"Kau sudah tahu? Waktu akan berhenti selama 5 menit tepat pukul 12.00 AM malam nanti. Pada saat itu hanya akan ada satu orang di dunia yang mampu bergerak. Kejadian ini hanya terjadi sekali dalam seribu tahun lho!" Itu adalah hal terkonyol yang pernah kudengar darinya sejak pertama kali kami berkenalan. Hanya kubalas dengan tawa kecil, sambil lanjut mengerjakan tugas kuliah di tengah jam kosong ini. Paling-paling semalam ia habis menonton film fiksi dengan cerita serupa lalu terbawa di mimpinya hingga sekarang.
"Kau tidak percaya?" Aku hanya diam, tidak menggubris pertanyaannya. Siapa pula yang akan percaya dengan hal seperti itu. "Baiklah, nanti malam anak-anak kos nongkrong di kamarmu ya. Biar kita buktikan sama-sama," ucapnya lalu kembali fokus pada laptopnya.
Pukul 11.00 PM beberapa orang sudah berkumpul di kamarku. Ada yang membawa camilan untuk dinikmati. Ada yang membawa gitar dan bernyanyi bersama, meramaikan suasana di tengah malam sunyi. Ada pula yang membawa bantal lengkap dengan gulingnya, sepertinya siap untuk menumpang inap di kamar 4x5 meter ini. Yang sudah hadir mulai bercengkerama sana-sini dan membuat kamarku semakin ramai.
"Terus kenapa kalau memang nanti waktu berhenti? Toh kita juga tidak akan tahu kan kecuali orang terpilih itu salah satu di antara kita?" tanyaku tiba-tiba memotong setelah semua omongan tidak masuk akal mereka mulai membuat kupingku panas.
"Memang sih. Tapi siapa tau kan, salah satu di antara kita nanti betulan bisa bergerak."
"Lalu, apa yang harus dilakukan oleh orang itu? Mencubiti pipi kalian satu-satu agar kalian bangun?" balasku.
"Hahaha, kita lihat saja nanti. Eh, tapi Fan, nanti kalau kamu yang bisa bergerak, berhenti nulis dulu ya. Katanya perubahan materi yang terjadi pada saat itu akan kembali seperti semula saat waktu sudah normal, jadi rugi-rugi tulisan kamu kehapus lagi," jawab Arya membuat yang lain tertawa terbahak-bahak. Kalimat barusan merupakan kode karena sejak tadi aku hanya sibuk mengerjakan tugasku tanpa menghiraukan mereka. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala, tidak habis pikir melihat tingkah mereka yang kekanak-kanakan.
***
Ting ... ting ....
Bunyi alarm ponsel Arya yang berdenting dua kali mengalihkan perhatianku sejenak. Bersamaan dengan itu, suara aliran air keran dari kamar sebelah tiba-tiba hilang, menciptakan keheningan yang sangat tiba-tiba. Hal itu membuat fokusku terpecah sehingga lembar tugas yang sejak tadi kukerjakan tercoret panjang. Kemudian selembar itu kusobek dan menyadari sesuatu yang aneh.
Kuputarkan pandanganku ke seluruh sudut ruangan. Seketika kusadari semua orang telah berhenti bergerak. Tidak mungkin, ini pasti candaan mereka. Namun ini terlalu hening untuk sebuah gurauan yang tiba-tiba. Bahkan aku tak dapat mendengar suara apapun selain suara langkah kakiku yang mengendap-endap diatas karpet. Keheningan di tengah malam memanglah wajar, tapi terasa aneh setelah semua keributan yang memenuhi ruangan sejak sejam yang lalu.
Aku mulai menggerak-gerakkan tubuh mereka perlahan. Tapi mereka tidak merespon dan terasa kaku. Setelah berpikir cepat, kuputuskan berlari ke kamar mandi dan memutar keran air. Tak ada air yang keluar. Aku berlari lagi keluar kamar dan menuju ujung koridor untuk menyalakan pompa air. Namun hasilnya nihil, pompanya tidak berbunyi. Aku berlari lagi ke pintu utama untuk melihat keadaan di luar. Sayangnya pintu utama sudah dikunci. Aku berusaha melihat melalui kaca jendela tetapi di luar terlalu gelap. Sepertinya lampu teras mati. Alhasil, kuputuskan berlari kembali ke dalam kamar.
"SELAMAT ULANG TAHUN, ARFAN!"
Sebuah sorakan kompak seketika mengejutkanku saat baru membuka pintu kamar. Semuanya heboh dan tertawa terbahak-bahak melihat wajahku yang pucat karena kebingungan ... atau lebih tepatnya mulai panik. Dari kamar sebelah datang dua orang lagi membawa kue tar lengkap dengan lilin angka 19. Yang lain mulai mengangkat ponsel dan mendokumentasikan momen itu.
Ternyata semua keanehan yang terjadi sudah mereka rencanakan sebelumnya. Mulai dari air yang tidak mengalir, itu ulah ibu kos yang menutup katup pipa utama. Pompa air tidak berfungsi karena mereka mengganti kabelnya dengan yang rusak. Lampu teras juga sengaja mereka lepas. Sedangkan pintu utama memang biasanya sudah terkunci saat tengah malam. Mereka juga sudah memberitahu penghuni kamar lain agar tidak membuat suara apapun pada jam 12 malam. Tak kusangka semua hal yang akan kulakukan dalam lima menit itu telah mereka prediksi. Bahkan mereka sudah berlatih untuk menahan gelitikan. Itu semua mereka lakukan hanya untuk menipuku selama lima menit dan memberikanku kejutan, orang kutu buku yang kurang bersosialisasi dan selalu di dalam kamar.
Semuanya bersorak-sorai tepat setelah aku memadamkan dua lilin angka di atas kue tar. Malam itu kami berpesta memecah keheningan malam. Tertawa, bercanda, bernyanyi, dan tidur bersama.
Malam itu sangat berkesan di memoriku sampai sekarang. Mulai dari obrolan konyol mereka hingga lima menit yang membuatku kelabakan. Terlebih momen ketika aku membuka pintu dan dikejutkan oleh sorakan mereka. Namun ada satu hal yang paling kuingat.
Setelah pesta selesai mereka semua memutuskan tidur, kecuali aku yang lanjut mengerjakan lembaran tugas. Akan tetapi dengan terpaksa aku harus membangunkan Arya untuk meminta satu penjelasan lagi.
"Bagaimana caramu mengembalikan kertas yang telah kusobek tadi?"
~
.
.
.
Jika kamu suka dengan cerita ini, jangan lupa dukung author dengan vote dan comment. Sampai jumpa di cerpen dan cerbung selanjutnya!
Salam literasi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Cerbung | omnichrome
Short StorySebuah kumpulan cerpen dan cerbung oleh seorang penulis biasa. Jadikan sebagai tempat persinggahan ketika dirimu lelah dengan sastra panjang di Wattpad.