Penghujung Tahun

3 1 0
                                    

Apa bedanya?
Hanya angka di tahun saja yang berganti dan sisanya sama dengan pergantian tanggal di setiap harinya, lalu apa spesialnya? Bahkan hanya satu dari empat angka yang berubah, itupun akan berganti lagi setelah 365 hari, bukan? Lalu apa bedanya dengan hari lain? Kenapa semua orang bersorak riang tepat jam 12 malam di hari itu?

"Selamat tahun baru!"
"Terima kasih, selamat tahun baru!"

Samar-samar terdengar suara ucapan selamat dari jendela rumah mereka. Suara itu silih berganti dengan letupan kembang api di langit malam kota. Tak mau kalah, bunyi terompet yang memekakkan telinga bersahut-sahutan dari tiap rumah, seolah saling asik beradu siapa yang paling nyaring terompetnya.

Kuteruskan langkah memungut botol plastik yang bertebaran, sisa tongkrongan anak muda di pinggir jalan. Walaupun batinku bertanya-tanya dengan segala kehebohan di malam hari ini, setidaknya sampah-sampah mereka menambah pundi-pundi uang untuk keluarga kami. Sedikit-sedikit telingaku menangkap pembicaraan orang-orang yang kulalui.

"Apa harapanmu di tahun baru ini?"
"Aku harap bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya," bincang dua orang sahabat di tepi alun-alun kota.

"Ayah, tahun ini aku janji lebih rajin belajar biar bisa dapat nilai bagus di kelas!"

"Sayang, tahun ini aku akan cari uang lebih buat kita nikah ya!"

"Ini tahun terakhir kita di SMA, kita harus sering hangout nih bro."

Semua janji, rencana, dan harapan itu mengapa harus diutarakan di pergantian tahun? Apakah tahun baru semacam waktu makbul untuk berdoa dan berharap? Kurasa tidak. Apakah ada semacam jin sakti yang bangun di tengah malam tahun baru untuk mengabulkan permintaan? Kurasa juga tidak. Lantas apa bedanya harapan dan janji-janji itu dibanding mereka ucapkan di hari lain?

Kakiku melangkah tertatih menarik karung sampah. Sebelah tanganku masih memungut botol plastik. Tubuhku sesekali membungkuk demi meraihnya. Sesaat aku berhenti untuk mendongakkan kepala dan menatap langit yang semakin ramai akan cahaya kembang api. Kulihat pula keceriaan orang yang melontarkan kembang api itu, seolah melontarkan harapan mereka ke langit tinggi dan mengungkapkan dengan bangga "inilah tujuan hidupku untuk satu tahun ke depan".

Tanpa kusadari, perlahan aku menitikkan air mata. Setidaknya mereka memiliki visi untuk hidup mereka kedepannya, bukan diriku yang hidupnya hanya memikirkan berapa kilo timbangan sampah malam hari ini.

"Tidak harus menunggu pergantian tahun untuk berefleksi dan membuat harapan. Namun di hari lainpun apa kita sudah cukup berefleksi?" -omnichrome

~

.

.

.

Jika kamu suka dengan cerita ini, jangan lupa dukung author dengan vote dan comment. Sampai jumpa di cerpen dan cerbung selanjutnya!

Salam literasi!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen dan Cerbung | omnichromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang