ia memutuskan semuanya. Seakan tidak ada sedikit pun kenangan diantara mereka.
Berbeda dengan Naura yang sedang menangis bersedih atas kehilangan Dikta, kini pria itu sudah berada di sebuah rumah sakit. Ia sedang menjenguk seseorang.
"Aku, sudah melakukan yang kau inginkan, jadi saat ini fokus lah pada pengobatanmu."
"Terimakasih."
"Dasar bodoh, cepatlah sembuh aku menunggumu."
Entah dengan siapa Dikta berbicara saat ini, namun terlihat jelas raut tenang di wajahnya, hal yang aneh saat ia telah memutuskan seseorang. Apakah bisa, ekspresi seseorang se-tenang itu saat ia melukai orang lain.
Kini langit tampak berubah warna, hari yang begitu cerah berubah mendung, menandakan akan turun hujan. Melihat bagaimana keadaan Naura saat ini, seakan langit pun tahu bahwa dirinya tengah bersedih. Wanita itu kehilangan arah, ia tidak tahu harus ke mana, dirinya hanya seorang diri, tidak memiliki keluarga. tidak memiliki teman. Naura tidak ingin pulang ke rumah saat ini, hal itu malah akan membuatnya sedih. Mengingat di sanalah, kenangan indah yang terlukis dalam hidupnya.
"Kenapa...kenapa sangat sulit untuk ku. Aku juga ingin bahagia selamanya. Kenapa orang yang ku sayang selalu pergi meninggalkanku. Apa yang salah." Teriaknya, tidak memperdulikan pandangan orang lain, yang menatap aneh padanya.
Setelah mengenal Dikta, ia kembali memiliki harapan. Sebuah harapan untuk menjalani kehidupan, namun sayangnya harapan itu telah pupus. Setelah berjalan jauh meninggalkan komplek perumahan Dikta. Saat ini ia telah berada di sebuah jembatan, meratapi kesedihan nya, mengeluarkan segalanya,
"Dikta, tolong kembalilah, aku sangat mencintaimu. Hanya kamu yang ku punya." Air mata itu menetes kembali, diiringi oleh guyuran hujan yang juga ikut turun, seakan ingin menutupi tangis Naura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Kehidupan
Short StoryDisaat rasa sedih itu datang membuat hati ini terluka tanpa ada satupun yang tahu, hanya kumpulan kata yang tertulis lah tepat ku mengutarakan.